The Power Of Love *Part 36*
Di tengah ramainya kota Jakarta, Acha berjalan di pinggir trotoar jalanan. Tak memperdulikan suara-suara bising mobil dan motor yang berlau lalang di sebelahnya. Ia tetap asik berjalan dan asik pada pikirannya.
Kalimat Gabriel yang kemarin diucapkannya tanpa sadar ternyata membuat suatu beban tersendiri untuk gadis cantik ini. dari kemarin ia sudah merasakan suatu perasaan yang tidak enak jika teringat akan kalimat itu.
‘gue harap begitu’
Kalimat yang sederhana memang. Bahkan sangat sederhana. Meski begitu, Acha bisa mendengar jelas bagaimana suara lirihnya Gabriel ketika mengucapkan. Dan saat ia mendengar Gabriel mengucapkannya dengan nada yang lirih yang langsung menusuk hatinya itu, ia yakin bahwa ada makna lain dibalik kalimat itu.
Tapi, apa maksudnya?
Ia benar-benar penasaran. Masih asikasiknya berfikir apa maksud dari kalimat itu, tiba-tiba seseorang membuyarkan pikirannya dengan membunyikan klakson motornya yang berhenti tepat di samping Acha.
TINTINTIN
Seketika Acha menoleh kea rah bunyi klakson itu. sedangkan si pemilik motor itu membuka helm full face yang digunakannya. Lalu tersenyum ke arah Acha.
“haiiii. Sendirian?” sapanya.
“ka Iel, kirain siapa. Iya kak…”
“mau ngampus kan? bareng aja yuk!”
“ha?! Yaudah deh. Lumayan ngirit tenaga, ngirit ongkos hehe…” Acha menyeringai diikuti oleh tawa tipis Iel. Lalu Achapun naik ke atas boncengan Iel.
************
Ify menyusuri koridor kampus dengan langkah setengah berlari. Ia sudah hampir terlambat masuk kelas. Dosennya yang membosankan itu pasti akan mengoceh panjang lebar tentang kedisiplinan seorang mahasiswi yang sangat penting jika ia terlambat satu menit saja. Mengingatnya, ia menambahkan kecepatan berlarinya. Ia benar benar malas mendengarkan pidato di pagi hari seperti ini.
Saat ia ingin berbelok di ujung koridor, masih dengan kecepatan lari yang sama, tiba-tiba saja muncul seseorang dari arah yang berlawanan. Karena tidak sempat mengerem langkahnya, akhirnya terjadilah insiden tabrakan di ujung koridor itu. alhasil, semua buku-buku yang sedang dipeluknya juga buku-buku orang yang ditabraknya itu jatuh semua.
“aw..” erang Ify yang merasakan sedikit sakit di daerah pinggang ke bawahnya. Sambil memijat pinggangnya yang terasa sedikit ngilu itu, ia meminta maaf pada orang yang telah menjadi korbannya yang ternyata Gabriel.
“aduh kak Iel, gue minta maaf ya kak. Gue buru-buru baget nih….” Ucapnya menyesal dan sedikit panic karena waktunya jadi semakin terulur. Ia dan Gabriel sama-sama merapikan buku yang tadi terjatuh ketika insiden tadi terjadi.
“iya Fy, iya gapapa. Santai aja….”
Setelah buku-buku mereka kembali rapi dan kembali berada ditangan, Ify buru-buru berdiri dan kembali meminta maaf karena sedikit tidak enak hati pada Gabriel.
“sekali lagi gue minta maaf ya kak. Gue duluan kak. Buru-buru..” setelah berbicara seperti itu, Ify langsung kembali melanjutkan larilarinya karena ia yakin, ia pasti telat.
Gabriel hanya menatap Ify sambil mnenggeleng-gelengkan kepalanya.
“dasar nyonya Haling…” iapun ikutan pergi.
****************
Suasana ramai ala ala kantin sekolah menyelimuti cafeteria yang tersedia di kampus itu. ketika kelas selesai, mahasiswa-mahasiswi di sana langsung berhambur ke cafeteria, tempat refreshing yang tepat setelah jenuh berlajar.
Termasuk juga Ify yang ketika kelas selesai langsung menuju ke cafeteria bersama dengan Shilla, dan Oik yang mendorong kursi roda Shilla, menghampiri Rio, Alvin, Cakka, dan Acha yang sudah lebih dulu keluar dari kelas.
Ify datang dengan muka yang dilipat menjadi 12 dan langsung mengambil posisi duduk di hadapan Rio. Shilla dan Oik hanya terkikik kecil melihat kelakuan Ify.
“kamu kenapa? Kok muka dilipet lipet gitu sih??? Jadi makin tua deh…” Tanya Rio setengah meledek, membuat ify semakin cemberut.
“abis dengerin khotbah tadi pagi-pagi. Terus pas mau keluar dipanggil sama dosennya disuruh ngerapiin kelas yang kotornya naujubilah itu! rese baget emang!!!!” cerita Ify pada Rio seperti anak kecil yang habis dijaili oleh temannya. Membuat Rio tertawa gemas melihatnya dan mengundangnya untuk menarik hidung Ify. Ify meringis.
“aaaaaa, kak Rio kok ditarik sih!!??? Sakiiiiiit!!!” protesnya.
“lagian masa kaya anak kecil gitu tadi ceritanya haha, kan gemes….. wleeee” Rio menjulurkan lidahnya. Ify memanyunkan bibirnya panjang-panjang. Membuat Rio dan teman-temannya tertawa melihatnya.
“Ify abis koma rohnya ketuker sama anak kecil di kamar sebelahnya kemaren kali ya? Haha…” ledek Cakka.
“apaan lo bilang kak?!!” sewot Ify.
“hem, ga bilang apa-apa kok Fy…” Cakka nyengir.
Tiba-tiba saja Ify teringat handphonenya yang lupa ia taro di mana tadi pagi. Saking buru-burunya ia tidak sadar kalau daritadi ia tidak memegang handphonenya.
“loh, hape gue ke mana yaa?? Shill, Ik, liat hape gue ga????” Tanya Ify yang langsung meraba kantong celananya.
“engga Fy, emang lo taro mana?” Shilla bingung.
“aduh, gue lupa…… di mana yaaa???” Ifypun langsung mengubek-ngubek isi tasnya. Dikeluarkannya semua isi tasnya. Dan terjatuhlah handphonenya dari dalam tasnya ke atas meja.
“eh, ini diaa. Huuuft, untung aja ada.” Ify kembali memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya kembali.
Namun ada sesuatu yang bertambah di dalam tasnya sepertinya. Ada sebuah amplop diantara buku-bukunya itu. karena merasa ia tidak pernah memasukkannya ke dalam tas, ia merasa asing dengan amplop itu.
Diambilnya amplop yang berukuran sedang itu. dengan kening berkerut , ia membolak-balikkan amplop itu. namun tidak ada nama pengirim atau penerimanya.
“loh, ini apaan ya??” Tanya Ify pada dirinya sendiri.
“surat dari siapa tuh??” tanya Rio.
“gatau kak, ga ada nama pengirim atau penerimanya.”
“coba buka Fy!!! Mencurigakan banget deh..” ujar Cakka yang juga penasaran.
“iya deh, buka aja. Siapa tau dari penggemar. Eeeh,, hehe….” Rio mendelik. Ify hanya membalasnya dengan menyeringai.
Dibukanya amplop itu. lalu dibaca dengan seksama isinya. Seketika ia melotot membaca isi dari surat tersebut. Ditelannya ludah beberapa kali saking kagetnya ia akan isi dari surat itu.
“kenapa Fy?? Kayanya shock banget?? Ada yang ngajak kenalan? Atau nonton? Atau ngedate? Atauu………. ” Tanya Rio yang langsung dihentikan dengan gelengan kuat Ify.
“bu.. bukan… ii.. ini… ii… ni surat dari ru… mah sa…kit kak….” Jelasnya terbata saking shocknya.
“rumah sakit? Punya kamu? Atau???” Tanya Rio bingung dan sedikit kaget.
“bukan punya aku kak….” Jawa ify masih dalam keadaan shock.
Shilla yang duduk di sebelah Ify, mencodongkan tubuhnya kea rah surat yang Ify pegang. Penasaran. Ingin tau apa isinya sampai Ify seshock itu.
Namun karena tulisannya kecil-kecil, mata Shilla tak dapat menjangkaunya.
Ify memberikan kertas itu pada Shilla. tak terasa air matanya membuncah keluar.
“baca Shill, baca!!!” suruh Ify.
Shillapun menuruti suruhan Ify. ia bersama dengan Oik yang duduk di sebelahnya membaca isi dari surat tersebut. Seketika mulut mereka menganga lebar. Mereka saling padang. Kaget, shock, tidak percaya. Semua menjadi satu.
“ii…inii.. ini… ii.. ini serius??? Ini serius Fy!??” Tanya Shilla terbata.
Yang lain pun dibuat menjadi semakin bingung oleh kelakuan Shilla dan Oik.
“apaan sih Shill?! Kok sampe shock begitu? Emang itu surat apaan???” Tanya Alvin.
Shillapun memberikan surat itu kepada Alvin. Karena posisi Alvin berada diantara Rio dan Cakka, merekapun baca langsung bertiga-tiga dengan kertas dipegang Alvin.
Gabriel Stevent Damanik
18 tahun 7 bulan
Jenis penyakit:
¨ Hepatitis
¨ Kanker Hati
þ Leukimia
¨ Rabdormiosarkoma
Hasil:
þ Positif
¨ Negatif
Rio, Alvin, dan Cakka ternganga selebar-lebarnya. Shock. Benar-benar sangat shock. Benarkah yang mereka baca di kertas itu? Benarkah Gabriel, sahabat mereka semenjak mereka berumur 1 tahun itu menderita penyakit mematikan seperti itu? benarkah? Benarkah semua ini?
Acha merebut kertas yang sedang Alvin pegang itu. lalu di bacanya dengan seksama. Air mata langsung mengucur deras dari matanya. Jadi benarkan perasaan tidak enak yang kemaren menyergapnya? Benarkan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Gabriel?
Di saat mereka semua sedang dalam keadaan shock, Gabriel datang dengan wajah bingung. Dilihatnya Ify da Acha yang sedang menangis. Juga wajah shock Rio, Alvin, dan Cakka serta Shilla dan Oik.
Ia mengernyitkan dahi melihatnya. Ada apa dengan teman-temannya?
“wey, kalian kenapa??” Tanya Gabriel, membuat semuanya menoleh padanya. Dengan geram, Acha bangkit dari duduknya lalu berdiri dihadapan Gabriel yang sedang berdiri di salah satu sisi meja (ngertikan??). ditatapnya Gabriel dengan penuh kemarahan. Gabriel yag ditatap seperti itupun makin bingung. Apa dia membuat kesalahan yang fatal, sampai-sampai teman-temannya dan Acha menatapnya dengan tatapan seperti itu?
PLAAAAK
Tangan Acha melayang ke pipi Iel. Membuat seluruh orang yang ada di cafeteria itu menoleh kea rah suara yang sedikit kencang itu.
Gabriel langsung menyentuh pipinya yang terasa perih dan berdenyut-denyut itu dan menatap Acha dengan bingung. Ify, Rio, dan teman-temannya langsung bangkit dan menghampiri Gabriel dan Acha.
Acha hanya diam dengan air mata yang menyeruak keluar makin deras. Entahlah, perasaannya campur aduk. Kecewa, marah, kesal, sedih, takut, segalanya bercampur aduk.
Oik yang berdiri paling dekat dengan Acha langsung menenangkan Acha yang nafasnya sudah memburu.
“udah Cha, sabar..” bisik Oik.
“sebenernya ada apa sih Cha?? Lo kenapa???” Tanya Gabriel bingung.
Dengan keadaan emosi yang masih di ubun-ubun, Acha melemparkan surat yang membuat perasaannya campur aduk begini itu ke wajah Iel.
“gue kecewa sama lo kak!!!” ucap Acha dengan emosi yang tertahan. Setelah berucap seperti itu, ia langsung berlari keluar dari cafeteria. Diikuti oleh Oik.
Gabriel mengambil kertas yang Acha lemparkan tadi itu. dibukanya kertas itu, lalu dibacanya.
“Cha!!! Achaa!!!!!” iapun berbalik arah dan mengejar Acha. Ia baru mengerti mengapa Acha sampai sebegitu marah padanya.
Rio, Ify, Cakka, Shilla dan Alvin, ikut menyusul Gabriel pergi.
******************
Dalam pelukan Oik, Acha menangis. Pikirannya campur aduk. Mengapa bisa penyakit mematikan itu bersarang di tubuh Gabriel? Lalu mengapa Gabriel tidak memberita padanya dan teman-temannya yang lain. Mengapa Gabriel merahasiakan ini dari mereka?
Oik mencoba menenangkan Acha dengan menepuk-nepuk punggung Acha.
“Cha, udah. Jangan nangis terus dongg…”
Dengan nafas yang terengah-engah, Gabriel akhirnya berhasil menyusul Acha ke taman.
“hhh…hhh… cha!!” panggil Iel sambil berusaha mengatur nafasnya.
Achapun menoleh dan bangkit berdiri.
“gue minta maaf…” ucap Iel lirih.
“kenapa lo ga cerita sama kita kak???” Tanya Ify yang baru saja sampai di taman itu bersamaan dengan Rio, Alvin, Shilla dan Cakka.
Gabriel menoleh ke belakang lalu menunduk.
“gue ga nemuin kata-kata dan moment yang pas buat cerita ke kalian semua.” Sesal iel dengan lirih.
“terus elo ngebiarin kita seneng-seneng, ngerayain keadaan ini?!!” Tanya Rio dengan nada sedikit meninggi. Ia, kecewa.
“gue ga mau ngerusak kebahagiaan kalian.” Iel kembali berucap lirih.
“terus kita berbahagia di atas penyakit lo!!?” kini gantian Alvin yang buka mulut. Ia juga bertanya dengan nada yang sedikit meninggi.
“gue bener-bener ga mau bikin beban buat kalian…”
“dan lo ngebiarin kita ga peduliin ini dan ngebiarin elo nanggung beban ini sendirian?! Otak lo di mana Yel?!!!” Cakkapun ikutan angkat bicara.
“maaf…”
“katanya kita sahabat?! Mana!? Lo anggep kita apa YEL!!!!? HAH?!!” emosi Rio tersulut. Ia maju lalu menarik kerah baju Gabriel.
“ka, tenang ka!” Ify menyentuh tangan Rio yang sedang mencengram kerah Gabriel. Diturunkannya tangan Rio dari kerah Gabriel.
“Justru karna lo semua sahabat gue!! gue ga mau ngerusak semuanya!!! Gue ga mau bikin kalian jadi terbebani sama ini semua. Gue mau kalian tetep ketawa kaya kemaren, ga nangis kaya gini!!” jelas Gabriel dengan nada sedikit membentak.
“tapi kita sayang sama lo kak!” protes Shilla. “kita ga mungkin ketawa tawa bahagia sedangkan elo nanggung penyakit kaya gini sendirian! Dimana hati sama otak kita kalo kita kaya gitu!”
Hening. Tak ada yang buka suara lagi. semua berusaha menenangkan pikiran masing-masing. Hanya hembusan nafas yang terengah-engah dari mereka dan isakan Acha yang menyelimuti mereka.
“maafin gue Yel…” sesal Rio. “gue tadi emosi…” nada bicaranya merendah.
“iya Yo gapapa, gue juga minta maaf. Gue tau gue salah. Gue tau, ga seharusnya juga gue nyembunyiin ini dari kalian. Maafin gue yaaa….” Balas Iel yang juga menyesal.
“iya Yel, gue tau maksud lo baik. Tapi kita mohon sama lo, jangan pernah nyembunyiin apapun lagi dari kita. Kitakan sahabat lo. seneng bareng-bareng, susah pun juga bareng-bareng… kita ga akan ngebiarin lo sendirian ngadepin ini…” jelas Alvin panjang lebar.
“thanks banget sob. Lo semua emang bener-bener sahabat gue…” Gabriel menyunggingkan seulas senyum tulus. Senyum pertanda terima kasih. Pada saat seperti ini, persahabatan mereka benar-benar terasa berarti. Betapa beruntungnya memiliki sahabat seperti mereka semua. Pikir Iel bersyukur.
Semuan temn-temannya membalas dengan seulas senyum hangat. Sangat hangat. Senyum yang memberikan sebuah kekuatan pada Gabriel. Mereka berjanji, tidak akan membiarkan Gabriel berada pada masa sulit sendirian. Mereka akan terus bersama Gabriel, dalam keadaan apapun. Janji mereka dalam hati.
*********
Langit sudah mulai berubah warna menjadi jingga. Angin senjapun mulai berhembus memeluk pasangan ini. Namun keduanya sama sekali enggan beranjak dari tempat mereka sekarang.
Ify dan Rio duduk berhadapan di bawah sebuah saung yag berada di sebuah taman dekat kampus mereka. Sepulang kampus tadi, mereka langsung memisahkan diri dengan yang lain dan menuju ke taman ini.
Rio dengan memangku gitarnya, mencoba mencari lagu yang pas untuk dipersembahkan kepada pemilik hatinya, Ify, ataupun hanya sekedar mencurahkan isi hatinya sekarang ini pada Ify.
“ahha, aku tau mau nyanyi lagu apa…” Rio menjentikkan jarinya. Ia sudah menemukan lagu yang tepat.
Ify tersenyum senang. “yaudah ayo dinyayiin…”
Rio mengangguk lalu mulai memetik gitarnya.
Hanya denganmu aku berbagi
Hanya dirimu paling mengerti
Kegelisahan dalam hatiku
Yang selama ini tak menentu
Tak ada ragu dalam hatiku
Pastikan aku jadi cintamu
Seiring waktu yang tlah berlalu
Mungkin kau yang terakhir untukku
Akan kulakukan semua untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Janganlah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku
Pegang tanganku genggam jariku
Rasakan semua hangat diriku
Mengalir tulus untuk cintamu
Tak ada yang lain di hatiku
Akan kulakukan semua untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Janganlah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku
Akan kulakukan semua untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Janganlah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku
Inilah cintaku
Kuberikan untukmu
Setulus hatiku
Kuberikan untukmu
Akan kulakukan semua untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Akan kulakukan untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Jangalah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku
Akan kulakukan semua untukmu
Akan kuberikan seluruh cintaku
Janganlah engkau berubah
Dalam menyayangi dan memahamiku
Dalam menyayangi dan memahamiku
Dalam menyayangi dan memahamiku
Dan memahamiku
“aku janji aku ga akan berubah” Ify tersenyum menjawab lagu yang tadi Rio nyanyikan untuknya.
“aku pegang janji kamu…” tegas Rio sambil tersenyum membalas senyuman Ify. Ia meletakkan gitarnya di sebelahnya, lalu menarik Ify ke dalam pelukannya.
“makasih ya kamu udah setia nungguin aku. waktu aku ga bangun-bangun, kamu tetep buat nunggu aku. aku sayang banget loh sama kamu….” Lirih Ify dalam pelukan Rio. membuat desiran halus di dada Rio ketika mendengar pernyataan Ify. kalimat yang memag sering diucapkan, namun selalu terasa berarti jika Ify yang mengucapkannya, apalagi saat Ify sedang dalam dekapannya.
Rio melepaskan pelukannya. Disentuhnya kedua pipi Ify. Ditatapnya mata Ify tepat di manik matanya. Memaksa Ify untuk menatap matanya juga.
“kamu denger lagu tadikan??? Akan kulakukan semua untukmu….” Rio menyanyikan satu kalimat dari lirik lagu tadi, untuk menjawab pernyataan Ify barusan.
“apapun bakal aku lakuin, buat kamu. Cuma buat kamu. Buat Ifyku seorang….” Rio tersenyum kala mengakhiri kalimatnya itu. membuat Ify mau tak mau juga ikut tersenyum mendengarnya.
“makasih ya kak Rioku sayaaaang….” Rio tersenyum.
“sama-sama. Makasih juga buat kamu yang selalu bisa ngertiin aku. semoga kita selamanya.”
“amiiiiiin….” Seru Ify dan Rio bersamaan. Mereka memang sangat berharap bahwa Tuhan menciptakan mereka untuk mempersatukan mereka. Semoga Tuhan mendengar doa mereka. Amiiin.
***********
Karena hari sudah gelap, akhirnya Rio dan Ify memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Mereka segera berjalan menuju mobil Rio. karena mobil di sebrang, akhirnya mereka harus menyebrangi jalan dulu.
Namun tiba-tiba saja, Rio merasakan tenggorokannya kering. Akhirnya ia meminta izin pada Ify untuk membeli minuman di warung dekat sana.
“Fy, aku mau beli minum dulu ya sebentar. Kamu nyebrang duluan aja…”
“oh yaudah aku nyebrang duluan…”
Ify dan Riopun segera memisahkan diri. Ify berjalan menyebrangi jalanan yang lumayan luas itu. sedang asiknya berjalan, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh teriakan seseorang.
“MBA, AWAAAS MBA!!!!!” seru seseorang.
Ify yang mendengar teriakan itu langsung menoleh kea rah mobil yang sedag melaju kencang di depannya. Seketika ia kaget. Tubuhnya terpaku dan ia tiba-tiba saja ia tidak tau harus berbuat apa.
Rio yang mendengar teriakan itu juga segera menoleh kea rah Ify. kaget melihat mobil itu semakin mendekat kea rah Ify, Rio segera berlari untuk menyelamatkan kekasihnya itu.
“IFYY AWAAAS!!!!”
BRAAAAK BRUUUUK PRAAAAANG CKIIIIT DUUAAAR
Ify menutup matanya saking takutnya. Namun ia merasa ia tidak kenapa-napa. Ia merasa seseorang sedang mendekapnya . Laluu tadi itu bunyi apa???
Rio!! ia membuka matanya perlahan. Mencoba menetralkan pengelihatannya. Dan alangkah leganya ia ketika ia melihat Rio disebelahnya sedang mendekapnya.
“kamu gapapakan Fy???” Tanya Rio khawatir.
“gapapa kak. Kamu juga gapapa kan??”
“engga aku gapapa kok..”
Mereka langsung bangun dan menoleh ke arah bunyi yag menyeramkan itu. ternyata mobil tadi menabrak sebuah truk yang sedang melaju kencang. Lalu mobil itu terguling. Para warga sepertinya sedang berusaha menyelamatkan si pengemudi mobil.
“ke sana ayo kak. Kita liat…” ajak Ify. Riopun mengangguk dan mereka segera menuju ke sana.
Tak perlu waktu lama, semua sudah mengerubungi lokasi kecelakaan itu. mungkin bunyi yang mengerikan tadi membuat para warga sekitar terkejut dan penasaran.
Setelah berusaha misi sana sini, akhirnya Ify dan Rio sampai di depan mobil yang terguling itu. ify menganga kaget melihat kondisi mobil yang benar-benar parah itu. siapa sih korbannya? Benar-benar tragis sekali.
Beberapa warga sedang berusaha mengeluarkan korbannya dari dalam mobil itu. mungkin karena posisi mobil yang terbalik itu jadi memperulit mereka untuk mengeluarkan korban. Tak lama kemudian, mereka berhasil membawa keluar korban itu.
Ify dan Rio pun mendekati mereka untuk melihat siapa yang tadi hampir menabrak Ify. alangkah terkejutnya Ify dan Rio ketika melihat siapa yang tadi hampir menabrak Ify sekaligus korban kecelakaan tragis ini.
“Zee… Ze..vanaaa…” dengan terbata Ify menyebutkan nama si korban. Keadaannya benar-benar mengenaskan.
“yaampun, kak Rio itu Zevana…”
“kalian kenal sama dia???” Tanya salah seorang warga yang menggotong Zevana.
“iya pak, kita kenal. Dia teman sekampus kami…. Bawa ke mobil saya aja pak. Biar saya yang bawa ke rumah sakit..” kata Rio.
Para wargapun membawa Zevana yang sudah tidak sadarkan diri itu dan darah yang mengalir dari kepala, mulut dan bagian tubuh lainnya itu ke mobil Rio. salah seorang warga ikut mobil Rio ke rumah sakit untuk menjaga Zevana di jok belakang.
Sesampainya di rumah sakit, Zevana langsung di bawa ke UGD untuk segra ditangani. Setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak tadi, bapak-bapak itupun segera pergi dari rumah sakit.
Rio dan Ify menunggu di luar.
“kak Rio, aku ga nyangka ternyata Zevana.” Ucap Ify yang masih terlihat shock.
“menurut aku, tadi dia sengaja mau nabrak kamu Fy.”
“kaka gaboleh asal nuduh kaya gitu…”
“kan menurut aku Fy.”
“yaudah, semoga aja salah… dan semoga aja Zevana ga apa-apa. Tadi kondisinya parah banget gitu…” Ify bergidik ngeri mengingat kondisi Zevana yang tadi ia lihat.
“iya, serem banget. Baru kali ini aku ngeliat kecelakaan parah banget kaya gitu. Gimana ga parah coba, orang mobilnya aja sampe kebalik kaya gitu…” Rio ikutan bergidik ngeri.
“yaudah semoga aja gapapa deh dianya….”
*************
“Kak Rio, tangannya gerak!!” seru Ify ketika melihat tangan Zevana bergerak.
Semenjak kecelakaan, Zevana dinyatakan koma oleh dokter. Dan sudah tiga hari ini Zevana belum sama sekali sadar dari komanya. Hari ini Ify dan Rio sedang menjenguk Zevana bersama dengan Alvin dan Shilla.
Rio, Alvin dan Shilla segera menoleh kea rah tangan Zevana kala Ify berseru tadi. Benar saja, tak lama kemudian terdengar rintihan dari Zevana. Dan segeralah Alvin menekan bel yang ada di samping tempat tidur Zevana untuk memanggil dokter.
Tak lama kemudian, dokter masuk ke ruang rawat Zevana. Mereka semua keluar dari ruang rawat Zevana dan menunggu di luar.
Setelah dokter keluar dan menjelaskan keadaan Zevana yang kata dokter sedikit membaik dan sudah melewati masa kritisnya, mereka kembali masuk ke dalam.
“gimana keadaan lo?” Tanya Rio ketus.
Zevana hanya tersenyum tipis, lirih dan mungkin menyesal.
“thanks ya udah nyelamatin gue.” lirih Zevana tulus.
Rio melirik sinis Zevana.
“eh, gausah main drama deh lo ya!! Orang busuk kaya lo tuh ga pantes masang tampang kaya gitu!” ketus Rio. ify menyikut Rio.
“kak Rio jangan gitu!” bisik Ify.
“gu… gue tau gue udah jahat sama kalian selama ini. gue tau kalo……………..” ucapan Zevana dipotong Ify.
“eh, daripada lo banyak bacot, mendingan lo ngaku aja deh. Kemaren itu lo emang sengaja kan mau nabrak Ify!!! Iya kan?!” gertak Rio.
“i.. iya, gue ngaku. Emang kemaren itu gue sengaja mau nabrak Ify. tapi ternyata malah kenanya ke gue.” aku Zevana menyesal.
“lo tau ga itu KARMA!! Itu AZAB namanya!!!” bentak Rio.
“iya gue tau kok Yo! gue tau itu hukuman buat gue. gue tau kesalahan gue yang kemaren itu pasti ga bisa dimaafin! Tapi gue nyesel banget. Gue berharap banget suatu saat nanti lo semua bisa maafin gue.” lirih Zevana.
Ada semburat penyesalan dari nada bicaranya. Namun tetap saja rasa benci yang dimiliki Rio pada Zevana sudah mengalahkan hati nuraninya.
“halah, gausah sok deh. Jijik gua ngeliat tampang lu yang kaya gitu!” ketus Rio.
“Zevana, kita udah maafin lo kok. Tapi lo janji lo harus berubah… jangan ngulagin lagi kaya kemaren.” Ucap Ify seraya tersenyum.
“serius Fy???” Tanya Zevana tak percaya.
Ify mengangguk sambil tersenyum.
“ma.. makasih Fy. Lo… lo mau gue ngapain buat nebus kesalahan gue? lo mau gue jala diatas beling kaya Shilla? atau lo mau gue nusukin perut gue kaya waktu itu. atau….”
Ify memotong ucapan Zevana.
“engga usah Zev. Gue iklas.” Ify tersenyum.
“Shil, gue minta maaf ya sama lo. gue tau gue jahat banget sama lo.” sesal Zevana.
“iya Zev. Lo dengerkan tadi yang Ify bilang. Gue udah maafin lo. tapi lo harus janji, lo hasrus berubah. Lo jangan ngulangin lagi kaya dulu.” Shilla tersenyum meyakinkan Zevana.
“Fy, kamu tuh kebaikan. Biarin aja dia nebus kesalahannya…. Biarin aja dia nginjek beling kaya yang dia lakuin ke Shilla!” protes Rio.
“iya Fy, Shill. Kebaikan banget sih!” Alvin ikut-ikutan…
“Yo, Vin, gue harus gimana biar lo berdua maafin gue????” Tanya Zevana memelas.
Dengan sekuat tenaga Zevana mencoba untuk bangun dan turun dari tempat tidurnya. Ify membantu Zevana.
“Zev, lo mau ngapain??? Istirahat aja dulu jangan ke mana-mana…..” ucap Ify sedikit panic.
“aaw, sakiiit, gue Cuma mau ngebuktiin kalo gue beneran ga boong…” ia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Demi mendapatkan maaf dari Rio dan Alvin. Ia berusaha sekuat tenaga turun dari tempat tidur, meski sakit disekujur tubuhnya sudah tak tertahankan lagi.
“pelan-pelan Ze.” Peringat Ify.
“makasih Fy… tapi gue bisa sendiri.” Zevana tersenyum..
“tapi Ze..”
“gapapa Fy, gue bisa sendiri…” mau tak mau Ifypun mengikuti ucapan Zevana dan melepaskan Zevana. Membiarkan Zevana berusaha sendiri.
Rio dan Alvin hanya menatap Zevana dengan tatapan yang kasihan kasihan tetapi masih marah. Sebenarnya mereka juga tidak tega, namun mereka ingin tau, apakah Zevana sedang berakting di depan mereka atau benar-benar ingin bertaubat.
Baru saja Zevana ingin menurunkan kakinya, tiba-tiba saja ia terjatuh dari tempat tidur karena tak kuat menahan rasa sakit di kakinya. Juga karena pertahanan tubuhnya yang masih lemah.
“aaaaw, saa…. Sakiiiit… aaa…” rintih Zevana
“Zevana… yaampunn…” Ify mencoba menolong.
Darah segar mengalir dari jahitan di kepala Zevana.
“panggil dokter! Panggil dokterr!!” suruh Ify panik.
Ia mencoba mengangkat Zevaa dan membawa Zevana ke tempat tidur. Tapi ia tak kuat. Ia tak bisa. Sedangkan Zevana sendiri meringkuk di lantai sambil meringis kesakitan memegangi seluruh tubuhnya.
Ify tidak tega. Shilla yag memang masih di kursi roda tidak bisa membantu apa-apa. Ia benar-benar kasihan sekali melihat Zevana seperti itu.
Akhirnya Rio luluh juga dan membantu Zevana untuk naik ke atas tempat tidur. Sedangkan Alvin memanggil dokter keluar.
“aaa.. maa.. maa..kasih Yo, Fy… maafin.. gu..e…” ucap Zeana terbata ditengah rasa sakit yang menyerangnya.
“iya udah lo diem aja.” Ucap rio dingin yang merasa tidak tega.
“ma…af.. maa.. af..in guee….” Zevana kembali meminta maaf.
“iya iya lo udah gue maaafin…” ucap Rio akhirnya.
“aaa… maaa.. maa.. ka..sih Yo… bi… langin al..vin… ka… lo… gu..e min..ta… maa…aaf… ma..af…” tak terasa air mata mengalir dari pelupuk mata Zevana. Ify yang tidak tega melihatnya langsung memeluk Zevana.
“iya Ze, udah. Lo istirahat aja. Kita udah maafin lo kok..”
“makasih ya Fy… maa.. ka..sih…”
Tak lama dokter masuk dan mereka berempat segera keluar dari sana.
Mereka berempat menunggu dokter yang sedang memeriksa Zevana di dalam dengan cemas. Mereka benar-benar panik terutama Ify.
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, dokterpun keluar dari ruang rawat Zevana. Dengan panic yang masih menyelimuti mereka, mereka menghampiri dokter.
“dokter, gimana keadaannya Zevana?” Tanya Ify.
Dokter menghela nafas lalu menggeleng dengan berat hati
“maksud dokter??” Tanya Ify yang kaget, bingung, takut dan lain sebagainya.
“kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, sepertinya Tuhan berkehendak lain…”
“Innalillahiwainnailahirojiun”
Bersambung……
Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar