Rabu, 11 Januari 2012

The Power Of Love *Part 31* (Repost)

The Power Of Love *Part 31*

Gadis manis itu termenung di depan cermin di meja riasnya. Tadi bundanya telah mendandaninya hingga sedemekian rupa sehingga kini ia terlihat sangat cantik.

Namun sayangnya, moodnya benar-benar sedang sangat jelek. Dari awal ia memang sudah tidak ingin mengikuti acara tersebut. Tapi semua orang memaksanya untuk hadir.

Ia benar-benar malas untuk bangkit dari duduknya sekarang. Padahal teman-temannya sudah menunggu di bawah. Ia memang benar-benar tidak mood untuk mengikuti acara tersebut.

Akhirnya, setelah meyakinkan diri untuk pergi ke acara itu, ia pun turun dengan niat tak niat ke bawah untuk menemui teman-temannya yang telah menunggunya di bawah.
***

Setelah tiga tahun tidak menginjakkan kaki di sekolahan ini, akhirnya baru kali ini mereka kembali ke gedung yang meninggalkan banyak kenangan untuk mereka.

Mereka mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru gedung yang tertangkap oleh pengelihatan mereka ketika turun dari mobil. Sedikit takjub karena baru dilihat dari luarnya saja terlihat menakjubkan dengan lampu-lampu yang dibentuk hingga sedemikian rupa sehingga menjadi terlihat begitu cantik.

“wow, mantep banget itu lampu-lampunya…” komentar Gabriel.

“yoii Yel! Keren sangat! Siapa yang ngerancang nih? Mantep banget!” Cakka ikut-ikutan.

Yang lain hanya mengangguk-angguk menyetujui.

Lalu mereka semua melangkah menuju ke dalam untuk segera memulai acara.
***

Acara diadakan di lapangan basket outdoor SMA Global Bintang . semua murid angkatan 15 (angkatan Rio dkk) , 16 (angkatan Ify dkk) , dan 17 , berkumpul di sana. Malam ini adalah acara reunian 3 angkatan. Seperti biasa , acara rutin SMA Global Bintang setiap 3 tahun sekali.

Di salah satu sudut lapangan , tepatya di pojok sebelah barat , terdapat dua insan dunia (aseeeek) yang sepertinya sedang beradu argumen (??). si lelaki sepertinya sedang memaksakan sesuatu pada gadisnya. Sedangkan gadisya seperinya menolaknya.
(mari kita intip!)

“ayolah Fy! Gitu amat siiih! Ntar aku ajarin!!”

“ka Rio aku ga bisaa ! ngeyel amat deh ah!”

“iya ntar aku ajarin ! disuruh dansa aja susah amat deh!”

“ya kan aku ga bisa!”

“bandel , cium nih !” Rio mengancam.

“coba aja kalo berani!” Ify malah nantangin.

Rio memicingkan matanya lalu menatap Ify dengan tajam .

‘gue kerjain ah!’ batinnya tertawa.

Rio menarik tangan Ify. lalu membawa Ify pergi dari sana.

Ify yang kaget tiba-tiba ditarik langsung berontak minta di lepaskan.

“ka Rio apa-apaan sih !?? Lepasin ah ! sakiiiit!” Ify berusaha melepaskan tangan Rio yang menggenggam tangannya . namun sepertinya Rio menggenggamnya dengan sekuat tenaga agar Ify tidak bisa melepaskannya.

“ka Rio iiiish sakiiiit! Lepasin deh ah! Mau ke mana lagi ?!” Ify masih berusaha melepskan tangannya dari genggaman tangan Rio.

Rio berhenti melangkah . membuat Ifypun ikut berhenti . namun tanpa melepaskan genggaman tangannya .

“DIEM !!!! Ga bisa diem ya !!!?” bentak Rio.

Ify ciut, lalu menunduk. agak takut juga sih dibentak seperti itu oleh Rio. Berarti Rio benar-benar sedang serius.

“ma..maaf kak…” ucap Ify pelan tanpa menatap Rio. Ia lebih memilih menatap lantai koridor , dibandingkan wajah tampan dihadapannya.

“jangan bikin aku tambah kesel ya ?! kamu tinggal diem terus ngikutin aja apa susahnya ??! hah ?!” nada bicara Rio meninggi membuat Ify semakin ciut. Ia pun semakin menunduk dan memejamkan matanya medengarkan omelan Rio.

“iya kak iya maaf …” ucap Ify dengan suara pelan.

Rio tertawa tertahan tanpa suara melihat Ify yang sepertinya ketakutan itu. sedikit tidak tega membentak Ify, namun niatnya mengerjai Ify sudah terlampau tinggi (bahasa apa ini?!!! Harap dimaklum ya pembaca)

“diem atau aku kurung kamu digudang !!” ancam Rio (sadiiiiis rio)

Rio kembali melanjutkan jalannya yang sempat tertunda tadi. Sepanjang langkahnya , Rio terus saja menahan tawa dan berusaha tanpa suara agar tidak dicurigai oleh Ify. Ia merasa ia adalah orang paling jail sedunia.

Sampailah mereka di belakang gedung sekolah. Ify mendongakan wajahnya , melihat kesekitar sana. Gelap. Sangat sangat gelap. Tiba-tiba ia merasa merinding di sekujur tubuhnya. Ditambah lagi angin yang berhembus cukup kencang. Membuat bulu kuduknya semakin berdiri.

“kak, ngapain sih ke sini??? A…aku takut..” ucap Ify pelan. Ia merapat ke Riodan memeluk lengan kiri Rio.

“mau ngasih hukuman!” ucap Rio –sok- cuek , jutek, dingin. Padahal dalam hatinya, ia sedang tertawa puas karena sepertinya iaberhasil mengerjai Ify.

“hukuman apa kak??? Aku salah apa emangnya?” tanya Ify hati-hati.

Rio menoleh ke Ify , lalu melotot .

“kamu nanya kamu salah apa???? Pikir aja sendiri !!!”

Ify melengos .

“ka Rio , beneran aku takut!”

“peduli???!!” ucapnya sok tak peduli.

“kaak Rioo…”

Rio melepaskan tangan Ify yang tadi memeluk lengannya. Lalu melangkah ke hadapan Ify. Ia mengangkat dagu Ify , menyuruh Ify menatap matanya. Mau tak mau , Ifypun menatap mata tajam Rio.

Deg! Desiran halus dirasakan Ify ketika matanya tepat menatap di manik mata milik Rio. Entah mengapa, desran itu tidak pernah bisa ia tak rasakan jika ia menatap mata sang kekasih. Padahal sudah hampir setiap hari mata mereka bertemu dalam satu titik.

Setiap ia menatap mata itu , yang ia rasakan sama seperti saat ia menatap mata itu pertama kalinya , saat ia baru merasakan yang namanya jatuh cinta pada pangerannya itu. apakah mungkin, ia merasakan jatuh cinta lagi kepada lelaki yang sama?

Saking terpesonanya sama mata Rio (aseeeek dah), Ify sampai tidak sadar bahwa tangan rio sudah melayang-layang (??) di depan wajahnya.

“Fy…. Heyy…” Rio bingung melihat Ify yang tumben-tumbenan bengong.

“Fy, jangan bengong ntar kesambet loh!!” goda Rio. Ify masih belum tanggap. Tiba-tiba setan di kepala Rio kembali memberikan ide.

Rio tertawa tanpa suara lalu mendekatkan wajahnya ke Ify. Iapun menatap mata Ify. semakin mendekat dan akhirnya berhenti di beberapa centi dari wajah Ify. ia teliti wajah manis itu. Tidak tega mengerjai Ify sampai separah itu, akhirnya…

MMUUAAAACHHH

Satu kecupan di pipi kanan Ify. membuat Ify tersadar dari dunia khayalannya.

“ehh , KA RIOOOO!!!” teriak Ify.

“hahaha, lagian bengong!” Rio tertawa.

“aaaa, ka Rio maah curang yaaaa!!!! Nyari untung ! nyari kesempatan dalam kesempitan!” protes Ify sambil memukul-mukul lengan Rio.

“hhaha, iya iya ampuuun… ampuuun…”

“ga ada ampuuun!!! Eeeerrrrr !!!” Ify terus memukul-mukuli Rio.

Sampai tiba-tiba ‘KRESEEEEK’ terdengar suara seperti patahan. Ifypun berhenti memukuli Rio. Lalu melihat ke sekelilingnya.

“ka Rio, itu bunyi apaaan???” tanya Ify polos.

Rio menahan tawa melihat wajah Ify yang tiba-tiba memucat.

“engga tau aku!”

“ka Rio aah, jangan main-main… ayo pergi dari sini!! Ify takuuut kaaaak!!” Ify kembali memeluk lengan Rio.

“siapa yang main-main???!”

“itu tadi bunyi apa kaak??? Kaaak Rio , Ify takutt ayoo pergiii!” Ify menarik tangan Rio. Namun Rio tidak beranjak dari tempatnya.

“kaak Rio, ayooo!!!” pinta Ify lagi. Rio tidak bereming. Ia malah menatap Ify.

“ka Rioooo ayoooooo !!!” paksa Ify sambil menarik narik tangan Rio.

Rio tersenyum jahill, lalu kembali mendaratkan kecupannya di pipi kiri Ify. lalu berlari kabur sambil tertawa.

Ify terdiam di tempat sesaat. Memegang pipi kirinya, lalu menatap sekelilingnya.

“anjrit nih ka Riooo!! KA RIOOOOO !!!!!” teriak Ify lalu ikut berlari menyusul Rio.
***

Acara sudah dimulai. Semua pasangan berdasa di tengah lapangan. Termasuk rio dan Ify. Rio sudah berhasil membujuk Ify berdansa, ketika Rio mengancam akan menciumnya lebih dari pipi. Karena takut Rio nekat, akhirnya dengan setengah hati, Ify menerima ajakan Rio untuk berdansa.

Sambil berdansa di tengan lapangan, sambil bertatap-tatapan penuh arti dari keduanya. Juga sambil mengurai senyum manis dan bahagia dari keduanya. Merka terlihat sangat bahagia malam itu. meskipun tadi mereka sempat adu bacot sebelum berdansa.

Perasaan itu semakin lama semakin bertambah berkali-kali lipat. Apalagi ketika mata mereka bertemu dan saling menatap satu sama lain. Sebuah cinta yang tulus terpancar dari mata mereka berdua.

Rasa syukur diberikan pada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala karunia yang telah diberikan untuk mereka berdua. Saling memiliki satu sama lain adalah sebuah anugrah terindah dari Tuhan untuk mereka.

Pada saat seperti ini, rasa cinta itu akan terasa lebih bermakna, lebih indah dari biasanya. Saat mereka berada dalam posisi yang dekat. Saat di mana mereka bisa semakin menghayati rasa cinta yang ereka punya untuk pasangannya.

“kira-kira kita udah berapa tahun ya Fy??” tanya Rio memulai percakapan.

“4 tahun kak, kenapa?”

“kamu tau ga? Dalam waktu 4 tahun ini, engga sama sekali rasa cinta aku tuh berkurng ke kamu. Yang ada malah semakin nambah dan nambah terus. Aku engga tau, kenapa aku bisa bertahan sama kamu sampe selama ini. Setau aku, aku orangnya bosenan.” Jelas Rio mendeskripsikan perasaannya.

Ify tersenyum simpul namun penuh makna.

“aku juga kak! Malaahan, aku berulang ulang kali jatuh cinta sama kamu! Aku juga engga tau kenapa aku bisa tahan sama cowo galak kaya kamu!”

“huuu, emang aku galak apa??!”

“iya, galak banget!”

“tadikan Cuma bercanda!”

“kalo gitu dingin banget!”

“tapikan sama kamu engga!”

“iya sih, tapikan sama orang lain tuh jutek bgd! Tapi aku ga pedulilah kamu mau kaya gimana. Satu yang aku tau, satu yang peduli, aku sayang sama kamu!”

Rio mengurai senyumnya yang sangat manis.

“aku juga sayang sama kamu Fy! Sayang banget! Engga ada yang kaya kamu!”

“sama dong! Engga ada juga yang kaya kamu! Cowo jutek!”

“biarin, yang penting kamu sayang sama aku!”

“iya dong!”

Rio menarik Ify ke dalam dekapannya. Ia mendekap Ify dengan sepenuh hati masih dalam posisi berdansa.

Merasakan perasaan cinta yang Ify katakan padanya tadi. Juga berysaha mencurahkan semua kasih sayang yang ia punya hanya untuk gadisnya itu. berusaha memberi tahukan pada ify, bagaimana ia sangat menyayangi Ify, bagaimana ia tidak mau kehilangan Ify.

“I love you, princess..” bisik Rio.

“I love you too” balas Ify.
***

Malam ini semua menikmati acara yang menurut mereka spesial itu. apalagi mereka yang ditemani oleh pasangannya.

Namun tidak dengan Shilla. Shilla masih saja duduk di pinggir kolam renang yang berada di samping gedung sekolah. merendam kakinya di pinggir sana. Masih berharap pujaan hatinya akan segera pulang dan memulai semuanya kembali. Terlalu mulukkah harapannya itu?

Ia bukan berubah. Ia hanya masih belum bisa menerima, apa yang sedang terjadi padanya. Ia ingin Alvin di sampingnya, menemaninya. Sering ia mencoba untuk melupaan sosok itu. namun semakin sering ia berusaha melupakannya, semakin sering pula bayangan Alvin muncul dalam benaknya.

Ia ingin alvin kembali lagi ke sini. Ia berharap , ada Alvin malam ini yang menjadi pasangannya berdansa. Walaupun sesungguhnya itu tidak akan pernah mungkin dan sangat sangat mustahil, tapi salahkah bila ia berharap?

Angin berhembus semakin kencang. Membuat tubuhnya sedikit menggigil karena kedinginan. Ia memeluk tubuhnya sendiri dan menggosokan kedua lengannya dengan telapak tangannya. Dalam hatinya mambatin

‘seandainya aja ada Alvin di sini. Dia pasti bakal langsung nyelimutin gue pake jaketnya atau jasnya’

Ia menarik nafas berat ‘oke Shilla, itu Cuma harapan kosong. Ga mungkin Alvin di sini!’ ia kembali membatin.

Tiba-tiba saja ia merasakan hangat di tubuhnya. Ketika ia menoleh , ada seorang laki-laki yang menyelimutinya dengan jas hitamnya. Shilla sedikit tersentak mendapat perlakuan seperti itu.

“em, makasih.” Ucap Shilla kembali melihat kolam renang.

“sama-sama. Dingin ya?” tanya si cowo basa-basi.

“iyaa…”

“ngapain di sini sendirian? Nungguin pacarnya ya belum dateng?”

DEG! Pertanyaan itu seperti menohok ulu hatinya. Shilla terseyum miring.

“dia ga bakal dateng!”

“masa?”

“iyaaa…”

“kalau begitu, maukah nona menjadi pasangan dansa saya?” ajak laki-laki itu.

“maaf, saya mau lagi mau sendiri.”

“nona cantik, sekali lagi saya meminta, maukah anda menjadi pasangan dansa saya??” tawar laki-laki itu lagi.

“maaf ya, saya udah bilang, saya lagi mau sendiri! Ga pingin diganggu. Ga ngerti bahasa indonesia yaa!!!?” ujar Shilla jutek dengan nada yang meninggi pada laki-laki bertopi itu.

“oh iya maaf saya udah mengganggu anda. Saya jauh-jauh dari Singapur ingin menemuni anda, tetapi sepertinya anda sudah tidak mau bertemu dengan saya lagi.” ujar laki-laki itu dengan kecewa.

DEG! Shilla seperti merasa dejavu. Lalu tiba-tiba saja ia teringat Alvin.

“singapure? Al…vin” gumam Shilla.

“sekali lagi saya minta maaf karena sudah menganggu waktu kamu! Saya pergi dulu!”

Ketika laki-laki itu melangkahkan kakinya, Shilla berdiri.

“tunggu!” cegah Shilla.

Laki-laki itupun berhenti melangkah. Shilla melangkah perlahan menghampiri laki-laki bertopi itu.

“ka…kamu Alvin???” tanya Shilla dengan suara yang bergetar.

Laki-laki itu tak menjawab, hanya menunduk.

Setelah Shilla berada di hadapan laki-laki itu, Shilla mengulurkan tangannya untuk membuka topi laki-laki itu. tangannya gemetar. Benarkah ini Alvin?

Ia takut, jika ia kecewa, ternyata laki-laki ini bukanlah Alvin. Ia tidak tau jika laki-laki bukan Alvin, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan tangan bergetar, ia membuka topi yang di kenakan oleh laki-laki itu. sekejap, air matanya mengalir deras. Ia menganga tak percaya.

Ia kembali mengulurkan tangannya. Menyentuh wajah laki-laki itu lalu merabanya perlahan.

“ya Tuhan, ini beneran Al…vin???” tanyanya dengan suara bergetar dan air mata yang terus menerus mengalir.

Laki-laki itu tersenyum, lalu mengangguk.

“a..akuu… aaku ga mimpikan??? Ini benerankan??? Ini Alvinkan??” tanya Shilla sedikit histeris.

“iya Shill, ini aku Alvin…”

Shilla langsung menghambur memeluk sosok laki-laki di hadapannya itu. lalu menangis dalam pelukannya.

“Alviiin… kamu ke mana ajaaaa??? Aku udah lama nungguin kamu balik Vin! Kenapa baru balik sekarang???” tanya Shilla di sela tangisannya.

“maafin aku ya Shill… aku nyelesaiin SMAku dulu di sana…” jawab Alvin seraya membalas pelukan Shilla.

Shilla mengangguk-angguk antusias.

“gapapa, yang penting sekarang kamu balik!! Aku kangen banget sama kamuuu…” ujar Shilla.

“aku juga Shill, aku juga kangen banget sama kamu!”

“jangan pernah pergi lagi Vin! Jangan pernah tinggalin aku lagi! aku ga sanggup!”

“iya Shil, aku ga akan pernah ninggalin kamu lagi! udah dong nangisnya. Masa akuu pulang kamu malah nangis sih??!”

“ekhheeem… inget tempat! Ini tempat umum mbaa…” seru sebuah suara.

Shilla berhenti menangis lalu melepas pelukannya. Dan ia menolehke arah sumber suara.

“cieee, akhirnya pangerannya kembali tuhh!” goda Ify.

“kalian udah tau??” tanya Shilla sedikit bingung.

“engga tau kalo Alvin mau pulang hari ini. Kita taunya tadi pas tiba-tiba dia nyamperin kita.” Cerita Cakka.

Shilla menoleh menatap Alvin lalu manyun.

“gituuuu” ujar Shilla dengan nada manja.

Alvin tersenyum melihat tingkah Shilla yang tidak berubah. Sama seperti dulu. Masih tetap manja-manja gimana gitu. Lalu Ia teringat akan empat tahun yang lalu. Ketika Shilla sedang menangis.

Seperti yang dulu Alvin lakukan, ia menghapus sisa air mata Shilla. Shilla tersenyum. ia benar-benar sangat bahagia malam ini. Akhirnya apa yang ia inginkan, apa yang ia harapkan menjadi kenyataan. Ternyata Tuhan mendengarkan doanya.

Tapi masih ada satu lagi yang masih mengganjal di pikiran Shilla. Apakah Alvin masih mencintainya? Apakah perasaan Alvin masih sama seperti 4 tahun yang lalu? Apakah ia bsa megulang kisah mereka seperti dulu? Semoga jawabannya iya.

Sudahlah, pikirkan itu nanti! Sekarang yang terpenting Alvin sudah kembali lagi ke sini. Dan semoga saja masih dengan perasaan yang sama untuknya.

Amin

“welcome back in Indonesia sob!”

Bersambung……

Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar