Rabu, 11 Januari 2012

The Power Of Love *Part 34* (Repost)

The Power Of Love *Part 34*

“aaaaww!” jerit Ify ketikaa ia dilemparkan ke tumpukan kardus-kardus oleh Angel dan Zevana setelah sebelumnya mereka ikat kedua tangan Ify.

Ify menangis sejadi-jadinya karena luka di punggungnya yang baru saja kering kembali terluka akibat perlakuan kasar Angel dan Zevana itu. rasa perih itu muncul lagi. lukanya terasa sangat perih.

“hahahaha” Zevana dan Angel tertawa setan melihat Ify yang menangis, meringis kesakitan.

“LEPASIIIN GUE!! LEPASIIIIN!!!” bentak Ify sambil meronta.

Zevana melangkah mendekati Ify, lalu mejambak rambut Ify dengan kasar.

“haduuuuh Ify sayang. Kasian banget ya lo!! sakiiit yaa???! Mau gue tambahinn??!! Siniii, dengan senang hati….” Zevana pun menekan luka di punggung Ify hingga darah mengucur semakin deras. Baju rumah sakit yang masih dikenakannya itu berubah warna menjadi merah.

“AAA ZEVAAA SAKIIIT STOOOP!!! STOOOOP!!!” teriak Ify mencoba melepaskan tangan Zevana dari lukanya.

Bukannya melepaskannya, Zevana malah tambah menekan luka Ify. membuat Ify menjerit semakin keras.

“AAAAAAAAAA LEEEPAAAAAAAAAS!! LEEE…..PAAAAAS….” jerit Ify dengan nafas yang tersengal-sengal. Tenaganya sudah hampir habis untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan akibat ulah bejat Zevana.

Zevana tersenyum licik melihat Ify yang terlihat tak berdaya seperti itu. ia sangat puas melihatnya.

“terusin Zev, jangan kasih ampun. Biarin aja dia kesakitan sampe mati kalo perlu. Hahahaha” Angel mengompori. Ia tertawa bak setan.

Ify hanya bisa menangis tanpa suara. Tenaganya sudah habis ketika sakit yang diciptakan Zevana itu menyerang lukanya. Keringat dan darah mengalir deras secara bersamaan di tempat yang berbeda.

Pelipis dan rambutnya basah akibat keringat yang mengalir. Sedangkan baju yang dikenakannya sebagian besar berubah menjadi warna merah akibat drah yang mengucur dari lukanya.

Melihat Ify yang sudah benar-benar tak berdaya, Zevanapun menghentikan pekerjaan bejatnya pada Ify. ia lantas berdiri lalu menyunggingkan senyum liciknya sambil melipat kedua tangannya di dada.

“gimana? Sakit ya? Ini belum apa-apa! Kita tunggu part selajutnya ya tuan putri. Hahahaha” ujar Zevana.

‘ya Allah, apa lagi ini?? sakit banget lukanya…’ rintih Ify dalam hati.
****

Kini gadis malang itu duduk du sebuah bangku dengan tangan dan kaki yang terikat. Keadaannya masih sama kacaunya seperti tadi setelah penyiksaan yang dilakukan oleh Zevana. Kasihan sekali gadis ini.

Ify berharap ada seorang malaikat yang baik hati atau setidaknya Tuhan mau berbaik hati menolongnya, membebaskannya dari keadaan seperti ini. ia sudah benar-benar sangat lemah sekali saat ini. tenaganya telah habis terkuras untuk menangis. Kini ia hanya bisa pasrah saja menunggu adanya keajaiban untuk membebaskannya dari tempat itu.

Tiba-tiba pintu dibuka dan masuklah dua orang yag tak lain adalah Zevana dan Angel. Dengan senyum puas dan licik yang berkembang di wajah mereka berdua. Mereka menghampiri Ify.

“apa kabar nona cantik. Udah hampir 2 jam loh lo di sini. Tapi kok pangeran lo ga nolongin lo ya? Heeem, jangan-jangan, dia udah ga peduli lagi sama lo!? uuuh, kasian sekali nasibmu nak..” ujar Zevana sambil memperagakan gaya seorang perempuan iblis.

Rio! iya, kemana dia? mengapa dari tadi ia tidak muncul-muncul di sini? Tidak mungkin jika Rio sudah tak memperdulikannya lagi. pasti Rio tidak mengetahui ia dimana.

“diem aja lagi lo! ga punya mulut yaa?! Lo tuh lagi diajak ngomong!!! Apa lo budek!!? Hah?!” kesal Zevana karna Ify tidak menjawab perkataannya. Sesungguhnya, Ify benar-benar sudah tak bertenaga. Jangankan untuk berbicara, sekedar mengangguk atau menggeleng saja ia sudah tidak kuat lagi.

Ify tetap tak menjawab. Membuat Zevana semakin kesal dibuatnya.

‘PLAAAAK!’ satu tamparan melayang ke pipi Ify. dan lagi-lagi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menikmati rasa sakit, perih, nyeri di sekujur tubuhnya. Pipinyaoun mememar akibat tamparan yang cukup keras dari Zevana tadi.

“enak ga? Sakit ga? Hah?!!!” bentak Zevana.

Ify hanya bisa menatap tajam Zevana. Mengisyaratkan bahwa ia benar-benar membenci perempuan yang berada dihadapannya ini. ingin sekali rasanya ia mencakar habis wajah perempuan biadap (astagfirullah, maaf ya temen2. Bahasanya rada kasar nih) ini. namun apa daya, ia tak sanggup melakukannya.

‘PLAAAAAK!’ tamparan kedua kembali melayag ke pipi Ify. Zevana benar-benar emosi dibuatnya. ia merasa bahwa Ify tak menganggap ucapannya.

“heh budek banget sih lo!! jawab dong kalo gue tanya!!!” bentak Zevana.

“udah, hajar aja Zev!” Angel kembali mengompori.

Zevanapun menjambak kasar rambut Ify. lagi-lagi Ify dibuat tak berdaya olehnya. Ify hanya bisa pasrah menahan rasa perih yang dirasakannya hampir diseluruh bagian tubuhnya.

“lo tau, lo itu udah ngerebut Rio dari gue!!” bentak Zevana.

Ify menyunggungkan seulas senyum tipis yang licik. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mengeluarkan suaranya.

“ngerebut rio? kapan ya lo pernah pacaran sama rio? setau gue engga pernah.” Ucap Ify tajam.

“heh? Berani ya lo sama gue!!!”

‘PLAAAAK!’ lagi-lagi Zevana menampar Ify. entah apa maunya perempuan satu itu.

Saat ingin kembali memberikan tamparan berikutnya untuk Ify tiba-tiba pintupun dibuka dengan kasarnya. Zevana, Angel, dan Ifypun menoleh kea rah pintu.

Ify tersenyum tipis. Ia lega. Akhirnya mereka datang juga. Teman-temannya datang untuk menolongnya.

“LEPASIIN IFY!!!” bentak Rio seraya melangkah mendekati Zevana.

Zevanapun mengeluarkan pisau lipat yang sudah ia sediakan. Lalu menodong Ify sebagai umpan.

“lo semua mau gue lepasin Ify?” Tanya Zevana penuh kemenangan.

“tolong lepasin Ify! jangan sakitin Ify lagi!” pinta Shilla.

“oww, ga segampang itu nona. Gue punya satu syarat!”

Shilla, Alvin, Rio, Cakka, dan Oik saling menatap. Lalu dengan ragu, Rio bertanya.

“apa syaratnya?”

Zevana mengisyaratkan sesuatu pada Angel. Angelpun mengangguk. Lalu ia melangkah menuju tumpukan kardus-kardus yang entah apa isinya. Lalu diambilnya satu kardus yang isinya botol-botol bekas bird an minuman-minuman keras lainnya.

Diambilnya satu persatu botol itu, lalu dipecahkannya botol itu di lantai. Semua terheran-heran melihatnya. Apa maksudnya?

Setelah semua selesai, Zevana kembali berbicara.

“okeh, syaratnya adalah, lo (menunjuk Shilla) harus lewatin pecahan-pecahan beling itu, TAN-PA-A-LAS-A-PA-PUN!” tegas Zevana.

Semua melotot mendengar syarat yang diberikan oleh Zevana. Terutama Ify  dan Shilla.

“engga! kenapa harus Shilla?! gue aja! Gue yang akan ngelakuin syarat dari lo itu!” Alvin tidak setuju dengan syarat yang diajukan Zevana.

“gue maunya Shilla, bukan lo!” ketus Zevana.

“ta…tapi kenapa harus SHilla?! kenapa engga gue, atau Rio???” Tanya Alvin.

“gue maunya Shilla ya Shilla!!! lo mau ngelakuin apa pisau ini bakal ngelukain Ify?!” ancam Zevana.

Benar-benar licik sekali Zevana ini.

Shilla menatap Ify. ia tidak tega dengan sahabatnya itu. keadaannya benar-benar sangat memprihatinkan. Wajahnya pucat dengan tepi bibir yang robek dan berdarah. Baju yang sebagian besar luntur akibat darah.

‘gue harus bantu Ify!’ tegas Shilla dalam hati.

ify menangis mendengar syarat yang diajukan oleh Zevana. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Mengisyaratkan bahwa Shilla tidak perlu melakukannya. Ia tidak mau ada yang terluka hanya untuk membatunya.

“jadi, gimana? Setuju atau engga???” Tanya Zevana sambil tersenyum puas.

Shilla menarik nafas. Lalu kembali memantapkan hatinya.

‘sekali-sekali gue berkorban buat ify. gue ga tega ngeliat sahabat gue kaya gitu.’ Batinnya.

‘bismillah, semoga ini keputusan terbaik’

Sekali lagi ia menarik nafas. Lalu perlahan mengangguk.

“oke, gue mau…” ucap Shilla setuju.

Zevanapun kembali tersenyum sangat puas.

“bagusss.”

“jangan Shil!!!” semua kaget mendengar jawaban Shilla. termasuk Ify. Ify kembali mennagis da menggelengkan kepalanya. Melarang Shilla melakukan hal bodoh seperti itu.

“tapi kalo gue udah ngelakuin syarat dari lo, lo janji harus lepasin sahabat gue!” ucap Shilla memastikan.

“okeh, gue janji!”

“jangan Shil!” gumam Ify tanpa suara sambil menggelengkan kepalanya pelan mengisyaratkan bahwa ia tidak setuju Shilla mengorbankan dirinya hanya untuk menolongnya.

“Shilla jangan! Pliss Zev gue aja!! Janga Shilla!” Alvin kembali memohon.

“heh, gue bilang Shilla ya Shilla! ga usah sok jadi dewa penolong deh!!” bentak Zevana.

“gapapa Vin, demi sahabat aku.” Shilla menatap Ify miris.

Ify terus-terusan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menitihkan air matanya. Berharap Shilla merubah keputusannya. Ia rela terluka, asal jangan ada yang terluka lagi selain dirinya. Apalagi sahabatnya.

“jangan Shil.” Gumam Ify pelan.

Shilla tersenyum tipis,”engga apa-apa Fy. Gue ikhlas kok. Asal lo bebas.” Iapun ikut menitihkan air mata melihat sahabatnya itu.

“ahelah, lebay banget sih lo! daripada lo sok sok an dramatis gitu, mendingan buruan deh lakuin apa yang gue suruh tadi!!” suruh Zevana.

Shilla menghapus air matanya. Lalu menarik nafas, meyakinkan diri, bahwa ia pasti bisa. Demi sahabatnya!

Shilla melepaskan sandal yang ia gunakan tadi. Alvin sudah kotar-katir keringat dingin melihat Shilla yang bersiap-siap menjalankan syarat Zevana. Ia menarik tangan Shilla ketika Shilla mulai melangkah perlahan menuju ke tumpukan beling itu.

“Shill…” lirih Alvin seraya menahan tangan Shilla.

Shilla berhenti melangkah dan menoleh ke Alvin. Ia tersenyum lalu mengangguk menandakan bahwa ia sudah yakin ia pasti bisa melakukannya. Allah selalu bersamanya.

Alvinpun melepaskan tangan Shilla. ia hanya bisa pasrah da berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar Shilla akan tetapbaik-baik saja ketika selesai melakukan syarat gila itu.

Kini Shilla sudah berada dihadapan beling-beling itu. ia menatap beling itu miris. Tapi ia yakin, ia pasti bisa melaluinya. Demi Ify, demi sahabatnya. Ia menarik nafas perlahan.

‘Ya Allah, bantu aku melewati beling-beling ini. demi Ify ya Allah, demi sahabatku.’ Doa Shilla dalam hati.

“Bismillahirrahmanirrahiim” gumamnya pelan sebelum memulai melaksanakan syarat gila yang diberikan oleh ratu gila itu.

Shilla mulai melangkahkan kakinya di atas beling-beling itu. ia menutup matanya dan menggigit bibirnya untuk menahan segala rasa sakit dan perih yang ia rasakan. Kakinyapun langsung mengeluarkan darah banyak.

Semua menatap Shilla miris. Terutama Ify. ia menangis. Ia merasa sangat bersalah. Hanya demi dirinya, Shilla rela melakukan hal bodoh itu. Alvinpun menangis melihat Shilla melewati beling-beling itu. Shilla rela mengorbankan dirinya demi Ify, demi sahabatnya.

Sedangkan Zevana dan Angel tersenyum penuh kemenangan melihat adegan di hadapannya itu. semua ini memang sudah mereka set sedemikian rupa hingga akhirnya mereka berhasil mengerjai Ify dan kawan-kawannya.

Selangkah lagi, dan akhirnya ia berhasil melewatinya. Ia berhasil berjalan sebanyak 7 lagkah di atas pecahan beling-beling laknat itu. seketika tumpukan beling itu berubah menjadi lumpur darah akibat banyaknya darah yang keluar dari telapak kaki Shilla. Karena tak kuat menahan rasa sakit di kakinya, akhirnya Shilla jatuh terduduk.

“SHILLAAA!!” pekik Alvin melihat Shilla yang sudah berhasil melewati beling-beling itu. namun kakinya……

Alvin langsung berlari kea rah Shilla yang sudah terduduk lemas di lantai yang penuh oleh darahnya itu. shilla menopang tubuhnya dengan tangannya. Alvin langsung memeluk Shilla.

“kamu hebat!” bisik Alvin lirih. Lalu melepaskan pelukannya. Shilla tersenyum lalu mengangguk. Lalu ia beralih menatap Zevana yang sedang tersenyum licik dan puas.

“se…karang, le…lepasin Ify!” pintanya terbata.

Zevana tertawa puas mendengar permintaan Shilla.

Shilla menatapnya dengan tatapan yang benar-benar membunuh.

“LEPASIN SAHAABAT GUE!!!” bentak Shilla.

Angel dan Zevanapun melepaskan ikatan Ify.

“okey, selamat bersenang-senang…. Dadah…” setelah melepaskan ikatan Ify, mereka berdua langsung pergi dari tempat itu dengan hati puas.

Ify tak kuat berdiri. Ia benar-benar sangat lemah. Tenaganya telah habis. Saat ia bagkit dari kursinya, iapun terjatuh. Rio langsung berlari menghampiri Ify melihat Ify yang benar-enar lemah itu.

“Ify!!” pekik Rio. lalu ia memeluk Ify. mendekapnya dengan erat.

“aku gapapa kak…” lirih Ify pelan namun cukup untuk di dengar Rio.

“gapapa gimana? Kamu tuh luka-luka, memar-memar gini. Emang dasar iblis tuh perempuan!” Riopun melepaskan pelukannya.

“bibir kamu berdarah Fy, yaampuun…” Rio menyentuh kedua pipi Ify, lalu mengelap darah Ify dengan ibu jarinya.

“makasih kak, bantu aku ke Shilla.” ucapnya pelan karena ia benar-benar sangat lemah, hingga berbicarapun memerlukan tenaga yang lumayan.

Rio mengangguk lalu membantu Ify berjalan kea rah Shilla.

Ify menangis dan langsung memeluk Shilla.

“Shillaaa, ma….makasih Shill! Makasih lo udah bantuin gue. makasih udah berkorban buat gue. makasih Shil! Lo harusnya ga perlu ngelakuin hal bodoh ini!” ujar Ify pelan seraya melepaskan pelukannya.

“gapapa Fy. Sekali-kali berkorban buat sahabat.” Shilla mencoba tersenyum di sela-sela sakit yang luar biasa yang ia rasakan di kakinya itu.

ify langsung merobek baju rumah sakit yang sudah berwarna merah itu. lalu dibalutkannya kaki Shilla dengan bajunya itu. oik menangis menyaksikan adegan mengharukan itu.

selesai membalut luka Shilla, Ify sempat tersenyum kea rah Shilla yag juga tersenyum padanya. Sebelum akhirnya ia pingsan saking lemahnya tubuhnya itu.

“Ify!!!” pekik semuanya bersamaan yang kaget melihat Ify yang tiba-tiba pingsan dengan wajah yang benar-benar pucat. Keringat dingin membasahi pelipisnya.

Rio langsung menggendong Ify dan membawa Ify ke dalam mobilnya dan mereka semua segera menuju ke rumah sakit.
*****

Rio duduk di samping tempat tidur Ify. Dielusnya rambut Ify dengan lembut.

“bagun Fy, bangun sayang. Jangan bikin aku cemas gini…” lirih Rio.

Tiba-tiba Shilla, Alvin, Iel, Cakka, dan Oik masuk ke dalam kamar rawat Ify. kaki Shilla telah diobati oleh dokter dan sekarang ia menggunakan kursi roda yang didorong oleh Alvin.

“Shill, thanks banget ya lo udah nolongin Ify. gue gatau harus gimana balesnya.”

“yaampun kak, gue ikhlas kok. Gimanapun juga, Ifykan sahabat gue. gue rela ngelakuin apapun supaya Ify ga disakitin terus-terusan sama ratu iblis itu.” jawab Shilla.

“sekali lagi thanks ya Shill…” Rio tersenyum.

“sama-sama kak….” Shilla membalas.

“gimana kaki lo?” Tanya Rio.

“engga apa-apa kok. Cuma luka aja. Paling dua mingguan jug ague udah bisa jalan lagi, Ify gimana kak?”

“gatau nih. Kata dokter Ify ngedrop banget. Fisknya bener-bener lemah. Ini semua gara-gara cewe iblis itu!” geram Rio mengingat kejadian tadi.

“kasian banget Ify. zevana selalu jahatin dia. udah dia nusuk Ify, sekarang Ify disiksa sampe sebegitunya.” Ujar Alvin miris.

“tau tuh si Zevana emang jahat banget! Bener-bener licik banget tuh orang!” Shilla ikut-ikutan kesal.

“Yo, gue saranin sama lo, mendingan lo jagain Ify terus deh Yo! dia ada di deket lo aja, Ify masih celaka. Gimana kalo jauh….” Saran Cakka.

“iya Kka, lo bener. Zevana ga boleh nyakitin Ify lagi!!” ucap Rio.

“coba lo liat tuh akibat ulahnya si Zevana! Muka Ify memar! Tangannya berdarah,luka tusuknya yang udah hampir kering, jadi berdarah lagi. liat kan tadi bajuny sampe merah semua gitu. Pasti Ify bener-bener disiksa sama si Zevana.” Gabriel menambahkan. Ia juga merasa kasihan dengan Ify.

Rio menatap miris Ify yang masih belum sadarkan diri itu. dikecupnya lembut pipi Ify.

“kalian bener. Harusnya gue yang kaya gini, bukan Ify!” gumam Rio.
*****

Iel berjalan menuju kantin rumah sakit. Namun ada yang aneh dengannya hari ini. ia merasa kepalanya berat sekali. Dan sekarang, rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. Matanya berbayang dan berkunang-kunang.

“kok tumben-tumbenan y ague pusing banget gini?” tanyanya pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba saja ia merasa sesuatu menetes dari hidungnya. iapun menyentuh hidungnya dan sangat terkejut melihat jarinya berwarna merah. Itu artinya, ia mimisan kan? Ia buru-buru berlari menuju kamar mandi.

Di kamar mandi,

Iel membersihkan darahnya. Ia benar-benar merasa aneh dengannya hari ini. tidak biasanya ia begini. Apalagi ia jarang sekali mimisan.

Saat sedang memikirkan apa yag terjadi dengan dirinya, tiba-tiba seorang ank kecil menghampiri wastafel dan berdiri di samping Iel. Kira-kira kelas 3 SD.

“loh, kak, kok hidung kaka berdarah?” Tanya anak kecil itu polos.

Gabriel kaget lalu menoleh kea rah anak kecil itu.

“eh, ade kecil. Lagi ngapain?”

“cuci tangan kak. Itu hidung kaka kenapa?” Tanya anak kecil itu lagi, sambil menunjuk hidung Iel.

“kaka juga ga tau. Tiba-tiba aja tadi mimisan.” Jelas Iel yang merasa aneh sendiri.

“ih, kaka sama kaya kaka aku. suka tiba-tiba mimisan….” Ucap anak kecil itu.

Gabriel berlutut menyamakan tingginya dengan anak kecil itu.

“sama?” Tanya Gabriel.

“iya kak, tapi sekarang kak Rangga udah engga ada kak. Kak Rangga udah dijemput sama malaikat. Udah tenang di sisi Allah.” Jelas anak kecil itu.

Gabriel tersentak kaget.

“maksud kamu meninggal?” Tanya Iel.

Anak kecil itu mengangguk.

“loh, kok bisa meninggal? Emang kaka kamu kenapa?”

“sakit kak.”

“sakit apa?”

“kanker kak….”

Gabriel kembali tersentak.

“kank…kanker???” tanyanya kaget.

“iya kak. Dan kak Rangga itu sama kaya kaka. Suka mimisan tiba-tiba gitu…”

GLEK! Gabriel menelan ludah. Apa maksudnya ini?
*****

Acha mengajak Gabriel ke rumahnya. Setelah sekian lama berteman, baru kali ini Acha mengajak Gabriel ke rumahnya. Tadinya ia juga mengajak Cakka, Oik, Rio, Alvin dan Shilla. namun mereka semua tidak bisa karena mereka ingin menunggu Ify di rumah sakit. Akhirnya Gabriellah yang ikut Acha. Karena ga enak kalo semuanya ga ikut.

“ayo kak masuk. Maaf ya kak, kalo kecil” Acha mempersilahkan Gabriel masuk ke rumhanya. Memang rumah Acha tidak sebesar rumah Iel, Cakka, Alvin, Oik, Shilla, Rio ataupun Ify.

“ah, gapapa kali Cha. Santai aja….”

“tunggu ya kak, gue panggil ibu dulu….”

Gabriel tersenyum dan mengangguk.

Tak lama kemudian, Achapun datang bersama dengan ibunya.

“ini loh bu, yang namanya kak Iel…” Gabriel pun langsung bangkit berdiri lalu menyalami ibu Acha.

“Iel? Gabriel?” Tanya mama Acha sambil tersenyum namun rada bingung.

“iya tante, saya Gabriel. Gabriel Stevent Damanik” Ucapnya sambil tersenyum.

“Gabriel Stevent Damanik?” Tanya mama Acha sedikit kaget.

Gabrielpun mengangguk sambil tersenyum.

Mama Achapun mengamati profil Gabriel dari atas sampai bawah.

“a…apa kamu anaknya John Damanik?” Tanya mama Acha.

“i…iya tante…” jawab Iel bingung. Dari mana mamanya Acha ini tau?

“ah, iya…. Papa kamu dulu temen kuliah tante.” Mama Acha tersenyum.

“iyaa tante? Wah, ga nyangka banget ya ternyata dunia sempit…”

“iya ya….” Mama Achapun tersenyum.

‘bukan hanya teman kuliah. Tapi juga istrinya…..’

Bersambung……

Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar