Rabu, 11 Januari 2012

The Power Of Love *Part 27* (Repost)

The Power Of Love *Part 27*

Pemuda itu menoleh ke arah kanan dan kiri. Memastikan bahwa saat ini di sekitar sana sedang sepi. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Setelah yakin bahwa memang hanya ada dirinya di sana, iapun membukan pintu, dan masuk ke dalam.

Hem, sepi. Pikirnya. Ia kembali menoleh ke arah kanan dan kiri. Kembali memastikan bahwa keadaannya mendukung. Hem, benar-benar sedang sepi. Tidak ada penjaganya. Iapun melangkahkan kakinya menuju ke arah meja panjang yang sengaja di sediakan di sana. Wah, benar dugaannya. Gadis itu ada di sana.

Ehem, ehem. Ia berhedem pelan mengetes suaranya. Lalu mengangkat gitar yang sedari tadi di bawanya, dan mulai memetiknya. Tidak peduli bahwa gadis itu sedang membaca bukunya. Yang penting ia ingin bernyanyi sekarang.

Jreeng

Gadis itu menoleh ke arah suara petikan gitar itu. Ia mengernyit mendapati seorang pemuda sedang memetik gitarnya.

Bisakah aku memilikimu
Mampukah aku hidup denganmu
Ini memang berat perjalanan cintaku
Aku harus tentukan

“ehem, ehem..” pemuda itu berdehem kembali.

“mau ngamen ya mas?? Ini perpus, ngamen di luar sana. Lagian saya ga punya uang receh!”

“saya ga perlu uang receh. Saya Cuma butuh cinta. Cinta kamu…”

Gadis itu kembali mengernyit.

“maksudnya??”

“saya butuh cinta dari kamu. Saya mau kamu membayar saya dengan cinta kamu.”

Gadis itu tersenyum miring.

“mau ngegombal? Ga mempan!”

“engga, saya engga mau ngegombal. Saya serius!” ucap si pemuda degan nada serius.

“hem, segini doang?! Payah!” gadis itu tersenyum meremehkan.

“ets, jangan menganggap Cakka remeh! Ayo ikut!”

Oik mengangkat kedua bahunya, lalu berdiri mengikuti langkah Cakka.

Cakka mengajak Oik ke taman belakang sekolahnya. Namun sebelum masuk ke dalam taman, Cakka menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Oik.

Oik yang belum ada persiapan untuk berhenti, langsung mengerem mendadak kala ia hampir saja menabrak Cakka.

“apaan sih?? Ngagetin aja berenti tiba-tiba!” kesal Oik.

“gue mau nutup mata lo!” Cakka mengeluarkan sebuah kain untuk menutupi mata Oik.
“hah?? Ngapain sih pake acara tutup-tutupan mata segala!!??”

“udah deh, ga usah ngeyel kenapa! Ikutin aja!”

Oik mendengus sebal. Maksa banget sih! Pikirnya gondok. Akhirnya dengan pasrah ia menuruti saja. Cakka menurtupi mata Oik dengan kain tadi. Setelah selesai, ia menuntun Oik untuk masuk ke dalam taman.

“tunggu aba-aba baru buka mata. Oke?”

Oik hanya mengangguk saja.

Cakka pergi entah ke mana. Oik masih menunggu aba-aba dari Cakka. Lalu Cakka kembali dengan sebuket mawar merah di tangannya.

Ia meraih tangan Oik. Lalu diletakkannya bunga itu di tangan Oik.

“pegang. Ini buat lo! suka ga suka, mau ga mau, harus tetep elo terima bunga ini.” Ucap Cakka lebih tepat ke memaksa.

Oik mengangguk, menuruti ucapan Cakka. Lalu Cakka melepaskan tangan Oik. Oik masih menunggu aba-aba dari cakka untuk melepas tutup matanya.

Tiba-tiba suara gitar kembali terdengar. Namun kali ini nadanya terasa lirih.

Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan

Jiwaku berbisik lirih
Kuharus milikimu

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Simpan mawar yang ku beri
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu

Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kau tak cintaaa

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Oik merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Air matanya rasanya ingin meledak seketika itu juga. Entah mengapa, lagu itu sangat menyayat hatinya. Lagu itu dinyanyikan dengan versi akustik, benar-benar mampu menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.

“elo boleh buka mata sekarang!”

Oik pun menuruti. Ia membuka matanya. Lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Astagfirullah! Taman ini, benar-benar indah sekali. Siapa yang telah mendekornya?

Banyak sekali bunga-bunga bermekaran di sekitarnya. Ia seperti sedang berada di taman bunga. Diapit oleh bunga-bunga itu. ia berada di tengah-tengah. Bunga-bunga itu membentuk kata ‘LOVE’ . sangat cantik! Dengan warna yang berbeda-beda. Berapa lama Cakka menyiapkannya??

Ia kembali mengedarkan pandangannya. Di mana Cakka? Ia tak menemukan Cakka?

“kamu di mana kak?” teriak Oik.

“lo gaperlu tau di mana gue. lagu tadi, gue persembahin buat elo! Gue berharap, elo mau buka hati lo buat gue. gue pasti bisa bikin lo cinta sama gue! gue yakin!!” ucap Cakka entah dari mana asalnya. Tetapi tetap terdengar sangat jelas oleh Oik.

“sekarang, gue dengan penuh harapan, dengan penuh keinginan, dengan penuh keyakinan, mau ngungkapin, apa yang selama ini gue rasain. Apa yang selama ini gue yakinin. Gue cinta sama elo, Oik! Gue mau jadi sesuatu di hidup lo! gue mau jadi salah satu kisah yang ikut ngebangun cerita hidup lo! gue mau jadi mimpi indah elo! Gue mau elo jadi pacar gue! gue mau elo jadi penghias hati gue!” lanjutnya.

Oik berfikir sejenak. Meyakinkan juga apa yang selama ini ia yakini. Meresapi setiap perasaan yang ia rasakan. Mengumpulkan segalanya menjadi satu. Dan mencoba merangkai kata yang tepat untuk menjawab semuanya.

Apa ia mencintai Cakka juga??

“elo mau ga jadi pacar gue???”

Teriakan Cakka membahana di seluruh penjuru taman. Entah dengan apa Cakka mengatakannya.

Oik semakin meyakinkan hatinya. Inilah waktu yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ia rasa. Inilah saatnya, memberi tau pada dunia, bahwa ini adalah perasaannya, perasaan yag selama ini menjalari hatinya.

“keluar kak!” suruh Oik.

“jawab dulu, baru gue bakal keluar!”

“tapi aku mau kamu keluar dulu! Baru aku jawab!”

“jawab aja dulu! Gue bakalan terima kok apapun jawaban lo! gue janji!”

Oik menghela nafas. Baiklah, akan ia katakan semua yang ia rasakan!

“okeh, aku bakalan jawab. Kaka janji ya, harus terima segala keputusan aku!”

“iya Ik, gue janji!!”

“aku mau kasih tau sama kamu apa yang selama ini aku rasain, yang selama ini aku yakinin, yang selama ini mau aku bilang. Aku tau, ini aneh. Kita selalu berantem. Tapi tiba-tiba kamu bilang kamu suka sama aku!”

“plis deh Ik, ga usah muter-muter!!”

“iya, iya sabar! Aku jga bingung kenapa aku bisa kaya gini. Tapi aku ga bisa bohongin perasaan aku kak! Kalo sebenernya selama ini aku…”

Oik menggigit bibir bawahnya. Aduh, bagaimana cara mengatakannya? Ia terus mencari kata-kata yang tepat untuk memberitau pada Cakka bagaimana perasaannya pada Cakka.

“apa?”

“aku… aku…”

“aku apa??”

“aku udah lama nunggu saat ini!”

“maksudnya??”

“em, aku udah lama nunggu kaka nyatain ini sama aku! Aku udah lama pingin denger kaka bilang kaya gitu. Sebenernya selama ini, aku diem-diem selalu mikirin kaka! Aku pingin kaka juga bisa suka sama aku! Ternyata, apa yag aku harapin selama ini terkabul.”

“jadi jawabannya???”

Oik menggangguk, “aku izinin kamu buat jadi sepenggal kisah yang bakal ngelengkapin cerita hidup aku! Aku bersedia jadi pacar kamu!”

“serius Ik???”

“serius!!”

“beneran??”

“benerr…”

“aaaa, Alhamdulillah ya Allah…”

Cakka langsung berlari lalu memeluk Oik dari belakang.

“ehh..” ceplos Oik kaget saat Cakka tiba-tiba memeluknya.

Cakkapun melepaskan pelukannya.

“makasih Ik. Makasih. Gue janji gue bakalan ngejagain elo. Gue bakalan jadi yang terbaik buat lo! elo bakalan jadi satu-satunya buat gue! gue bakalan cinta, sayang sama lo dengan sepenuh hati gue. gue bakalan ngasih apapun yang gue punya, Cuma buat elo!!” Cakka mengenggam tangan Oik.

Oik mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Biar dunia menghina
Tapiku tetap cinta
Cause I miss you
Cause I need you

Biar dunia saksinya
Cinta kita berdua
Cause I love you
Cause I need you

Cakka kembali bernyanyi secara acapella. Memberitahukan perasaannya lewat sepenggal lagu itu. Ia lalu kembali menarik Oik ke dalam pelukannya.

“cieeeeeeeeeeee…”

Tiba-tiba semua murid-murid muncul dari segala arah. Membuat Oik kembali terkejut.

“hah?? Kamu ngundang mereka???”

“iya. Hehe..”

“ih, malu tau!!”

“cie ciee.. pejenya ya jangan lupa!!”

“langgeng yaa…”

“makasih ya semuanya udah bantuin gue bikin ini taman jadi bagus kaya gini… elo semua hari ini makan gratis di kantin..”

“yeeeee…” semuapun kembali bubar.

“huft, malu…”

Cakka tersenyum.

“gapapa, yang penting kamu milik aku sekarang! Balik yuk!!”

Oik mengangguk. Lalu cakka meraih tangan Oik dan menggandengnya keluar taman. Ingin menunjukkan pada dunia, bahwa sekarang gadis di genggamannya itu adalah miliknya. Dan ingin memberitaukan betapa bahagianya ia hari ini, dan betapa bahagiannya ia karena cintanya terbalaskan.
***

Ify dan Rio sedang makan di kantin. Berduaan. Masih hangat-hangatnya, baru baikkan. Tiba-tiba Cakka dan Oik dateng sambil gandengan tangan, menghampiri mereka berdua.

“ciee yang udah jadian..” goda Ify dan Rio.

“langgeng yaa…” ucap Ify.

“thanks Fy!”

“peje kita lebih dong??” Rio menaikturunkan alisnya.

“iyeee..”

“haha, Cakka baik deh..”

“gitu aja lo muji!! Biasanya juga ngatain!!”

Rio cengengesan..

Tiba-tiba Iyel dan Alvin datang lalu menepuk pundak Cakka.

“cieeee, langgeng yaa…” koor Iyel dan Alvin.

“thanks yaa…”

Rio menatap tajam Alvin yang sedang tertawa pada Cakka. Senyumannya seketika hilang. Ingin sekali rasanya ia meninju wajah itu. kalau tidak ingat tangannya sedangg terluka, sudah ia layangkan tinjunya pada laki-laki itu.

Ia membanting sendok yang sedang dipegangnya dengan kasar dan kencang. Sehingga membuat Alvin, Iel, Cakka, Oik dan Ify menoleh ke arahnya.

“kenapa kak?” tanya Ify.

“engga! Males aja… mau balik gak? Aku mau pindah dari sini! Engga tau kenpa tiba-tiba ngerasa MUAK aja di sini!!” sindir Rio.

“kak…” Ify menendang pelan kaki Rio.

Rio langsung bangkit berdiri. Ia menatap tajam Alvin, lalu pergi dari kantin.

Ify ikutan bangkit.

“kak, maaf yaa. Kak Rio kayanya masih gasuka.. maaf banget ya kak. Ga usah dimasukin hati omongan kak Rio tadi..” ucap Ify merasa tak enak hati.

Alvin tersenyum tipis.

“gapapa Fy. Gue maklum kok!”

“maaf banget ya kak sekali lagi. gue duluan yaa. Nyusul ka Rio.”

Setelah mendapat anggukan dari semuanya, Ifypun berlari mengejar Rio. Okeh, kali ini harus berbicara dengan tenang dan kepala dingin. Jangan memarahi Rio! Jangan membangkitkan emosi Rio! Bisa-bisa mereka berantem lagi!
***

Alvin menghela nafas berat, putus asa. Kapan ini semua berakhir? Kenapa semuanya sangat runyam? Ia sudah muak dengan keadaan seperti ini. Ia ingin semua kembali seperti dulu lagi. ia ingin semuanya kembali indah. Ia tidak ingin ada permusuhan di antara mereka.

Tapi kenapa ia seakan adalah sampah yang kehadirannya sangat tak diinginkan oleh Rio? Ia ingin sekali meminta maaf sekali lagi pada sahabatnya itu. tapi bagaimana bisa, jika melihatnya saja, Rio sudah benar-benar muak? Ah, ia ingin semua ini cepat berakhir!

Adakah cara agar semua kembali seperti semula? Adakah keajaiban yang bisa membuat semuanya menjadi indah kembali? Adakah? Ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan maaf dari Rio dan Shilla! termasuk jika ia harus meninggalkan dunia ini. Ia sangat rela, asal Rio dan Shilla mau memaafkannya.

Cakka dan Iel menepuk pundak Alvin,

“sabar ya Vin! Elo tau Riokan? Dia pasti susah buat maafin orang yang udah nyakitin dia. elo jangan nyerah yaa. Semua bakal berakhir secepatnya kok!”

“thanks ya Yel. Gue harap begitu!”

Iel tersenyum dan kembali menepuk-nepuk pundak Alvin. Kasihan sekali sahabatnya yang satu ini. Sayang ia tak bisa membantu apapun untuk menyelasikan semuanya. Ia tau sifat Rio. Ucapannya tak akan di dengar. Yang ada ia malahan masuk rumah sakit karena bonyok duluan.

Ucapan Ify saja tidak di dengar oleh Rio. Apalagi ucapannya. Iapun berharap semoga persahabatan mereka akan kembali seperti dulu lagi.
***

Ify bingung, kemana sih Rio? Kok hilang tiba-tiba sih? Ia sudah mencari Rio di mana-mana, tapi kok tak ada? Jangan-jangan Rio pergi lagi dari sekolah??

Ify kembali ke kelas Rio. Ingin memastikan apakah Rio memang benar-benar pergi atau tidak. Ia takut Rio melakukan sesuatu yang nekat. Rio kan orangnya nekatan! Ia benar-benar takut terjadi sesuatu dengan kekasihnya itu.

Ia masuk ke dalam kelas Rio. Menoleh ke arah kanan dan kiri. Hem, tidak ada Rio. Tapi ada tasnya. Kemana sih lelaki satu ini? Ify mencari di segala sudut kelas, dan menemukan Rio sedang tiduran di meja belakang. Menyatukan 3 buah bangku untuk di jadikannya tempat tidur.

Ify bernafas lega ketika mendapati Rio sedang tiduran di dalam kelasnya. Tadi kenapa ia tidak mengecek ke sini? Ia melangkah mendekati Rio.

“kak Rio…”

Rio tak menyahuti. Ia tetap menutup matanya.

“kak Riooo…”

Rio tetap tak menyahut. Ify menarik nafas. Jurus terkahir. Semoga berhasil.

“sayang!!”

Panggilnya lembut sambil mengusap pipi Rio. Barulah Rio membuka matanya. Ify memutar kedua bola matanya. Dipanggil sayang aja, baru deh nyahut! Pikirnya.

“kenapa sih kak???”

“engga!”

“sakit??”

“engga.”

“terus kenapa?”

“males!”

“males kenapa???”

“males aku Fy ada dia!”

“aku kasih saran sama kamu. Mendingan kamu lupain masalah itu. ini udah masuk minggu ke dua kalian berantem. Mendingan kamu lupain semua, ulang lagi persahabatan yang pernah kalian jalin sama-sama. Sebelum semuanya terlambat kak!”

“engga Fy! Aku ga sudi punya sahabat kaya gitu!”

“kak, ga boleh ngomong gitu! Biar gimanapun, dia itu tetep sahabat kamu! Aku yakin kak Alvin pasti tersiksa banget di perlakuin kaya gitu sama kamu! Dibenci Shilla aja, itu udah bikin dia ngenes. Apalagi sama kamu! Ayolah kak, lupain semuanya. Ulang semuanya dari awal lagi. apa salahnya sih kak maafin kesalahan orang! Lagiankan dia waktu itu khilaf.”

“khilaf! Untung khilafnya Cuma begitu. Coba kalo…”

“udah ah, ga usah seuzon sama orang! Pikirin deh kak kata-kata aku! Sebelum semuanya terlambat!”

“terlambat? Maksudnya?”

“daripada nanti semuanya keburu terlambat. Siapa tau , kak Alvin strees sama masalah ini dan lebih milih pergi ninggalin kita! Emang kaka mau kehilangan sahabat kaka??”

“biarin! Aku ga butuh sahabat kaya gitu! Mendingan dia pergi!!”

“kaaak! Ngomongnya kok kaya gitu sih??! Yaudahlah. Aku Cuma bilang! Terserahlah kaka mau nanggepinnya kaya gimana. Aku ga naggung ya kalo suatu saat nanti kaka jadi nyesel karna semuanya udah terlambat.”

Rio menatap Ify. mencerna semua ucapan Ify. benar juga sih apa yang Ify bilang. Ah tapi masa bodo jugalah! Ia tidak butuh sahabat seperti Alvin!

Dari luar, Alvin mendengarkan semua percakapan Ify dan Rio. Ia memikirkan kata-kata Ify tadi.

daripada nanti semuanya keburu terlambat. Siapa tau , kak Alvin strees sama masalah ini dan lebih milih pergi ninggalin kita! Emang kaka mau kehilangan sahabat kaka??

Ah, apa iya ia harus pergi dari sini? Apa iya ia harus meninggalkan dunianya sekarang? Apa itu akan menyelesaikan masalah? Apa itu akan membuat semuanya kembali seperti dulu lagi?

Tapi ia akan mengorbankan apapun demi kebahagiaan semuanya. Mungkin memang Rio dan Shilla akan bahagia jika ia tak ada lagi di kehidupan mereka. Mungkin memang jika ia menghilang, semua akan kembali menjadi seperti dulu lagi.

heh, udah aku duga! KAMU ITU PENGECUT! Berainya mukul cewe!!
maaf. Kamu pikir maaf kamu bisa ngurangin rasa sakit hati aku!

hukum??? Hukuman apapun bahkan ga setimpal sama apa yang kamu lakuin!

AKU GA BAKAL MAAFIN KAMU !!!

engga Fy! Aku ga sudi punya sahabat kaya gitu!       

biarin! Aku ga butuh sahabat kaya gitu! Mendingan dia pergi!!

Ucapan Shilla dan Rio kembali terngiyang-ngiyang di benaknya. apalagi ucapan Rio.

biarin! Aku ga butuh sahabat kaya gitu! Mendingan dia pergi!!

Apa benar pergi dari kehidupannya sekarang akan memperbaik suasana? Apakah sekarang ini ia memang hanya sebuah sampah yang sudah sangat tak berguna dan siap untuk dibuang? Apa ia seperti itu?

Mengapa tak ada jalan keluar yang lain? Mengapa hanya ada ide itu di kepalanya? Apakah iya benar-benar harus pergi? Apakah ia memang harus keluar dari kehidupannya yang sekarang?

Tapi apa ia bisa hidup tanpa Shilla? apa ia bisa hidup tanpa ada Shilla lagi di sisinya? Tapi Shilla tidak bahagia bersamanya! Shilla sudah tidak mencintainya lagi! apakah ia benar-benar harus pergi?

Ah Tuhan! Tolong bantu berikan jalan keluar untuk semua masalah ini!
***

Sudah dua minggu sejak kejadian malam itu berlalu. Tapi kenapa rasa sakit itu masih belum bisa hilang juga? Mengapa rasanya sangat menyakitkan?

Ia sudah sangat rindu sosok itu. ia sangat sangat merindukan sosok kekasihnya. Ia ingin bisa memeluk kekasihnya itu. ia ingin seperti dulu lagi. ia ingin semuanya membaik.

Tapi mengapa Ia tidak bisa memaafkannya? Mengapa mengeluarkan kata maaf itu susah sekali rasanya? Mengapa ia tidak bisa?

Jika ia tidak bisa memaafkannya, mengapa ia tidak bisa melupakannya juga? Mengapa sosok Alvin selalu mondar-mandir di benaknya? mengapa hanya ada Alvin Alvin dan Alvin setiap hari dipikirannya??

Ia ingin semua ini berakhir! Ia ingin semuanya kembali seperti semula lagi! ia ingin semuanya kembali indah! Ia ingin seperti dulu lagi!

Mengapa semua itu hanya bisa menjadi keinginan? Mengapa itu semua tidak bisa terjadi? Apa Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk kembali bersatu? Apa memang hubungan mereka harus berakhir sampai di sini?

Ia memang sudah memutuskan hubungan mereka –meski secara sepihak-. Tapi sesungguhnya hatinya sangat sangat tidak rela. Ia tidak ingin kehilangan Alvin. Ia masih ingin mengukir kisah dengan Alvin.

Sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat senyuman kekasihnya itu! ia sangat ingin melihatnya. Ia ingin melihat Alvin tersenyum untuknya lagi, seperti dulu. Ah adakah cara untuk melupakan segalanya?

Ia akan lakukan apapun caranya untuk melupakannya. Tapi nyatanya ia tak bisa! Sakit, tapi sangat rindu akan sosoknya! Egois sekali ya dia ini!?

Tuhan, bersediakah Kau untuk mengangkat semua rasa sakit ini dari hatinya? Bersediakah Kau untuk mengembalikan kebahagiaannya seperti dulu ? Bersediakah Kau mengembalikan senyum yang dipersembahkannya untuk gadisnya seperti dulu? Bersediakah Kau merubah keadaan ini menjadi lebih baik lagi?

Jika Kau bersedia, segeralah tunjukkan keajaibanMu! Karena kita semua yakin, akan ada hari yang indah yang Kau berikan khusus untuk kami! Semoga hari itu cepat datang. Dan aku akan sabar untuk menunggu hari indah itu menghampiriku!
***

Gabriel melangkah di sepanjang koridor sekolah. Sambil berdendang pelan dan tentunya sambil tersenyum ramah pada siapa saja yang berpapasan dengannya.

Sedang asik-asiknya menebar senyum pada siswi-siswi di sana, seseorang dengan tidak sengaja menabraknya.

BRAAK

“aww!”

“aah!”

Mereka berdua merintih. Iel langsung mendongak, menoleh ke arah penabraknya. Seorang gadis ternyata. Gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya di roknya, membersihkan roknya yang kotor.

Iel mengerutkan keningnya. Merasa aneh denga gadis berok putih biru ini. Sedang apa siswi SMP di sekolahnya? Apa ia ingin mendaftar? Tapi memangnya pendaftaran sudah dibuka?

Ia kembali mengerutkan kening, kala melihat wajah gadis itu. kaya pernah liat. Pikirnya.

Ia mencoba mengingat kembali. Siapa ya gadis ini? Di mana mereka pernah bertemu?

Ah, ia ingat. Gadis ini, pernah hampir di tabraknya. Iya. Benar. Gadis ini yang waktu itu tiba-tiba pergi tanpa mengindahkan tawarannya.

Ia lalu berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu untuk bangun. Kali ini si gadis tidak menolak. Ia meraih uluran tangan Iel lalu berdiri.

“maaf ya kak. Gue ga sengaja…”

“gapapa kok. Lo ngapain di sini???”

“mau em… nyari seseorang …”

“nyari siapa? Oh ya, elo siapa??”

“gue…”

“woy Yel! Gue cariin juga! Taunya di sini!! Wet sah, gebetan baru Yel? Ckckck, anak SMP? Wow, hebat!”

Cakka dengan tiba-tiba datang dan menghentikan ucapan si gadis berseragam putih biru itu.

“hush, sembarangan lo kalo ngomong!” Iel mendaratkan jitakannya ke Cakka.

Cakka cengengesan.

“eh, kenapa tumben nyariin gue?”

“mau ada pemilihan tim inti sama tim cadangan tuh. Ayo ah!”

“loh emang hari ini? Katanya minggu depan!”

“ga tau gue! gue Cuma di suruh nyariin elo doang! Ayo ah! Ditungguin nih kita!”

“yaudah deh ayo! Eh iya, sori lo kita anggurin! Duluan yaa…”

Gadis itupun mengangguk.

‘Yel? Apa dia yang di maksud?’ batin gadis itu sambil menatapi punggung  kedua pemuda itu.

Hari Minggu, hari libur. Hari yang tepat untuk berkumpul bersama teman-teman, atau berduaan sama pacar. Seperti yang dilakukan oleh pasangan ini. Gak di sekolah, gak di rumah, mereka selalu saja berdua. Memang tidak bisa dipisahkan.

Hari ini, Rio berniat mengajak Ify jalan-jalan keluar. Namun sepertinya ia tidak tepat waktu. Ini memang masih terlalu pagi untuk keluar.

Akhirnya, mereka mencoba untuk membunuh waktu dengan bercanda di rumah Ify dulu. Sambil menunggu pukul 10 tiba.  Mereka menyaksikan acara TV sambil di selingi dengan candaan-candaan.

“Fy”

“apa?”

“papa kamu tukang jualan kincir angin ya?”

Ify mengangkat alisnya sambil tersenyum meledek.

“emangnya kenapa?”

“abisnya cinta kamu muter-muter terus sih di hati aku.”

“hahaha… gombalnyaaaa…”

“hehe”

“Fy”

“apalagi?”

“papa kamu…”

Belum selesai aksi gombalan Rio, tiba-tiba pintu rumah Ify diketuk.

TOKTOKTOK

“eh, sebentar ya kak.” Rio mengangguk.

Ify bangkit dan berjalan menuju pintu. Setelah memutar kuncinya, iapun membuka pintunya.

“loh, kak Alvin??”

“hai Fy, gue ganggu yaa?”

“engga kok kak. Ada apa kak?”

“em… gue…”

“siapa Fy??” Riopun keluar menyusul Ify.

Rio terkesiap mendapati Alvin yang berada dihadapan Ify. Ify dan Alvinpun menoleh. Rio menatap tajam Alvin, lalu tersenyum miring.

“oh, elo… ngapain lo dateng ke rumah cewe gue??!”

“sori Yo, gue ga mau cari masalah di sini. Gue Cuma mau nitip ini sama Ify.” Alvin menyerahkan sebuah amplop putih. Lalu mengulurkannya pada Ify.

“hah?! Apaan tuh kak??”

“surat buat Shilla.”

“kenapa ga ngomong langsung aja? Kenapa juga nitip gue?”

“gue mau pergi Fy.”

“kemana?”

“Singapure”

“hah?!”

“gue mau pergi Fy. Gue ga mau terus-terusan nyakitin Shilla.”

“kak, lo mau ninggalin kita semua?”

Alvin menunduk. ia masih tidak begitu yakin, apa yang ia pilih ini benar atau salah.

“entahlah Fy, gue cape.”

“kak…”

“gue ga mau nyakitin Shilla! gue juga ga kuat, gue ga bisa terus-terusan dihindarin sama Shilla. jadi lebih baik gue pergi.”

“kak, jangan dong kak!”

“lagian juga, udah ga ada yang ngarepin kehadiran gue lagi kan? Semuanya udah ga perduli lagi sama gue. gue inikan Cuma sampah yang siap buat dilempar ke tempat sampah.”

“kak, elo kok ngomongnya gitu sih kak? Siapa yang bilang elo sampah? Kita masih butuh lo kak!”

“udahlah Fy, keputusan gue udah bulet. Gue udah mikirin semuanya. Ini keputusan final gue.”

Rio terdiam mendengar percakapan Alvin dan Ify. ia yakin, salah satu alasan Alvin ingin pergi juga karena dirinya. Kali ini, ia merasa iba melihat ‘sahabat’nya itu. kasian sekali ia. ia selalu saja terpojok. Ia bagaikan orang yang paling terhina di dunia ini.

“em, Vin…” Rio buka suara.

Alvin dan Ify menoleh pada Rio.

“eem, apa elo ga bisa ngerubah keputusan lo?”

Alvin mengernyit mendengar pertanyaan Rio. Aneh. Mengapa tiba-tiba menjadi baik seperti ini padanya? Padahal selang beberapa waktu lalu, Rio masih memandangnya sinis.

“elo, udah maafin gue Yo?” tanya Alvin hati-hati.

DEG! Aneh. Pertanyaan itu, pertanyaan yang sangat biasa. Namun mengapa rasanya pertanyaan itu seperti meninju hatinya?

“ck, gue nanya, elo malah nanya balik.” Decak Rio, menyembunyikan rasa anehnya.

“sori Yo, tapi gue rasa ini yang terbaik.”

Rio kembali bungkam. Mengapa semua rasa bencinya menguap begitu saja? Apa karena ia merasa iba padanya? Ah, taulah. Aneh sekali ia ini!

“ayolah kak. Pikirin lagi semuanya! Jangan main asal ngambil keputusan aja!”

Ify masih terus membujuk.

“engga Fy. Gue udah pikirin ini baik-baik. Gue bakal terima segala konsekuensinya.”

“kak, elo ga kasian apa sama Shilla? gue yakin dia masih sayang banget sama lo! lo tega ninggalin Shilla gitu aja??”

“justru kalo gue di sini, gue bakalan tambah nyakitin Shilla.”

“lo tau darimana kak???”

“entahlah. Gue mikirnya kayak gitu!”

“kak, ayolah. Pikirin lagi semuanya! Jangan sampe elo nyesel.”

“udah Fy. Gue udah bener-bener mikirin ini semua. Gue yakin gue ga bakal nyesel. Gue yakin ini yang terbaik. Tolong sampein ya suratnya sama Shilla. Yo, sekali lagi, gue minta maaf sama lo. Gue bakalan pergi. Engga bakalan ada lagi Alvin si brengsek itu! gue harap elo selalu bahagia sama Ify. gue balik ya. Makasih Fy.”

Alvinpun berbalik. Lalu melangkah menuju mobilnya. Ia sudah memutuskan semua ini. Ia sudah memikirkan matang-matang segalanya. Ia yakin ini yang terbaik untuk semuanya. Ia yakin semua akan baik-baik saja tanpanya.

Rio menatap ‘sahabat’nya itu dengan tatapan tak terbaca. Menyesal? Mungkinkah? Mungkinkah ia merasa menyesal atas segala yang telah terjadi antara ia dan ‘sahabat’nya itu?

Taulah ia pusing memikirkan ini semua! Meskipun mungkin ia sudah tidak membenci ‘sahabat’nya lagi. tunggu tunggu! Apa mungkin selama ini, ia memang tidak membenci Alvin? Apa selama ini, ia hanya merasa, merasa, tidak terimakah? Apa mungkin selama ini ia hanya terlalu egois? Memikirkan perasaannya sendiri, tidak memikirkan perasaan Alvin? Hingga kini Alvin telah lelah dipojokkan dan selalu disalahkan dan di anggap tidak berguna, akhirnya Alvin memutuskan untuk pergi, me.ning.gal.kan.nya? apakah seperti itu?

Sesungguhnya, tidak ada sahabat yang membenci sahabatnya. Semarah-marahnya seorang sahabat dengan sahabatnya, tidak akan mungkin menimbulkan rasa kebencian untuk sahabatnya. Apalagi untuk persahabatan yang telah terjalin dalam kurun waktu yang cukup lama.

Jadi, selama ini, benarkah ia terlalu egois? Benarkah apa yang Ify katakan waktu itu padanya? Ia begitu childish dalam menghadapi semuanya?

Entahlah. Kini semua pertanyaan pertanyaan itu memenuhi otaknya. Ia sendiri bigung apa jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan-pertanyaan itu. apakah jawabannya ya?

Ify. daritadi ia hanya terdiam sambil memperhatikan amplop putih yang Alvin berikan padaya untuk dititipkan pada Shilla. apa yang harus ia lakukan sekarang ini? Ia tidak bisa mencegah Alvin untuk tetap tinggal.

Namun jika Alvin tetap saja pergi, bagaimana dengan Shilla? bagaimana dengan perasaan Shilla? ia yakin Shilla akan sangat hancur saat mengetahui bahwa Alvin akan pergi meninggalkanya.

Bagaimana pula dengan masalahnya dengan Rio? Masa mau ditinggal begitu saja sih? Meski tadi Rio sudah menunjukan pertanda berdamai, namun tetap saja, belum dengan secara sah.

Ia tidak bisa diam saja di sini! Ia harus melakukan sesuatu! Ia tidak mau ada air mata yang harus jatuh saat Alvin pergi nanti. Ia harus bertindak! Apa ya? Apa yaa??

Ah, ia tau! Mungkin Shilla bisa menghentikan Alvin. Mungkin jika Shilla sendiri yang menahan Alvin, Alvin mau mendengarkannya! Ya, ia harus menemui Shilla! ia tidak mau sahabatnya terluka!

Segera tersadar, ia langsung masuk kembali ke dalam rumah, lalu keluar dengan membawa kunci mobil. Rio yang melihatnya langsung menahan tangan Ify.
“mau kemana kamu Fy?”

“ke rumah Shilla! kamu mau ikut atau mau pulang atau mau nunggu di sini?”

“ikutlah!”

“yaudah ayo buruan!”

Rio langsung mengambil kunci di tangan Ify dan mereka segera melesat ke rumah Shilla.
***

Gadis itu masih saja murung. Ia masih memikirkan kekasihnya. Apa yang harus ia lakukan? Ia benar-benar sangat merindukan kekasihnya saat ini. Ia ingin sekali bertemu dengan kekasihnya. Ia ingin sekali memeluk kekasihnya itu.

kitaa… putus!

Ia teringat dengan ucapannya di taman sekolah kala itu. ah, ia sudah mengucapkannya. Ia sudah memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu. Berarti, mulai saat itu, lelaki itu bukan lagi kekasihnya.

Ah, tidak tidak! Sampai kapanpun, ia tidak akan pernah mau melepaskan sang kekasih. Ia sangat mencintai kekasihnya itu. ucapannya kala itu, hanya wujud dari emosinya saja. Ia tidak begitu sungguh-sungguh. Bahkan ia tidak berniat memutuskannya kala itu.

Ini tidak bisa dibiarkan! Rasa rindu ini, begitu menyakiti hatinya. Semakin hari, rasa rindu terhadapnya semakin besar. Ia tidak akan mungkin bisa bertahan dengan rasa rindu yang begitu menggebu-gebu ini.

Besok, besok ia akan menemui kekasihnya itu. besok ia akan meminta maaf pada kekasihnya. Besok ia akan meluruskan, menyelesaikan segala masalah ini. Ia tidak mau terlarut dalam kebodohannya, dan akhirnya ia menyesal.

TOKTOKTOK

Shilla terlonjak saat mendengar bunyi ketukan yang lebih pantas di sebut gedoran itu. heuh. Tidak sabaran sekali sih orang itu! siapa sih yang bertamu!? Sudah tau moodnya sedang sangat buruk!

Karena ia sedang sendirian di rumahnya, akhirnya iapun bangkit dan terpaksa turun ke bawah untuk membukakan pintu. Melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.

TOKTOKTOK

“iya sebentar!” teriaknya.

KLIKK

“Ify? ka Rio?” herannya.

“Shil, tadi ka Alvin ke rumah gue. dan dia nitip ini buat lo!” Ify menyerahkan surat yang tadi Alvin berikan padanya.

“apaan itu?” entah mengapa namun jantung Shilla mulai berdebar tak karuan. Ia mulai merasa ada yang tidak beres. Tidak biasanya Alvin menulis surat untuknya. Biasanya Alvin akan langsung menghampirinya jika ingin membicarakan sesuatu.

Apa Alvin sudah lelah dengannya? Apa Alvin sudah tidak mau lagi bertemu dengannya? Apa Alvin sudah lelah menunggu ia memaafkannya? Ia harap tidak!

“baca aja!”

Shilla menerimanya dan membuka isinya. Dengan penuh harapan, ia membuka surat itu. harapan, agar isinya tidak mengecewakan.

To: My Dear

Shilla sayang. Uups, masih pantes gak sih aku manggil kamu sayang? Masih boleh gak? Setelah semua yang udah aku lakuin ke kamu? Udah ga pantes ya, ga boleh ya?

Yaudah deh. Aku panggil kaya biasa aja.

Shill, aku minta maaf ya buat semuanya. Buat segala yang udah aku lakuin ke kamu. Segala sakit hati yang udah kamu terima karena ulah aku. Aku minta maaf buat air mata yang udah jatuh karena sikap aku. Aku minta maaf. Aku engga bermaksud buat nyakitin kamu.

Kayaknya kamu udah cape ya sama aku? Kamu udah ga butuh aku lagi? kamu udah ga bahagia sama aku? Bahkan kayanya, kamu udah muak sama aku. Iya ya?

Maka dari itu, aku udah mutusin buat pergi dari sini. Aku bakalan pergi. Bukan buat ninggalin kamu kok. Aku Cuma ga mau ganggu hidup kamu lagi.

Aku masih sayang kamu Shill. Seandainya aja aku engga bodoh waktu itu, pasti sekarang kita masih baik-baik aja. Aku nyesel Shil, aku nyesel.

Aku minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu. Aku harap masih ada sedikit celah di hati kamu buat nerima maaf aku.

Makasih ya Shill buat beberapa bulan yang indah yang udah kamu kasih ke aku. Aku ga akan pernah lupain semua kenangan kita. Aku sayang kamu. Aku sangat sangat sayang kamu.

Makasih udah mau nyempetin baca surat dari aku. Aku nulis surat ini Cuma mau ngasih tau kamu aja. Kalo aku mau pergi. Ga penting ya? Yaudah ga apa-apa. Biar kamu tau aja kalo Alvin si brengsek itu bakalan pergi dari hidup kamu.

Sekali lagi maaf buat semua kebodohan aku yang udah tega nyakitin kamu. Itu semua ga sengaja Shill. Aku ga pernah punya niat buat nyakitin kamu.

Maaf juga kalo ada kata-kata yang nyakitin atau nyinggung kamu. Aku sayang kamu, Ashilla.

Alvin Jonathan


“hah?! Kak Alvin mau pergi?? Engga. Engga! Kak Alvin ga boleh pergi! Kak Alvin ga boleh ninggalin gue!!” Shilla histeris.

Air matanya telah tumpah sejak awal membaca surat itu. ia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kabar buruk dari Alvin.

Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan! Ia tidak boleh membiarkan Alvin pergi dan meninggalkannya! Apa jadinya ia jika tidak ada lagi Alvin dihidupnya??

“Shil, tenang Shill. Tenang dulu!”

“gimana gue bisa tenang kak! Kak Alvin… kak Alvin mau pergi! Dia mau ninggalin gue!!”

“engga Shill! Alvin pasti ga akan tega buat ninggalin elo! Kalo elo ga mau dia pergi, cegah dia besok!” tegas Rio.

Bersambung……

Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar