Rabu, 11 Januari 2012

The Power Of Love *Part 28* (Repost)

The Power Of Love *Part 28*

Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam. Langit semakin berwarna hitam. Angin semakin terasa dingin. Namun itu tidak membuat lelaki ini merasakan kantuk. Malah semua kantuknya hilang terbawa oleh suasana malam.

Entah mengapa, ia tiba-tiba teringat kepada bundanya. Tiba-tiba saja ia sangat merindukan sang bunda.

Ia berdiri di depan balkon kamarnya. Menyaksikan keindahan langit malam, yang dihiasi oleh sinar bintang dan bulan. Menatap satu buah bintang. Bintang yang menurutnya paling terang.

“mah, Iel kangen…” lirihnya.

Ia terus memandangi bintang itu. membayangkan, bahwa bintang itu adalah bundanya yang sudah tenang di alam sana.

“kenapa mama ninggalin Iel? Iel butuh mama.”

Ia tersenyum lirih menatapi bintang itu.

“semoga mama tenang di sana.”

“jagain ade ya mah. Iel sayang sama mama, sama ade.”

Ia memejamkan matanya. Melantunkan doa dalam hati untuk bunda dan adiknya. Berharap Tuhan mau berbaik hati menjaga bunda dan adiknya di sana.

Mengapa kecelakaan itu terjadi? Mengapa pula kecelakaan itu harus merenggut nyawa bunda dan adiknya? Selama lima belas tahun, ia hidup tanpa sosok sang bunda.

Memang pada saat kecelakaan itu terjadi, ia masih sangat kecil. Tetapi entah mengapa suara teriakan itu, suara tangisan itu, begitu kuat menempel dipikirannya. Ia tidak bisa melupakan semuanya.
***

Pemuda itu menarik kopernya dan terus melangkah dengan berat hati. Ini akhirnya. Akhir dari segala kisah yang telah ia rangkai bersama dengan teman-temannya. Akhir dari segala kisah yang telah ia jalin bersama dengan Shilla. inilah akhirnya.

Akhir yang buruk! Memang! Ia harus pergi. Meninggalkan segala kenangan indah yang telah terangkai selama di sini. Ia harus meninggalkan tanah air tercinta karena kebodohannya.

Berulang kali ia menoleh ke belakang. Berharap dapat menemukan sosok Shilla dan teman-temannya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Ah, bodoh! Ia terlalu berharap! Mana mungkin teman-temannya itu akan datang dan mengucapkan selamat tinggal padanya! Mereka sudah tidak perduli lagi terhadapnya! Iakan memang hanya sampah, yang sangat tidak berguna. Siapa yang mau memperdulikan sampah sepertinya?

Dengan berat hati, ia meneruskan langkahnya. Sudahlah, lebih baik ia tidak perlu berharap yang muluk-muluk. Tidak akan ada yang memperdulikannya. Ia mau pergi, itu malah lebih baguskan?

Tapi dalam hatinya yang paling lubuk, ia sangat menginginkan teman-temannya berada di sini. Hanya untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal.

Tapi nyatanya, tidak adakan? Ah sudahlah sudah! Tidak perlu berharap! Itu hanyalah harapan kosong!

“KAA ALVIIIN!!”

Ah, suara itu! ia rindu sekali dengan suara itu. sampai-sampai ia berkhayal mendengar suara itu di sini. Sudah jelas-jelas itu sangat tidak mungkin.

‘udahlah Vin! Itu Cuma khayalan! Shilla gak mungkin ada di sini!!’ batinnya.

“KAA ALVIIIN!!”

Baiklah, sepertinya ia benar-benar sangat merindukan Shilla. sampai-sampai suara itu terasa berada di mana-mana. bolehkah ia kembali berharap, Tuhan akan mengabulkan keinginnya untuk bertemu dengan Shilla dan teman-temannya untuk yang terkahir kalinya?

“KAAA ALVIIIIN!! BERENTIII!!”

DEGGG! Mengapa suara itu seperti begitu nyata??? Mengapa ia serasa dikejar-kejar oleh kerinduannya???

Namun tiba-tiba saja, ia merasa seseorang memeluknya dari belakang. Sehingga ia menghentikan langkahnya. Mungkinkah itu Shilla??

“kaa.. jangan pergiii…” terdengar sebuah permintaan lirih.

Hey, itu benar-benar Shilla! ia memang sedang tidak berkhayal! Ini sungguh-sungguh sebuah kenyataan. Tuhan mengabulkan keinginannya.

Alvin melepaskan tangan Shilla yang melingkar di perutnya. Lalu berbalik menghadap Shilla.

“shilla?”

“kak, pliss jangan pergi! Jangan tinggalin aku!”

“gimana ceritanya kamu ada di sini? Kamukan sekolah Shill!”

“kak!!! Aku mohon jangan tinggalin aku!!!”

Air mata sudah membanjiri pipi Shilla. wajahnya sudah memerah. Matanya sudah terlihat sangat bengkak. Mungkin efek dari menangis semalaman.

“Vin, jangan pergi!”

Alvin kembali dikejutkan dengan suara Rio. Ia mendongak dan mendapati Rio berdiri di sana. Tidak hanya Rio. Ify, Iel, Cakka, dan Oikpun ada di sana.

“kalian?? Kalian ga sekolah??”

“lo lebih penting daripada sekolah! Lo jangan pergii Vin.”

“tapi Yel..”

“Vin, lo ga kasian sama Shilla? lo tega ninggalin dia? lo tega ninggalin kita??”

“Kka…”

“Vin, gue minta maaf atas segala kelakuan gue selama ini. Gue baru sadar Vin, gue engga benci kok sama lo! lo tetep sahabat gue Vin! Gue mohon dengan sangat Vin, jangan pergi. Jangan tinggalin kita!”

“gue yang harusnya minta maaf Yo. Gue yang salah. Gue yang kurangajar sama cewe lo! gue ga pantes ada di sisi kalian. Gue itu brengsek!”

“KAK ALVIN!! Lo kokk ngomongnya gitu sih kak!? Lo udah ga sayang lagi ya sama kita??? Lo kenapa buat keputusan sendiri sih kak!? Lo kenapa ga ngerundingin dulu sama kita!!!”

“sori Fy.”

“kak, pliss jangan tinggalin aku kak!! Aku sayang sama kamu!!”

Alvin kembali menatap Shilla.

“maaf Shil, tapi keputusan aku udah bulet!”

“KAMU JAHAT!! KAMU JAHAT!! MANA KATANYA KAMU SAYANG SAMA AKU! TAPI KENAPA KAMU MAU PERGI!? KENAPA KAMU MALAH MAU NINGGALIN AKU!! KAMU TEGA SAMA AKU!!” Shilla histeris. Ia memukul-mukul dada Alvin.

“Shill, maaf.”

“KAMU JAHAT!! KAMU JAHAT!! Aku sayang kamu…” Alvin langsung menarik Shilla ke dalam pelukannya.

“aku jugaa sayang kamu..”

“BOHONG!! Kenapa kamu mau ninggalin aku?? Kenapa kamu mau pergi kalo kamu sayang sama aku!!!”

“aku ga mau ninggalin kamu Shil. Aku Cuma mau kamu bahagia.”

“aku bahagia kalo sama kamu.”

“aku… udah janji sama diri aku sendiri Shil, apapun yang terjadi aku bakal tetep pergi.”

Shilla melepaskan pelukan Alvin secara kasar lalu mendorongnya.

“KAMU JAHAT!!  KAMU UDAH GA SAYANG LAGI SAMA AKU!! KAMU UDAH GA PEDULI LAGI SAMA AKU!! KAMU JAHAT!!” Shilla kembali menangis dan kembali histeris. Iapun kembali memukul-mukul Alvin.

“Shill, Shil, dengerin aku Shill, dengerin aku!” Alvin mencengkram bahu Shilla. mencoba menenangkan Shilla.

“dengerin aku. aku ngelakuin ini buat kamu! Aku ngelakuin ini semua demi kamu Shill! Demi kebaikan kamu! Demi kebahagian kamu!”

“kamu itu jangan sok tau kak! Mana mungkin ini demi kebaikan aku?! kebaikan apanya?? Kamu pikir aku bisa bahagia tanpa kamu!! Kamu pikir aku bisa hidup tanpa kamu!!”

“bisa Shil, pasti bisa!”

“engga kak!”

“bisaa!”

“ENGGA!! SAMPAI KAPANPUN AKU GAK AKAN PERNAH BISA HIDUP TANPA KAMU!!”

Alvin kembali menarik Shilla kedalam pelukannya. Ia sungguh sangat tidak tega dengan gadis yang masih sangat ia cintai itu. namun ia telah berjanji pada dirinya sendiri. Sebagai seorang laki-laki sejati, ia tidak akan pernah mengingkari janjinya sendiri.

Ify dan Oik sudah berurai air mata melihat Shilla dan Alvin seperti itu. mereka benar-benar tidak tega melihatnya. Kasihan sekali Shilla. Ia pasti benar-benar shock sekarang ini.


Rio merangkul Ify. mencoba menenangkan Ify. Cakkapun seperti itu. ia merangkul Oik dan mengelus-elus bahu Oik.

“tolong jangan pergi kak. Tolong jangan tinggalin aku.” lirih Shilla dalam peluk Alvin.

Alvin tidak bisa menjawab. Ia hanya mampu memeluk gadis ini. Memberikannya kehangatan mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski sesungguhnya ia sangat berharap suatu saat nanti ia masih bisa mendekap gadisnya ini.

Cukup lama, iapun melepaskan pelukannya.

“maafin aku ya Shill.” Alvin menghapus air mata Shilla dengan kedua jempolnya.

Flight with destination Jakarta-Singapore will soon take-off. Please for the passengers Merpati Airlines to immediately enter the plane.

“okeh, pesawat gue udah mau berangkat. Gue pergi dulu yaa.” Alvin tersenyum masam.

Ifypun langsung berlari ke Alvin dan memeluknya.

“kak Alvin, elo udah gue anggap kaya kaka gue sendiri. Maafin gue ya kak.. maaafin gue.” Ify terisak dalam pelukan Alvin.

“lo ga salah apa-apa sama gue Fy. Ngapain minta maaf?”

Lalu Oik dan Shillapun ikut memeluk Alvin. Mereka tidak perduli dengan orang –orang yang sedari tadi melihat mereka dengan aneh.

Rio, Cakka, dan Ielpun ikut menghambur memeluk Alvin. Sungguh, mereka sangat tidak ingin kehilangan Alvin.

“oke oke, cukup…” merekapun melepaskan pelukan mereka.

“gue udah harus pergi. Gue pergi dulu ya. Gue titip Shilla yaa.”

“kak… ga bisa dibatalin??” tanya Shilla berharap.

“maaf Shilla, tapi ga bisa.”

Shilla kembali menangis dan memeluk Alvin. Tidak mau melepaskannya.ia tidak mau melepaskan Alvin. Ia ingin Alvin bersamanya terus.

Ah, andai saja kemarin ia mau memaafkan Alvin. Pasti sekarang mereka sedang bersenang-senang bersama. Mengapa ia begitu bodoh!? Akhirnya ia akan kehilangan Alvinkan??

“Shil, udah dong. Jangan bikin aku semakin berat buat pergi.”

“biarin! Biar kamu ga jadi pergi. Biar kamu ga usah ninggalin aku.”

Shilla melepaskan pelukannya. Lalu Ia mengeluarkan kertas putih tidak beramplop. Ia memberikannya pada Alvin.

“aku harap kamu mau baca itu.”

“pasti aku baca. Aku pergi dulu ya. Makasih ya. Aku sayang kamu..”

Alvin mengecup kening Shilla sejenak. Kembali tidak memperdulikan apa tanggapan dari orang-orang yang melihatnya.

Shilla kembali menitihkan air matanya. Perlakuan Alvin ini, semakin membuatnya berat untuk kehilangan Alvin. Tidak bisakah waktu diputar kembali?

“semua gue pergi yaa…”

Semua mengangguk dengan berat hati. Akhirnya, dengan berat hati pula, Alvin berbalik lalu melangkahkan kakinya ke dalam untuk memasuki pesawat. Setelah agak menjauh, Shilla kembali memanggilnya, membuat ia kembali menghentikan langkahnya da menoleh.

“KAK ALVIN!”

“hati-hati..”

Alvin tersenyum dan mengangguk. Dan ia kembali meneruskan langkahnya.

Setelah Alvin tak terlihat lagi, Shilla kembali menangis di sana. Tidak kuat menopang, akhirnya ia terjatuh berlutut. Ia tak kuat. Sungguh-sungguh tak kuat. Bagaimana hidupnya setelah ini? Bagaimana hidupnya setelah Alvin meninggalkannya? Akankah ia sanggup bertahan sendirian, tanpa Alvin?

Tuhan, akankah Alvin kembali ke sini untuknya suatu saat nanti? Ia harap begitu. Karena sepertinya, cinta yang begitu besar terhadap Alvin ini, tidak akan pernah mampu untuk hilang. Ia akan selamanya mencintai Alvin.

Bodoh! Ia benar-benar bodoh! Ia sangat menyesal. Mengapa ia tidak memaafkan Alvin??? Mengapa ia egois? Mengapa rasa cintanya pada Alvin tidak mampu menyulut emosinya? Seandainya waktu bisa diputar. Seandainya pula, ada kesempatan kedua untuknya, ia akan mempergunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Ify dan Rio menghampiri Shilla. membantunya berdiri, dan memapahnya berjalan menuju mobil. Sepertinya saat ini, Shilla benar-benar sangat terguncang. Kasihan sekali Shilla.

Semoga suatu saat Alvin akan pulang. Pulang untuk menemui mereka. Pulang untuk kembali merajut cerita dengan mereka. Dan Alvin akan tetap menjadi sahabat mereka. Selamanya. Sekali sahabat, tetap sahabat!
***

Alvin menyandarkan kepalanya ke sandaran. Lelah. Sangat lelah. Ia ingin sekali membatalkan niatnya. Ingin sekali, demi Shilla. demi sahabat-sahabatnya. Namun ia sudah berjanji.

Ia sangat tidak tega melihat Shilla menangis histeris seperti tadi. Lagi-lagi ia membuat Shilla menangis. Lagi-lagi ia membuat Shilla menitihkan air mata. Dan itu akibat ulahnya!

‘aku minta maaf Shil. Tapi mungkin ini yang terbaik. Aku sayang kamu. Selamanya akan tetap mencintai kamu. Cuma kamu, dan ga akan ada yang lain yang singgah di hati aku. aku harap suatu saat nanti aku bisa kembali ke sini buat kamu. Buat kalian.’

Tiba-tiba Alvin teringat akan kertas yang tadi Shilla berikan padanya. Iapun merogoh saku celananya dan membaca isinya.

Walau kita harus berpisah
Cinta untukmu takkan terhapus
Walau semua harus berakhir
Takkan berhenti mencintaimu                                          

Ku berjanji cinta ini
Cinta kita akan abadi
Tak perduli walau kita
Harus terpisah dan tersakiti

Biarkan aku bersamamu
Walau ku harus menanti
Tak akan ada
Waktu percuma

Jadilah cahaya hidupku
Berikan kuasa cintamu
Sluruh hidupku
Hanya untukmu

Bawalah semua janji dan harapan yang ada dirimu
Diriku akan menanti kehadiranmu lagi
Sluruh hidupku hanya untukmu

Jangan larang aku buat terus mencintai kamu dan terus menanti kamu. Walaupun semua harus berakhir dengan cara kaya gini, cinta dari kamu buat aku dan cinta dari aku buat kamu, ga akan pernah hilang.

Aku janji, cinta ini, cinta kita yang udah cukup lama kita curahin buat satu sama lain, akan tetap abadi dalam hati aku. aku ga peduli, walaupun jarak dan waktu misahin kita. Tetep kamu yang aku mau.

Jadi izinin aku buat terus sama-sama kamu walau Cuma dalam mimpi. Aku engga perduli berapa lama aku harus menanti kamu. Aku ga perduli. Cinta ini, selalu menemani kamu ke manapun kamu melangkah.

Tetap jadi Alvin aku. Alvin yang mencintai aku dan aku cintai. Tetap selalu jadi cahaya buat menerangi hidup aku. seluruh hidup dan cinta aku, milik kamu, sayang.

Kamu boleh pergi, tapi engga dengan cinta kamu. Aku harap kamu ga akan pernah bosan buat terus cinta sama aku.

Aku berharap, suatu saat nanti kamu bakal balik lagi buat aku. buat kembali menjalin hubungan istimewa itu sama aku. buat kembali merajut kisah sama aku.

Kembali kak. Bawa cinta kamu. Aku akan terus nunggu kamu di sini. Aku sayang kamu.

Ashilla



Alvin tersenyum lalu memeluk kertas itu. merasakan seakan-akan yang ia peluk itu adalah Shilla.

‘makasih Shilla. semoga suatu saat nanti aku bisa balik lagi ke sini, buat kamu.’
***

Berulang kali Ify menoleh ke belakang. Melihat Shilla yang masih saja menangis namun dalam diam. Sungguh, penampilannya sangat acak-acakan sekali. Rambutnya sudah tak berbentuk. Wajahnya merah, matanya sembab, air mata menyelimuti wajahnya.

Ify merasa sangat iba melihat sahabatnya itu. mengapa sih Alvin keras kepala sekali? Tidak tahukah ia, akan banyak yang merasa kehilangan jika ia benar-benar pergi?!

Lihatlah Shilla sekarang? Baru beberapa menit saja, ia sudah seperti orang depresi berat! Bagaimana jika satu minggu ke depan, satu tahun ke depan, tiga tahun ke depan, bahkan jika selamanya?

Tetapi ia tidak bisa menyalahkan Alvin juga. Ini tidak sepenuhnya salah Alvin. Ada campur tangan dari Rio, Shilla, bahkan ia sendiri ikut-ikutan. Andai saja, ia mampu membujuk Rio dan Shilla untuk memaafkan Alvin. Pasti semua tidak akan begini jadinya.

Apa yang akan terjadi dengan Shilla setelah ini? Ia sangat khawatir Shilla tak mampu bertahan tanpa Alvin, dan akhirnya… ah, berfikiran apa sih ia ini?! Tidak mungkin Shilla seperti itu? waktu itu saja, Shilla yang membuatnya sadar. Masa sekarang Shilla melakukannya?!

Tidak, ia yakin Shilla kuat. Shilla pasti tegar. Shilla pasti mampu menghadapi semua ini. Siapa tau, suatu saat nanti, Alvin aka kembali lagi ke sini. Amin.

“Shill, udah dong! Jangan nangis terus!”

Ify kembali memutar tubuhnya menghadap ke jok belakang, di mana Shilla duduk.

Shilla diam tak menjawab. Dalam pikirannya saat ini hanya ada Alvin, Alvin, dan Alvin. Bagaimana ia setelah ini? Baru saja beberapa menit yang lalu Alvin pergi, ia sudah sangat merindukan Alvin. Ia merasa kehilangan separuh hatu dan jiwanya.

Sungguh Shilla sangat merindukan Alvin. Ia sangat menyesal mengapa harus berakhir dengan perpisahan? Apa? Akhir? Tidak! Ini belum berakhir! Ia yakin, suatu saat nanti Alvin akan kembali ke sini untuknya.

Tapi, bagaimana jika Alvin benar-benar tidak akan pernah kembali lagi ke sini? Bagaimana jika Shilla hanya ditakdirkan untuk menunggu Alvin, tetapi Alvin tidak akan pernah muncul lagi di hadapannya?

Tidak! Ia mau Alvin! Ia menginginkan Alvin kembali! Seandainya saja ia bisa ikut dengan Alvin ke sana. Bagaimana sekarang?

Ia sangat menyesal dengan semua yang sudah ia perbuat terhadap Alvin kemarin-kemarin. Ia mneyesal telah mengacuhkan permintaan maaf Alvin. Ia menyesal selalu menghindari Alvin. Ia menyesal telah memperlakukan Alvin seperti itu.

Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir semua kemungkinan buruk yang akan diterimaya. Tangisnya semakin menjadi. Namun masih tetap tanpa suara.

Tidak mungkin! Alvin pasti akan kembali untuknya! Ia yakin Alvin masih mencintainya! Ia yakin itu! alvin akan kembali untuknya. Ia pasti kembali. Tapi kapaaan?? Bagaimana jika 10 tahun lagi? apa ia sanggup menunggu selama itu?

Ia merindukan Alvin! Ia ingin Alvin berada di sampingnya. Menghapus air matanya. Menjadi tempatnya bersandar saat ini. Tapi mana mungkin? Jika Alvin ada di sampingnya, ia tidak akan menangis seperti  ini.
***

Tak terasa waktu dihabiskan Shilla untuk melamun selama perjalanan. Mereka kini sudah berada di depan rumah Shilla. Ify turun dari mobil Rio, lalu membuka pintu belakang untuk menyuruh Shilla turun.

“Shil, udah nyampe.”

Ify menyentuh bahu Shilla.

“ha?”

Shilla tersentak. Seperti orang linglung, ia menoleh ke kanan, ke kiri. Ia merasa kenal dengan tempat ini.

“di… di mana nih?” tanya Shilla dengan suara serak.

“di rumah lo.”

“oh, yaudah. Gu.. gue turun deh. Makasih ya Fy, ka Rio.”

Rio yang sedari tadi memutar tubuhnya menghadap ke belakang, tersenyum sambil mengangguk.

“gue anterin yuk!” tawar Ify.

“engg.. engga usah Fy. Gue bisa sendiri.”

Shillapun turun dari mobil Rio.

“yakin?”

Shilla mengangguk sambil memaksakan seulas senyum untuk Ify.

“yaudah, gue balik yaa. Lo beneran gapapa kan?”

“iya. Thanks ya.”

“oke, hati-hati Shil.”

“yang harusnya bilang kaya gitu gue. hati-hati ya Fy, kak Rio. Makasih udah nganterin gue.”

“udah ga usah dipikirin lagi. ge juga ngerasa kehilangn Alvin. Tapi gue yakin, suatu saat nanti Alvin pasti balik lagi ke sini buat elo.” Rio buka suara.

Shilla kembali memaksakan seulas senyum.

“iya kak. Semoga aja.”

“yaudah kita balik yaa..”

Shilla mengangguk. Setelah itu mobil itupun sudah tak terlihat lagi dari pandangan Shilla. ia segera masuk ke dalam rumah.

Bersambung……

Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar