The Power Of Love *Part 26*
Ify berlari menghindari kejaran Rio. Memasabodokan panggilan Rio terhadap dirinya. Ia masih merasa kesal sekali dengan ucapan Rio tadi. Ia akan terus menghindar sampai Rio benar-benar merasa bersalah dan sungguh-sungguh menyesal.
“Ify !! FY, tunggu !!” panggil Rio yang masih berusaha mengejar Ify.
Namun Ify masih terus berlari. Pura-pura tak mendengar teriakan Rio.
“IFY!!!”
Akhirnya, Rio menarik tangan Ify. mebuat Ify terpaksa menghentikan langkahnya. Rio berdiri dihadapan Ify. sedangkan Ify hanya membuang muka, tak mau menatap Rio.
“maaf…” lirih Rio melas.
Ify memutar kedua bola matanya. Hem,, sudah sangat bosan mendengar kata itu keluar dari mulut Rio.
“maaf, maaf, maaf… Cuma itu ya yang bisa kamu bilang!!? Ga ada kata lain?!!” ketus Ify jengkel.
“iya iya. Aku minta maaf. Tadi itu aku lagi emosi. Kamu jangan marah … beneran deh, aku ga bermaksud buat nyuekin kamu…”
“setiap kamu emosi, pasti aku yang jadi pelampiasannya. Kamu ini nganggep aku apa sih??! Aku ini sebenrnya siapa kamu!!? Kamu kok seenaknya gitu! Kamu mau marah, marah sama aku. Giliran udah ngerasa bersalah, kamu tinggal minta maaf!! Egois banget!”
“iya iya aku tau. Aku bener-bener minta maaf…”
“terus kamu janji kamu ga bakal ngulangin lagi?? gitukan??” sindir Ify makin jengkel.
“oke oke.. sekarang kamu mau apa??? Kamu mau aku ngelakuin apa biar kamu mau maafin aku ???”
“tau ah! Pikir aja sendiri!”
Ifypun pergi meninggalkan Rio sendiri. Membiarkan Rio berfikir, ia tak butuh janji, ia hanya butuh bukti. Ini sudah yang kesekian kalinya Rio begini padanya. Marah dengan seenaknya. Minta maaf dengan mudahnya. Tidak taukah ia, bahwa sakit diperlakukan seperti itu?
Bagaimana jika Rio yang berada diposisi Ify sekarang? Bagaimana rasanya, jika ia selalu saja menjadi pelampiasan emosi Rio? Bagaimana rasanya jika diacuhkan dan dituduh ‘lebay’ seperti tadi?
Rio masih terpaku di tempat. Apakah separah itukah kesalahannya? Sampai-sampai Ify tidak mau memaafkannya? Padahal seingatnya, tadi ia hanya mengatakan bahwa, Ify tidak usah terlalu berlebihan mengkhawatirkannya. Tapi mengapa Ify bisa sampai semarah itu?
Tidak. Ini tidak boleh menjadi semakin rumit! Ini harus bisa diselesaikan sekarang juga. Ify bukan gadis keras kepala. Ify pasti akan memaafkannya. Ia harus memikirkan cara bagimana agar Ify bisa memaafkannya!
***
Alvin memandangi punggung Shilla yang semakin menjauhi pandangannya. Ia berdiri terpaku sambil memegang pipinya yang memerah dan terasa perih.
Bodoh! Benar-benar bodoh sekali kau ini Alvin! Apa yang barusan kamu lakukan!!!! Itu benar-benar merendahkan Shilla!!! mengapa ia tidak bisa menahan atau menghentikan nafsu mereka tadi?!
Sekarang, Shilla pasti semakin membencinya. Apa yang harus dilakukannya untuk menebus kesalahannya?
“aaargh!!”
Alvin mengacak rambutnya. Sangat frustasi. Mengapa semua semakin rumit?? Mengapa semua semakin berlarut?? Apakah masih mungkin sekarang untuk mereka berbaikan, dan kembali seperti dulu lagi??
Ah, sepertinya sudah tidak banyak yang dapat ia lakukan. Sepertinya, sekalipun ia lompat dari pesawat, semua tidak akan membaik seperti dulu lagi. Sepertinya, ia hanya dapat menunggu keajaiban dari Yang Kuasa. Hanya Yang Kuasalah yang mampu merubah segalanya agar menjadi lebih baik.
Semoga saja Tuhan mendengar doanya dan mau turun tangan untuk menyelesaikan ini semua.
***
Shilla berlari masih dengan air mata yang bercucuran deras. Entah mengapa, tapi itu rasanya sakiiiit sekali. Sakit. Ia masih mencintai Alvin. Ia masih menyayangi Alvin. Tapi tidak semudah itu melupakan kejadian malam itu.
Ia ingin memperbaiki semuanya. Namun entah mengapa, tak semudah itu menyelesaikannya. Setiap kali ia melihat Alvin, hatinya pasti akan terasa sangat sakit. Namun, di kala ia jauh dengan Alvin, ia pasti akan merasakan rindu yang sangat luar biasa.
Pelukan Alvin tadi, ahh, itu masih belum cukup mengobati rasa rindunya. Namun ia tak mampu berbuat banyak. Hatinya masih terasa sangat sakit. Ah, seandainya ada cara untuk melupakan kejadian itu. seandainya ada cara untuk melupakan segala sakit hatinya. Seandainya ada cara untuk memaafkan Alvin dengan mudah. Ah, hanya seandainya.
***
Kini gadis itu berada di tepi pantai. Pantai yang sungguh sangat indah. Masih sangat sepi. Anginnya benar-benar menyejukkan hati. Suasananya benar-benar sangat menenangkan.
Saat pulang sekolah tadi, ia langsung diculik oleh Gabriel. Gabriel memaksanya untuk ikut dengannya. Entah apa maksud dan tujuannya. Meski awalnya menolak, ia tetap saja mengikuti Gabriel untuk masuk ke dalam mobilnya, hingga ia tiba di sini.
Ia masih bingung, namun tetap mengikuti perintah Gabriel tadi.
“tetep di sini! Tunggu aba-aba selanjutnya! Ga usah banyak tanya!”
Begitulah tadi suruhan dan ancaman dari Gabriel. Yasudahlah, ia hanya menuruti saja. Menunggu kejelasan dari ini semua.
Ia menghela nafas dalam-dalam. Menghirup udara yang menyejukkan itu. sambil memejamkan mata. Menghayati setiap udara yang masuk ke dalam tubuhnya. Lalu kembali membuka matanya.
Caramu mencintaiku
Menjauhkan kecurangan
Seperti bintang
Yang setia pada bulan
Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Tepatnya arah kanannya. Ia mendapati sosok kekasihnya sedang menggendong gitar. Sambil memetik gitarnya, ia bernyanyi dengan langkah perlahan menuju ke arahnya.
Memegang kukuh janji
Menemani aku sampai mati
Terpasung hati tulusmu
Mendampingi diriku
Kini kekasihnya sudah berada dihadapannya tersenyum ke arahnya. Senyuman manis alanya. Yang mampu membuat siapapun tergelitik hatinya jika melihat senyum itu.
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Memahami cinta
Si gadis menatap kekasihnya itu tanpa berkedip. Oh Tuhan, makhluk ciptaanMu ini. Benar-benar lebih dari sekedar indah. Lebih dari sekedar mempesona. Lebih dari sekedar menawan. Lebih dari sekedar ganteng, manis, cakep, charming. Lebih! Ia lebih dari haya sekedar itu!
Ia tidak salah! Ia benar-benar beruntung mendapatkan kekasihnya itu. ia benar-benar tidak salah memilih. Ia tidak salah mencintai. Ia tidak akan pernah menyesal telah jatuh ke dalam pelukan laki-laki ini. Meskipun terkadang, pemuda satu ini menyebalkanya tak ketulungan.
Meski terkadang ia mempermasalahkannya, sesungguhnya ia tak benar-benar marah. Ia hanya ingin kekasihnya itu berubah. Menjadi lebih baik lagi. Ia hanya ingin menguji, sampai di manakah kemampuan kekasihnya ini meminta maafnya. Sama seperti ini.
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Mengerti memahami cinta
Aliran udara yang masuk ke dalam tubuhnya terasa tak beraturan. Nafasnya tercekat. Ia sulit bernafas. Darahnya mengalir lebih dari 100cm/detik. Jantungnya berdetak tak karuan. Membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat.
Matanya membulat. Mulutnya sedikit menganga. Ketika sang kekasih tiba-tiba mendaratkan sebuah kecupan di pipinya. Ia seperti tersetrum sesuatu. Ada yang tak biasa dengan kecupan itu. entah apa, tapi kali ini lebih terasa maksudnya. Maksud dari kecupan itu.
Kekasihnya tersenyum melihat gadisnya bereaksi seperti itu. ia mendaratkan ciumannya di pipi gadisnya, dengan maksud ingin menunjukkan betapa ia sangat mencintai gadisnya itu. dan sungguh-sungguh ingin meminta maaf padanya.
Maka dengan sengaja, ia membuat kecupan yang biasa itu, menjadi terasa tidak biasa. Agar sang gadis tau, dan dapat menangkap maksud dari itu semua.
Caramu memanjakanku
Kau rujuki kesejukan pagi
Memasung hati tulus aku
Memasrahkan diri
Pemuda itu terus tersenyum. Masih bernyanyi sambil memetik gitarnya. Pandangan matanya tak lepas dari gadisnya. Ia terus bernyanyi, mencurahkan isi hatinya. Melalui lagu itu, ia ingin mengatakan bahwa ia mencintai gadisnya. Sangat mencintainya.
Dan ia ingin berterima kasih atas segalanya. Segala yang telah di berikan oleh gadisnya. Itu semua terlalu berarti. Terutama cintanya.
Gadisnya pun ikut tersenyum.
“mau ikut nyanyi bareng aku?”
Maka gadis itupun menangguk dan ikut bernyanyi bersama pangerannya.
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Memahami cinta
Si gadis, maju selangkah, mendekati pangerannya itu. sedangkan si pemuda, berhenti memetik gitarnya, dan meraih jemari gadisnya. Digenggamnya tangan gadisnya. Lalu dikecupnya dengan lembut.
Si gadis masih terus bernyanyi, meski tak diiringi oleh gitar. Senyumnya semakin merekah diperlakukan bak tuan putri. Iapun ingin menunjukkan isi hatinya dengan lagu tersebut. Ia terhanyut dengan suasana yang diciptakan oleh kekasihnya.
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Mengerti memahami cinta
Lelaki hitam manis itu, kembali memetik gitarnya. Kembali bernyanyi. Gadisnyapun berhenti bernyanyi memberikan kesempatan kepada kekasihnya untuk bernyanyi sendiri.
Jangan pernah terbesit hati
Meragukan kesetiaan yang tercurah
Gantian, pemuda itu kini yang memberikan kesempatan kepada gadisnya untuk benyanyi sendiri. Ia kini hanya bertugas memetik gitar saja.
Aku dan dirimu ditakdirkan Satu
Langit jadi saksi
Dan mereka berdua kembali bernyanyi bersama. Menyelesaikan lagu itu berdua. Menyelesaikan ungkapan hati mereka sama-sama.
Dengan senyum yang terus dan selalu mengembang dari keduanya. Senyum kebahagiaan yang beberapa hari ini lenyap dari keduanya. Kini senyum itu kembali merekah, dan kembali menyejukan hati satu sama lain.
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Memahami cinta
Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Mengerti memahami cinta
PROK PROK PROK
“yeayy…” sorak mereka berdua kala lagu berakhir.
Mereka berdua sama-sama tersenyum senang. Lagi itu, benar-benar menghanyutkan keduanya. Menghanyutkan mereka ke dalam perasaan satu sama lain. Menghanyutkan mereka ke dalam kasih sayang yang memang tercurah untuk satu sama lain.
Mereka kini berdiri berhadapan. Saling menatap satu sama lain. Saling mencari di mana kasih sayang itu berada dari keduanya. Saling mencurahkan rasa yang berkobar dalam dada. Saling memberitahu, bahwa mereka saling mencintai satu sama lain.
Setelah menurunkan gitarnya, si pemuda meraih kedua tangan gadisnya. Di genggamnya tangan itu.
“aku minta maaf ya sayang. Aku emang salah. Aku emang bodoh! Aku bakal ngelakuin apapun asal kamu mau maafin aku. Aku rela mati, asal dengan kaya gitu kamu bisa maafin aku.”
Gadis itupun menggeleng.
“engga! Aku ga bakalan nyuruh kamu buat mati! Aku cumaa mau kamu berubah. Aku ga mau kamu kaya dulu. Aku mau kamu yang baik, kamu yang perhatian, kamu yang sabar.”
“aku ga bisa jaji buat itu. tapi akan aku usahain buat kamu, demi kamu. Aku sayang kamu.. aku cinta kamu, Alyssa…”
“me too, Mario.”
“aku berharap, semoga rasa ini ga bakal pernah hilang, ga akan pernah bosen. Aku mau terus selalu cinta sama kamu. Soalnya, ga ada lagi cewe kaya kamu! Jarang aku temuin cewe kaya kamu! Kamu itu langka..”
“ha? Ngeselin banget ih!!”
“soalnya kamu cewe sempurna. Engga ada cewe sesempurna kamu.”
“gombal!”
“beneran! aku ga mau ada cewe kaya kamu. Aku Cuma mauu Alyssa itu ada satu. Alyssanya Mario!”
Ify tersenyum mendengarnya.
“alyssa Cuma satu kok! Alyssanya Mario..”
Rio mengacak puncak kepala Ify sambil tersenyum. ah, bahagia sekali ia memiliki gadis iini. Gadis sempurna menurutnya. Memang tak ada yang seperti Ify di matanya. Hanya Ify yang sempurna. Hanya Ify yang mampu mengobati segala kesedihannya, keterpurukan hatinya.
Ia menarik Ify ke dalam pelukannya. Membawanya ke dalam rengkuhannya. Kembali mencurahkan rasa yang berkobar di dalam hati. Kembali mencurahkan segala kasih sayang yang ia punya, yang ia simpan untuk Ify. hanya untuk Ify.
Ia ingin selamanya seperti ini. Ingin selama terus indah. Ingin selamanya berada di sisi gadisnya. Ingin selamanya menjaga, melindungi gadisnya. Ingin selamanya mencintai gadisnya. Ingin selamanya bersama gadisnya. Ia ingin selamanya menjadi kekasih Ify.
Tidak! Tidak hanya kekasih. Ia ingin menjadi segala-galanya untuk Ify. ia ingin membuat Ify selalu nyaman terhadapnya. Ia ingin Ify juga selalu mencintainya. Ia ingin Ify tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Ia Ingin Alyssanya Mario.
Ify, gadis yang terlalu sempurna untuk tidak dicintai. Gadis yang terlalu berharga untuk di sakiti. Gadis yang terlalu indah untuk diacuhkan. Betapa bodohnya dulu ia mencampakkan gadis ini. Dan betapa bahagianya sekarang ia bisa mendekap gadis ini dengan sepenuh hatinya.
Ia melepaskan pelukannya. Lalu tersenyum dan menatap gadisnya itu.
“aku punya sesuatu buat kamu.”
“apa???”
“tunggu sebentar! Jangan bergerak!”
Rio menyentuh rambut Ify. ditulusurinya rambut gadisnya itu. beberapa saat kemudian, ia menarik kembali tangannya yang telah menggenggam sebuket bunga mawar.
Ify menganga kaget mendapati bunga yang tiba-tiba keluar dari rambutnya itu.
“nih…”
Dengan senang hati Ify menerimanya.
“yaampun, kamu bisa sulap??? Kereen banget…” puji Ify berseri-seri.
“belajar buat kamu!”
MMUUAACHH
“makasih sayang…”
Rio tersenyum dihadiahi satu kecupan di pipinya. Ah, Ify memang selalu bisa membuatnya terbang ke alam kebahagiaan. Ia bahagia sekali melihat kekasihnya itu tersenyum bahagia. Tidak ada yang lebih membahagiakan lagi, selain melihat senyuman kekasihnya itu merekah dengan indahnya.
Semoga senyuman itu tidak akan pernah hilang sedikitpun. Semoga senyuman itu akan selalu menjadi temannnya setiap hari. Akan selalu mejadi penyambut di kala sang fajar terbit. Akan selalu menjadi ucapan selama malam dan selamat tidur untuknya di setiap malam hari, saat ia akan segera menuju ke alam mimpi.
***
TOKTOKTOK
Cakka berkali-kali mengetuk pintu rumah Oik. Namun belum ada yang menyahuti sama sekali. Ia kembali mencoba dan bersabar menunggu pintu untuk dibukakan.
Jika di sekolah Oik bisa menghindar, maka di rumah, Oik tidak akan bisa menghindari lagi.
Akhirnya pintupun terbuka. Keluarlah seorang wanita paruh baya.
“sore den, mau cari siapa ya?” tanyanya ramah.
“sore, maaf, saya mau ketemu sama Oik. Oiknya ada??”
“oh mba Oik. Ada mas. Silahkan masuk..”
“makasih.”
Cakkapun mengekor wanita itu masuk ke dalam rumah Oik. Sedangkan wanita itu menghampiri Oik di kamarnya.
Tak lama kemudian, Oik turun dari kamarnya. Lalu menghampiri Cakka.
“eh, ka, Cakka…” terdengar sekali nada gugup serta canggung dari nada bicara Oik.
“ehem, elo engga akan bisa ngehindar lagi sekarang! Cepetan jawab!” ketus Cakka.
“yee, minta jawaban kaya mau maling!!”
“gausah banyak cincong deh… jawab aja apa susahnya sih!!”
“hem, kasih aku waktu kek..”
“waktu buat apa lagi!!??”
“mikirlah!”
“dari kemaren elo ngehindar terus dari gue, itu apa??? Bukan mikir??! Masih minta waktu lagi!!”
“yah, kak.. kaka jahat amat sih sama aku….”
“jahat gimana coba!!”
“yaudah, jawabannya engga!” ketus Oik jengkel.
“hah?! Serius Ik??” Cakka memajukan kepalanya beberapa senti, memastikan.
“iya!! Lagian maksa!!”
“hehe, iya deh, ga maksa … gue udah nunggu lama nih, masa dapet jawabannya yang mengecewakan sih?”
“makanya nembak tuh yang bener. Baik-baik, yang romantis. Ini, ga ada romantis-romatisnya sama sekali.. ya jadi ngejawabnya juga mikir-mikirlah!”
Cakka mencoba mencerna kata-kata Oik barusan. Bener juga sih! Kemaren kan, ia Cuma menyatakan perasaannya saja. Tidak meminta secara langsung. Em, sepertinya, ia harus memikirkan cara untuk menyatakan perasaannya secara langsung dengan baik, benar dan romantis.
Oik mengangkat alisnya melihat Cakka yang tiba-tiba jadi diam. Ada apa dengan lelaki aneh ini?
“kenapa kak? Kok diem??”
“lo bener juga! Yaudah, tunggu aja kejutan dari gue!!”
“hah?! Serius kak??”
“yap. Yaudah, gue pulang dulu yaa… pikirin lagi deh tuh mateng-mateng! Tapi gue ga mau denger kata engga ya! Gue mau denger lo bilang ‘iya, kak, aku mau!’ atau ‘yes, I would’ pokoknya intinya kaya gitu!”
“suka-suka aku dong! Keputusan ada di tangan aku!”
“pokoknya kalo lo sampe nolak gue, gue bakalan neror lo terus!”
“ngancem!!!” cibir Oik.
“biarin!! Yaudah gue balik yaa… byee..”
“hati-hati kak!”
Cakkapun kembali pulang ke rumahnya sambil memikirkan cara yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Oik.
Bersambung……
Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar