Rabu, 11 Januari 2012

The Power Of Love *Part 21* (Repost)

The Power Of Love *Part 21*

Hari ini, Rio dan Ify memutuskan untuk pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta untuk membeli kado buat Zevana. Sekalian jalan-jalan berdua. Kan mereka berdua belum pernah jalan-jalan berduaan.

Pulang sekolah, mereka berdua langsung meluncur ke salah satu mall terbesar.

Setelah muter-muter di dalam mall yang gede itu, dan menemukan barang apa yang cocok buat Zevana, mereka memutuskan buat makan siang dulu di salah satu caffe yang ada di sana.

Di sini, sekarang, mereka berdua duduk berdua, berhadapan. Tapi anehnya, mereka tidak sama sekali buka mulut daritadi awal masuk caffe. Saat mencari hadiahpun, mereka tak banyak bicara. Hanya sesekali jika itu penting. Entah karena apa mereka masih saling cuek seperti itu.

Ify mengaduk-aduk minuman di depannya. Matanya tertuju pada sosok laki-laki manis dihadapannya itu. Rio! Ia merasa aneh dengan pemuda itu yang sekarang berstatus sebagai kekasihnya. Ia memaklumi sikap Rio yan cuek dan jaim itu. Namun apakah harus jika didepannya yang notaben adalah kekasihnya sendiri, masih harus jaim dan cuek? Apa memang yang dipikirkannya kemaren-kemaren itu benar? Bahwa Rio hanya merasa bersalah. Bukan ia mencintai Ify?

Ify terus memperhatikan Rio yang masih tetap diam tak berbicara. Yang lebih memilih memainkan BBnya, ketimbang berbasa-basi dengan kekasihnya. Sedikit miris memang melihat kelakuan Rio ini. Apa BBnya itu lebih menarik daripada dirinya? Yasudah, jika memang seperti itu, pacaran saja sana dengan BBnya!!! Pikir Ify gondok.

Rio masih asyik berkutat dengan BBnya. Entah apa yang dilihatnya. Tidak ada yang menarik perhatiannya dari BB itu. Ia hanya… hanya… bosan mungkin? Bosan kenapa? Apa iya ia bosan dengan Ify? Tidak mungkin! Pikiran dan jiwanya kini tak menyatu. Jiwanya memang berada di sini, namun pikirannya sedang melayang jauh, entah ke mana. Memikirkan alasan yang tepat mengapa sampai keadaan beku seperti ini dapat tercipta diantara mereka?

Dulu, saat ia sedang berdua dengan Sivia, ia tidak pernah sediam ini. Ah iya, Sivia! Dia jadi mengingatnya lagi. Sedang apa gadis itu di sisi Tuhan? Mengapa ia jadi teringat lagi dengan gadis manis itu?

Ia masih memikirkan jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaannya itu, sebelum suara Ify terpaksa menyadarkannya dari alam lamunnya.

“ada apa sih sama cowo di depan aku ini?!” tanya Ify, lebih tepatnya menyindir. Ia mengatakannya dengan nada menyindir.

“berasa duduk di depan patung!” sindirnya lagi membuat Rio tersentak.

“maaf” hanya satu kata itu yang dapat ia keluarkan. Tanpa nada, tanpa ekspresi. Tak ada basa-basi. Tak ada rayuan. Tak ada kata-kata tambahan. Hanya satu kata, maaf.

Ify memutar bola matanya. Jenuh. Sangat jenuh dengan keadaan ini. Rio seperti tak menganggapnya. Apa sih yang membuat Rio seperti itu terhadapnya?

“kayanya, kalopun nyawa gue melayang di depannya juga engga bakalan ada rasa takut kehilangan.” Ify kembali berbicara dengan nada menyindir.

Rio mengalihkan pandangannya ke Ify. Menatapnya heran.

“kok kamu ngomongnya gitu??” tanya Rio.

“hey, aku ini kamu anggep apa sih kak Mario!??” tanya Ify dengan nada gemas, kesal. “daritadi, boro-boro basa-basi. Ngomong aja engga! Maenan BB mulu! Udah, jalan aja sama BB kamu! Pacaran aja sama BB kamu!” kesal Ify.

“yaampun, enggalah! Aku engga ngapa-ngapain kok sama BB ini. Serius deh. Abis aku bingung, mau gimana mulainya…” entah memang benar seperti itu adanya, atau hanya alibi Rio saja agar tidak menyakiti perasaan Ify.

Ify tersenyum miring, “kaya baru pertama kali pacaran aja!” ia kembali menyindir Rio.

Rio menarik nafas panjang. Lalu mendesah keras.

“maaf Fy. Aku bosen banget… mendingan kita pulang aja yuk!”

“oh, bosen ya, jalan sama aku!? Yaudahlah. Aku pulang!” Ify berdiri secara kasar. Dan otomatis iapun mendorong kursinya dengan kasar, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup menyita perhatian pengunjung caffe. Setelah menatap tajam Rio, ia segera pergi meninggalkan Rio yang masih menatapnya dengan heran dan sedikit takut.

Setelah, meletakkan beberapa lembar uang, guna membayar pesanannya tadi, Riopun menyusul Ify. Ia takut Ify benar-benar serius marahnya. Aah, ada apa dengan Rio sih?! Hari ini, ia kembali nyuekin Ify!!

“Fy !!” panggil Rio sambil menarik tangan Ify.

Mau tak mau Ifypun jadi berhenti.

“jangan marah!” pinta Rio.

Halah, selalu saja kata-kata itu yang keluar dari mulut Rio. Seakan tak ada kata lain, untuk merayunya.

“au ah!” Ify melepaskan paksa tangannya dari genggaman tangan Rio dan kembali berjalan. Kali ini, dengan langkah panjang dan lebar, dan sedikit berlari. Sampai tiba-tiba ia menabrak seseorang.

Hampir saja ia terjatuh ke lantai keramik itu, jika seseorang yang ditabraknya tidak menahan tubuhnya. Ify menatap orang itu. Orang itupun menatap Ify. Akhirnya mereka saling tatap (??).

Rio hanya melihatnya dalam diam. Tak berani atau tak mau berucap, atau memarahi Ify karena cemburu. Cemburu? Ia cemburu?? Mungkin seperti itu. Karena pada saat ia melihat tubuh Ify ditumpu oleh tangan laki-laki lain, hatinya terasa mencelos. Seperti ada yang menyentil hatinya. Sakit. Namun ia tak berbicara apapun. Atau hanya sekedar menyuruh mereka berdua merubah posisi. Tidak sama sekali.

“ehem…” dan akhirnya, deheman perempuan di samping laki-laki itulah yang menyadarkan semuanya. Ify kembali berdiri seperti semula. Dan laki-laki itupun begitu.

“eh, maaf ya kak! Gue engga sengaja.” Ucap Ify menyesal.

“engga apa-apa kok Fy. Gue yang harusnya minta maaf. Yo, sori gue ngga ada maksud apa-apa kok..”

Rio tersenyum.

“engga apa-apa kok Vin. Harusnya gue makasih sama lo. Kalo lo engga nolongin Ify tadi, mungkin dia udah kenapa-napa kali..”

“Shil, sori…” ucap Ify pada perempuan disamping lelaki yang ternyata Alvin itu, yang tak lain adalah pacarnya, Shilla.

“engga apa-apa kali Fy. Santai aja…”

“yaudah, gue pulang duluan yaa… buru-buru nih.” Pamit Ify.

“iya.”

Dan Ifypun kembali melangkah pergi meninggalkan Rio, Alvin dan shilla.

“gue kejar Ify dulu yaa??” izin Rio.

“yaudah…”

setelah tersenyum pada keduanya, Riopun berlari pergi, menyusul Ify.

“kenapa lagi mereka??” tanya SHilla.

“entahlah. Maaf ya Shil, tadi…”

“udahlah ga usah dibahas. Ayo ah…” mereka berduapun pergi.
***
“Fy, tunggu!” untuk yang kedua kalinya, Rio berhasil menarik tangan Ify dan menghentikan langkahnya.

“udahlah. Aku capek!”

“yaudah, kita pulang!”

“aku pulang sendiri aja!”

“Fy, jangan kaya anak kecil dong!”

“siapa sih yng ga sebel kalo dikacangin kaya tadi?! Terus kamu bilang, kamu bosenkan?! Yaudah, aku tinggalin. Biarin kamu asik sama dunia lamunan kamu yang semakin hari semakin kronis!”

“engga gitu Fy.”

“terserahlah!”

Ify sudah akan kembali melangkah pergi, sebelum tangan Rio mencegahnya dan dengan cepat memeluknya.

“lepasin ah! Ini tempat umum!” ronta Ify.

“biarin! Biar mereka juga tau, kalo aku sayang sama kamu! Kamu itu Cuma salah paham!” ucap Rio lembut.

“Rio, lepas !!” paksa Ify kali ini nada agak meninggi.

Rio menggeleng masih memeluk Ify.

“RIO LEPAS !!!” bentak Ify. Membuat Rio tersentak kaget. Tak pernah sebelumnya Ify membentaknya seperti ini. Rio langsung melepas pelukannya.

“aku engga suka kalo kamu udah mulai jadi tukang maksa !!!” ucap Ify dengan nada meninggi yang tertahan.

“Fy, kenapa sih kamu engga bisa ngerti. Aku tuh begini Fy! Orang yang moodyan! Sebentar begini, sebentar lagi begitu! Aku ga suka kalo kamu mulai kaya anak kecil! Cuma aku cuekin aja kamu ngambek, kamu marah! Mau kamu apa sih?!” teriak Rio kesal juga.

“Cuma?! Kamu bilang itu Cuma!? Kamu tau ga sih gimana rasanya dicuekin!! Hah ?! apa jangan-jangan, dugaan aku selama ini bener ?? kamu itu Cuma ngerasa bersalah sama aku!! Kamu engga bener-bener sayang sama aku!! Makanya kamu ngebales dengan macarin aku!! Atau ada cewe lain yang kamu suka, yang selalu ada di angan-angan kamu ?!! Iya?!” Ify mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini mengganjal hatinya. Matanya mulai berkaca-kaca. Bagaimanapun ia ini adalah seorang gadis, yang punya perasaan. Ia bisa merasakan rasa sakit itu, saat Rio nyuekin Ify.

Terkadang, ada rasa takut. Takut yang merajalela secara bebas tak terkendali saat ia sedang bersama Rio, namun Rio lebih memilih untuk bungkam, tak berkata sedikitpun. Ia takut, apa yang ditakutkannya itu benar. Ia takut Rio hanya mengasihaninya. Ia takut, Rio tidak benar-benar menyayanginya, mencintainya. Membayangkannya, air mata Ify akhirnya membuncah keluar.

“kenapa harus aku yang selalu ngertiin kamu!? Kenapa kamu engga mau ngertiin aku?!” tanya Ify lirih. “biar gimanapun, aku ini cewe kak! Yang lemah, yang sensitif! Aku punya batas kesabaran. Aku juga engga tahan kalo harus selalu ngadepin sikap moody kamu itu! Emangnya aku apa kamu sih yang harus selalu kena getahnya dari sikap moody kamu itu!!!”

Rio mencermati ucapan Ify baik-baik. Dicernanya kata demi kata yang Ify ucapkan. Ya, dia memang orang yang moody. Dan selalu melampiaskannya ke Ify. Jika ia sedang bosan, ia nyuekin Ify. Jika sedang marah, terkadang ia memarahi Ify. Tapi Ify masih tetap mengertinya, meski terkadang juga ia marah, atau ngambek. Yaa, Ify benar. Ia sudah terlalu sering dimengerti. Ia terlalu egois. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri.

Rio menghela nafas panjang. Berusaha mengontrol emosinya yang sering muncul secara tiba-tiba. Lalu ia menatap Ify yang telah berurai air mata. Ia melangkah maju mendekati Ify. Lalu dengan ibu jarinya, ia menghapuskan air mata Ify.

“jangan nangis. Aku sayang kamu. Maafin aku kalo selama ini, aku egois. Kalo selama ini, aku terlalu mikirin perasaan aku sendiri. Maafin aku.” Ucap Rio tulus, lembut, dan dengan segenap jiwa.

“jangan pernah kamu mikir, kalo aku ini Cuma kasian sama kamu, atau ngerasa bersalah sama kamu. Aku bener-bener sayang sama kamu. Aku cinta kamu. Aku milik kamu sepenuhnya, seutuhnya. Ga ada cewe lain yang ada di angan-angan aku, dipikiran aku. Cuma kamu. Engga ada yang lain. Aku berani bertaruh apapun untuk itu.”

“aku ga mau kita ribut Cuma gara-gara hal kaya gini. Kalo kita saling sayang, saling cinta, sama-sama punya dan ngerasain perasaan itu, kita juga harus sama-sama saling percaya, saling mengerti, saling memahami. Maafin aku yaa, aku emang salah.”

Perlahan, Rio menarik Ify ke dalam peluknya. Mendekapnya erat. Mencoba menjelaskan betapa ia menyayanginya, betapa ia mencintainya. Mencoba membuktikan, bahwa ia bukan hanya sekedar mengasihaninya, bukan hanya sekedar merasa bersalah. Ia benar-benar mencintainya. Ia rela bertaruh apapun untuk membuktikannya. Tuhan, dengar doanya, bahwa ia ingin Ify mengetahuinya, sungguh, ia mencintainya, tak ada yang lain, hanya Ify. Dan betapa ia takut kehilangan Ify.  Doa Rio dalam hati.
***
Satu yang pinta
Yakini dirimu
Hati ini milikmu
Semua yang kulakukan
Untukmu lebih dari
Sebuah kata cinta untukmu
Diriku
***
Tolong percaya, tolong yakini hati kamu. Aku milikmu seutuhnya. Jangan pernah berfikir, bahwa ada yang lain di hidup aku. Kalaupun ada, itu hanya masa lalu. Masa lalu yang takkan pernah kembali. Masa lalu, yang hanya menjadi abu kenangan yang menyayat hati. Kini yang ada hanya kamu.

Semua akan aku lakukan untuk kamu. Untuk membuktikan segala ucapanku. Segala janji aku. Karena hanya dengan kata ‘aku mencintaimu’ itu saja tidak cukup untuk mengungkapkan, betapa aku hanya ingin kamu. Betapa aku hanya cinta kamu. Betapa aku akan memberikan apapun yang aku punya untuk kamu.

Satu kalimat yang akan selalu aku katakan, aku sampaikan, aku yakini. Satu kalimat yang terdiri dari tiga kata dua belas huruf, yang mudah diucapkan, namun sulit untuk dijaga, sulit untuk diyakini. Karena kalimat sakral itu, hanya berlaku, hanya tercipta, untuk yang terindah, untuk yang terkasih, untuk yang tercinta, dan untuk yang paling pantas. Aku cinta kamu, Alyssa.
***
Gadis itu terus-terusan merias dirinya sambil berkaca di depan cermin. Dengan gaun berwarna hitam selutut, rambut lurus yang dibiarkan terurai rapi dengan bando berpita hitam, dan make-up yang engga berlebihan, Ify akan menghadiri acara ulang tahun Zevana.

Ia bukan takut dengan acaman Zevana. Ia hanya masih menghormati dan menghargai Zevana sebagai seniornya. Lagian, apa kata orang nanti jika ia tak datang? Padahal ia sudah diundang. Jadilah setelah berfikir selama sehari, ia memutuskan untuk menghadiri acara itu.

TINTINTIN bunyi klakson mobil terdengar. Ify mengintip dari jendela kamarnya. Terlihat sebuah mobil BMW Z4 hitam terpakir di halaman rumahnya. Ia meyakini bahwa mobil itu, adalah mobil Rio.

Setelah memastikan dandannya telah sempurna, ia mengambil tas hitamnya dan keluar kamar menghampiri Rio.

Dari tangga, Ify sudah dapat melihat Rio yang sedang berbincang dengan bundanya di ruang tengah. Sang bunda memang sudah mengetahui hubungannya dengan Rio.

“malem mah. Malem kak!” sapa Ify.

Mama Ify dan Rio spontan menoleh pada Ify.

“malem Fy. Udah mau berangkat? Hati-hati yaa..”

“iya mah. Ify berangkat dulu yaa.” Ify mencium tangan sang bunda. Diikuti dengan Rio.

“Rio izin bawa Ify ya tan..” izin Rio.

“iya, jagain yaa.”

“pasti.”

“Assalamu’alaikum mah..”
***
Ify dan Rio turun dari mobil dan segera masuk menuju ke lokasi pesta. Dengan jari yang saling bertaut, mereka berbaur bersama tamu undangan yang lainnya. Dari kejauhan, mereka melihat teman-teman mereka yang sudah berkumpul di sana. Mereka menghampiri.

“wetsah..” ceplos Cakka kala melihat Rio dan Ify yang malam ini tampak serasi.

“cieee, kompak amat. Kaya gini aja pake janjian segala..” Shilla menggoda.

Spontan, Ify dan Rio saling mengamati profil satu sama lain.

“haha..” tawa mereka berdua.

“lah? Napa lo berdua?” tanya Cakka.

“kita engga janjian kok… emang jodoh kali..” ceplos Rio.

“maunya…” ledek Alvin.

“emang!”

“eeh, elo berdua mau tunangan di sini?” ceplos Iel yang baru datang dari ‘mengambil kue’ dan takjub melihat keserasian Rio dan Ify. Ify dengan gaun hitamnya dan Rio dengan kemeja berwarna hitam dan bercorak garis abu-abu dan putih. Jika dipadukan, memang sangat cocok.

“enggalah.” Jawab Ify dan rio kompak.

“jiah, gue ini dateng ke acara ulang tahun Zevana, atau ke acara pertunangannya Rio sama Ify sih??” tanya Iel gajelas.

“hahaha, acara tunangannya Alvin Shilla kali Yel.” Jawab Cakka asal.

“engga nyambung kacrut!” teriak Alvin pelan (??)

“sambung-sambunginlah!” ceplos Cakka santai.

“sirik aja sih kalo gue sama Ify serasi.” Ujar Rio.

“kaga layau sirik sama elo berdua!” lagi-lagi Cakka main asal ceplak aja.

“iya deh, yang udah sama Oik. Tau gue mah..” ledek Alvin.

“apaan sih Vin!!!” Cakka mendelik.

“malem semuanyaa…” sapa sang MC, menghentikan perdebatan mereka semua. Mereka semua langsung menoleh ke arah sang MC yang berdiri di atas pentas.

“em, MCnya aja gila. Yang ulang tahun gila. Apa engga jadi kacau nih pesta???” komentar Shilla yang langsung disikut sama Alvin.

“kita tinggal nonton. Kalo ada apa-apa ya tinggal pulang. Engga usah bikin ribut yaa??” nasihat Alvin.

“iya iya, bapak Sindunata!”

“makasih buat temen-temen yang udah hadir di sini. Di acara ulang tahun temen kita, Zevana.”

PROKPROKPROK

“kita langsung mulai aja ke acara yang pertama, potong kuee…” seru Angel yang berlaku sebagai MC.

PROKPROKPROK

Semua tamu, berkumpul mengerubungi Zevana. Tak terkecuali Ify, Rio dan kawan-kawannya.

Setelah bernyayi dan tiup lilin, saatnya potong kue.

“1…2…3…” kuepun dipotong.

“cie, potongan pertama buat siapa nih??” tanya Angel menggoda.

Zevana menatap seluruh tamunya. Dan ia tersenyum saat melihat sesosok tamunya yang sedang berdiri di belakang, terhalangi tamu-tamunya yang lain. Ia tersenyum dan melangkah menuju sosok itu.

“first cake for…” ucapnya sengaja digantung.

Ia semakin melangkah menerobos para tamunya dan menghampiri lelaki itu.

“Mario…” serunya.

Semua terbelalak kaget. Terlebih Ify dan Rio. Gila ya nih orang satu??! Engga ada malunya! Engga tau apa, Rio itu sekarang udah punya Ify!? Pikir Ify.

Ify menganga kaget mendengar nama kekasihnya disebut-sebut. Benar-benar Zevana ini! Sedangkan Rio, juga tak beda jauh dengan Ify. Engga tau malu ya nih anak satu!

PROKPROKPROK Angel mempelopori. Hingga akhirnya para tamu ikutan bertepuk tangan.

“cieeee…” sorak Angel.

Zevana mengulurkan tangannya hendak menyerahkan kue itu. Namun rio diam tak menggubrisnya. Tak mengambil, bahkan melirik kue itupun tidak.

“Rio, ambil kuenya!” bisik Zevana.

“engga akan!”

“ambil! Jangan bikin gue malu!”

“bodo!”

“errh!” akhirnya, ia menarik tangan Rio dan menyerahkan kue itu. Mau ga mau Rio menerimanya.

“eerrh, cewe strreess! Engga tau ya, kak Rio itu punya guee…” gedek Ify, sambil menatap tajam Zevana. Zevana yang mendengar ucapan Ify tadi, hnya tersenyum miring, bak iblis yang sedang tertawa merayakan kemenangannya menggoda manusia.
***
Semua sudah berpencar dan asik dengan acara sendiri-sendiri. Seperti Rio dan Ify yang lagi berduaan di pinggir kolam renang. Mereka berdua masih membahas seputar keberanian Zevana memberikan kue pertamanya untuk Rio.

“ya kan aku kesel! Coba nih ya kalo ada temen cowo aku ulang tahun! Terus dia ngasih kue pertamanya buat aku. Gimana perasaan kamu coba?!” Ify memberikan perumpaan agar Rio bisa mengerti posisi dirinya saat ini. Ia tidak suka dengan sikap Zevana yang seenaknya tadi itu. Tapi Rio malah bilang, ‘udahlah, biarin aja! Ga usah dipikirin!’ kan bikin Ify tambah gondok. Kalo si Zevana denger aja, bisa-bisa dia gede kepala!

“ya, yang penting kamunya engga diapa-apain…” jawab Rio.

Ify melengos sebal.

“yaudahlah, kamu emang engga sayang kali sama aku! Engga peduli sama aku!” ujar Ify menyerah. Rio engga bisa ngerti sedikit aja ya? Kaya baru pertama kali pacaran aja!?

“siapa bilang sih!?”

“ketauan kali dari cara kamu ngomong, ngejawab pertanyaan aku. Kamu itu engga beneran sayang sama aku…”

“engga kok! Aku sayang sama kamu!”

“terserahlah.”

“tuhkan marah lagi. Aku sayang sama kamu Ify. Perlu gimana sih aku ngebuktiinnya??!”

Ify terdiam. Tak menjawab pertanyaan Rio. Masih sedikit merasa kesal.

“Fy…” Rio mengelus lembut pipi Ify. Membuat hati Ify berdesir kuat. Meskipun status mereka sudah berpacaran, tetap ssaja Ify selalu berdesir jika Rio menyentuhnya. Dan mau ga mau, Ify jadi luluh.

Ify menoleh. Tepat saat mata mereka bertemu di satu titik. Membuat jantung Ify berdetak makin tak karuan. Mata itu… selalu mampu menghipnotisnya. Mereka berdua diam dalam posisi saling bertatap satu sama lain. Menikmati getaran-getaran yang terjadi di dalam hati masing-masing. Sampai pada saat sebuah suara menjengkelkan, terpaksa membuat keduanya tersadar dari alam khayal mereka.

“ehem… asiknya pacaran di sini!” sindirnya.

Ify dan Rio mendongak ke atas dan mendapati Zevana sedang berdiri sambil melipat kedua tanganya di dada.

Mereka berdua mendengus sebal.

“oh ya,, ini kuenya tadi. Belom dimakan kan??” Zevana berlutut sambil memberikan kuenya tadi pada Rio.

Rio membuang muka.

“mau gue suapin?” tawar Zevana.

“Fy, aku ke Iel dulu yaa???” pamit Rio.

Ify mengangguk, “iya. Jangan lama-lama ya SAYANG !” Ify memberi penekan pada kata sayang sambil melirik Zevana. Zevana memutar kedua bola matanya, kesal.

Rio tersenyum dan mengangguk. Sejurus kemudian, ia berdiri, dan menghapiri teman-temannya.

Ify yang malespun, akhirnya bangun dan hendak pergi. Namun, Zevana menahan tangannya.

“heh ?!”

“apaan sih?! Gue udah datengkan sesuai keinginan lo!” ujar Ify.

“gue punya kejutan buat elo, nona manis…” ia tersenyum licik. Sangat licik.

Dan PLAAAAK, bukan! Itu bukan suara tamparan yang sangat keras. Melainkan bunyi kue yang ditempelkan secara kasar ke wajah Ify. Hingga wajah Ify penuh dengan kue ulangtahun Zevana. Membuat semua tamu menoleh ke arah mereka.

Tak tanggung-tanggung, Zevanapun akhirnya juga mendorong Ify dengan kasar ke dalam kolam renang. Ify yang memang tidak bisa berenang, akhirnya hanya mampu berteriak minta tolong karena ia sudah hampir tenggelam.

“to…tolong!!” teriak Ify.

Rio sudah mengambil ancang-ancang untuk segera berlari ke kolam dan menyelamatkan Ify, sebelum ia sadar bahwa seseoarng telah menceburkan diri dan menolong Ify. Ia membawa Ify kembali ke pinggir kolam renang. Rio melotot kaget saat mendapati Alvinlah yang sudah menolong kekasihnya.

Rio menyambutnya dengan panik.

“Fy, bangun Fy!!” Rio menepuk-nepuk pipi Ify yang memang sudah tak sadarkan diri.

Namun, hal yang sangat tak pernah terpikirkan itu terjadi di depan semua anak-anak. Alvin, mendekati Ify dan memberikannya nafas buatan. Membuat Rio terbelalak kaget. Terlebih lagi dengan Shilla.

Rio mengepalkan tangannya kuat-kuat dan mendorong Alvin secara kasar. Tak menyangka sahabatnya itu berani melakukannya, dihadapannya. Sungguh kurangajar makhluk satu ini, pikirnya.

BUUUUK !!

BUUUUK !!
BUUUUK !!

“ELO GILA VIN !!!” teriak Rio setelah ia melayangkan pukulan ke Alvin. Membuat orang-orang yang ada di sana, mempertontonkan adegan ini.

Alvin terdiam. Bibirnya sudah berdarah akibat pukulan dahsyat yang Rio berikan tadi. Ia sendiri sama sekali tak habis pikir. Kenapa ia bisa melakukan hal tadi? Ada apa dengannya?

“LO ITU APA-APAAN SIH !? BERANI-BERANINYA ELO NGELAKUIN ITU DI DEPAN GUE, DI DEPAN CEWE LO, DI DEPAN TEMEN-TEMEN YANG LAIN! APA YANG ELO PIKIRIN VIN, HAH ?! GUE GA ABIS PIKIR SAMA ELO ?! TEMEN MACAM APA LO, SAHABAT MACAM APA ?! GUE ENGGA NYANGKA ELO BERANI NGELAKUIN INI DI DEPAN MATA GUE VIN! ELO…” geram Rio, dan tertahan di kata terakhirnya, sambil menunjuk wajah Alvin dan dengan tatapan mautnya yang sangat membunuh.

“PENGKHIANAT !! MULAI SEKARANG, JANGAN PERNAH LAGI LO ANGGEP GUE TEMEN LO, SAHABAT LO !!! KARENA GUE JUGA GA AKAN LAGI PERNAH NGANGGEP KALO KITA PERNAH KENAL, DAN PERNAH ADA KATA SAHABAT DIANTARA KITA! KATA ITU BULSYHIT TAU GAK VIN!! BRENGSEK!!!” cerca Rio. Emosinya sudah benar-benar dipuncak. Ia benar-benar marah atas perbuatan Alvin yang diluar dugaan itu.

Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi. Alvin benar-benar keterlaluan. Ia bukan hanya menyakiti sahabatnya, tetapi juga hati kekasihnya. Tak sadarkah Alvin bahwa kelakuannya itu tak pantas?! Apa yang sebenarnya dipikrkan Alvin?

Shilla menghampiri Alvin. Menarik kerah baju Alvin secara paksa, menyuruhnya berdiri. Air matanya telah mengucur deras. Ia manatap tajam Alvin namun lirih.

PLAAAAK

Satu tamparan melayang ke pipi mulus Alvin. Semakin perih saja wajahnya itu.

“jahat! Kamu jahat!! Aku benci kamu!!” teriak Shilla dan segera berlari pergi. Meninggalkan tatapan tatapan menyedihkan dari yang menyaksikannya.

“Shill!! Shilla!” teriak Alvin dan segera mengejar Shilla.

Ia terus mengejar Shilla. Beberapa kali mencoba menahan tangannya. Namun selalu ditepis Shilla.

“dengerin aku dulu Shil!” pinta Alvin.

“LEPAS! GA ADA YANG PERLU DIDENGERIN!” Shilla kembali menampik tangan Alvin.

Ketika ada taksi yang lewat, Shilla langsung menyetopnya dan masuk ke dalam taksi. Tak memperdulikan teriakan Alvin yang terus memanggil-manggil namanya.

“Shilla! Tolong dengerin aku dulu Shil! Aku mohon!!” Alvin terus memohon sambil menggedor-gedor kaca taksi.

“jalan pak!” suruh Shilla, dan taksipun pergi.

“Shil! Shilla!! Ah, Tuhaan!! Sial!!” umpat Alvin. Iapun segera masuk ke dalam mobilnya. Dan pergi.

Kembali ke TKP.

Rio masih berusaha membuat Ify sadar. Entah apa yang membuat Ify susah sekali bangun. Karena sampai pada saat ini, Ify masih belum membuka matanya.

“Fy, bangun!” Rio menepuk-nepuk pipi Ify.

“eh, apa lo semua ?! bubar sana!!” suruh Cakka ketika ia sadar bahwa para tamu undangan sedang mempertontonkan kejadian ini. Akhirnya Semuapun bubar.

“minta minyak kayu putih, atau minyak angin, atau apapun dong!” pinta Rio panik. Oik langsung memberikan minyak kayu putih pada Rio.

Rio memberikan minyak kayu putih itu ke hidung Ify. Dan akhirnya, setelah beberapa menit di jejalkan oleh wangi minyak kayu putih, Ifypun tersadar.

“errh..” rintih Ify pelan. Membuat Rio bernafas lega.

“kamu gapapakan??” tanya Rio masih agak cemas.

Ify menggeleng lemah.

“kita pulang yaa…” Rio menyelimuti Ify dengan jaket yang tadi diambil seseorang dari dalam mobilnya.

Ify mengangguk.

Rio membantu Ify bangun. Menuntunnya menuju mobilnya. Sebelum keluar dari pekarangan rumah Zevana, Rio mendekati zevana.

“puas lo, udh ngehancurin semuanya!? PUAS !!” bentak Rio sambil menatap tajam Zevana.

Setelah berucap seperti itu, Rio kembali melangkah menuju keluar rumah Zevana.

“harusnya gue yang bilang kaya gitu karna elo udah berhasil ngehancurin pesta ulang tahun gue!!” ucap Zevana sinis, sambil menatap punggung Rio yang menjauh.

Setelah, semua teman0-tema Rio dan Ify juga pergi,,,, ia melanjutkan kembali ucapannya. Setelah sebelumnya, ia mendapatkan hadiah berupa tatapan tajam nan mngerikan dari Cakka, Gabriel, Oik, dan Nadya.

“tapi ga apa-apa, gue puas. Sambil menyelam minum air. Gue dapet dua keuntungan dari pesta hari ini. Pertama, Alvin Shilla, berantem… haha, gue bener-bener puas ngeliat mereka kaya tadi. Kedua, Alvin Rio juga berantem. Sebentar lagi persahabatan mereka bakalan ancur. Hahaha…” tawa Zevana bak iblis.

“bagus Zev, bagus… gue acungin 100 jempol buat lo.” Komentar Angel. Dan mereka berdua sama-sama tersenyum sinis, penuh kemenangan.
***
Di dalam mobil Rio, Ify menatap Rio yang sepertinya sedang emosi. Ia melihat Rio mencengkram stir mobilnya dengan kuat. Dan matanya yag tajam itu, semakin tajam, bahkan sangat menusuk.

“kamu kenapa?” tanya Ify heran.

“hah?? Engga. Emang aku kenapa??” tanya Rio balik, mencoba biasa saja.  Namun tetap saja terlihat gelagat aneh yang tak biasa dari sorot matanya.

“matanya ga bisa boong tuh!” ceplos Ify membuat Rio menoleh ke Ify.

“engga kok Fy. aku engga apa-apa. Beneran deh.”

“sebenernya, ada masalah apa tadi pas aku pingsan??” tanya Ify. “kok kayanya tegang banget tadi???”

“engga ada masalah apa-apa kok Fy!” Rio mencoba tersenyum, meski terlihat sekali senyum itu dipaksakan.

“beneran??” tanya Ify yang masih engga sepenuhnya percaya sama jawaban Rio. Apalagi melihat kelakuan aneh Rio ini. Makin membuatnya semakin ragu.

“beneran sayang… kamu gimana? Masih pusing? Atau ada yang sakit? Emang kurangajar tuh si Zevana!”

“engga, engga Cuma pusing dikit aja kok…”

Rio tersenyum, dan kembali konsen menyetir. Meski pikirannya dipenuhi oleh emosi yang tak terkendali, ia tetap mencoba biasa saja. Agar tidak membuat Ify curiga, biarkan saja Ify tak mengetahui apa yang telah terjadi tadi.

Bukan bermaksud tak mau jujur, atau sengaja merahasiakan. Ia hanya takut, Ify jadi kepikiran tentang ini semua.

Alvin, kurangajar sekali dia! Berani-beraninya dia melakukan hal serendah tadi, dihadapannya! Di depan matanya! Bayangkan saja, jika kamu berada diposisi Rio. Rio sangat membenci Alvin. Sangat! Jangan harap lagi dia, Rio akan memaafkannya! Tidak! Itu tidak akan pernah terjadi.

Sama sekali tak pernah terlintas dibenaknya bahwa Alvin akan melakukannya. Alvin yag selama ini terlihat diam dan jaim, ternyata mempunyai pikiran sebejat itu. Brengsek! Lihat saja, ia akan mendapatkan balasan atas kelakuannya itu!

Bersambung…

Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar