Rabu, 11 Januari 2012

The Power Of Love *Part 37* Last Part (Repost)

The Power Of Love *Part 37* 

Rio, Ify, Alvin, Shilla, Gabriel, Cakka, dan Oik, juga Acha berencana akan membuat sebuah maket di rumah Rio setelah pulang kampus ini. Maket ini bukan untuk tugas penting atau apapun. Ini hanya untuk bersenang-senang saja.

Alasan utama untuk berkumpul bersama. Mereka merasa semenjak mereka duduk di bangku kuliah, waktu berkumpul mereka benar-benar sangat singkat. Palingan ketika mereka duduk di cafeteria kampus. Selebihnya, mereka selalu masing-masing, sibuk sendiri-sendiri.

Maka dari itu mereka memutuskan untuk berkumpul dengan alasan ingin membuat maket. Sekalian juga ingin membuat suatu kenang-kenangan yang bisa membuat mereka ingat pada sahabat-sahabat mereka jika melihat benda itu.

Sepulang dari kampus pukul 14.00, mereka semua berkumpul di parkiran untuk segera meluncur ke rumah Rio.

“okeh, farmasi udah lengkap. Saatnya kita jalaaaaan!!!!” seru Shilla.

Yang lain mengangguk menyetujui. Merekapun langsung naik ke kendaraan masing-masing.

Hari ini mereka semua kompakan membawa motor. Katanya pengen sekalian main-main di jalan menantang adrenalin mereka. Sudah lama mereka tidak menggunakan motor mereka. Sekalian biar lebih romantis, kata Alvin dan Rio.

Namun Ify berdiri mematung di samping motor Rio. Dari dulu ia memang paling takut jika dibawa ngebut. Tadi pagi saja –ketika Rio menjemput Ify- Ify sudah menolak untuk diajak Rio naik motor. Hampir saja ia lebih memilih naik angkot daripada pergi dengan motor Rio. namun karena Rio merayu Ify dan berjanji tidak akan membawa motornya ngebut-ngebut, akhirnya Ify menyetuji, meski ternyata Rio tidak menepati janjinya -_-

Dan ia baru diberitau lagi oleh Rio dan semuanya bahwa siang ini sepulang kampus aka nada balapan seru. Tentu saja Ify menolak keras. Tetapi lagi-lagi Rio merayu Ify hingga sedemikian rupa, hingga akhirnya Ify kembali menyetujui.

Namun meski ia sudah menyetujui, bukan berarti ia tidak takut lagi. Jantungnya mulai berdegup kencang. Mengerti apa yang Ify rasakan, Rio kembali menenangkan Ify.

“hey, ayo naik.” Ajak Rio. Ify menggeleng keras. Ia benar-benar takut. Membayangkannya saja sudah takut, apalagi jika benar-benar dibawa ngebut.

“ga akan kenapa-napa, percaya deh sama aku.” Rio mencoba meyakinkan Ify kembali.

“siapa yang bisa jamin kak. Ntar kalo tiba-tiba kamu ga bisa ngendaliin motor kamu gimana?” Ify masih menolak.

“ck, kamu ga percaya amat sih sama aku. aku udah sering kaya gini Fy. Buktinya sampe sekarang aku ga kenapa-napakan??”

“tapikan kaaaak….”

“ayo naik!! Aku janji demi apapun juga, kamu akan selamat sampe di rumah aku nanti…” Ify menggigit bibir bawahnya.

“ayooo…” ajak Rio lagi.

Ify masih menggigit bibirnya dan tak bergeming sama sekali dari posisinya.

“ck…” dengan paksa Rio menarik tangan Ify untuk segera naik ke atas motornya. Mau tak mau Ifypun naik ke atas boncengan motor Rio. Dan langsung saja ia memeluk Rio dengan erat. Padahal belum saja motor itu bergerak.

Setelah semua siap di atas motor masing-masing (NB: Ify dibonceng Rio, Shilla dibonceng Alvin, Oik dibonceng Cakka, dan Acha dibonceng Gabriel) mereka segera melajukan motor mereka.

“satu, dua, tigaaaa” seru Alvin, Rio, Gabriel, dan Cakka bersamaan. Dan dengan sekejap mata, keempat motor itu sudah tak terlihat dari parkiran kampus.
*****

Keempat motor itu saling salib menyalib, dahulu mendahului, menyusuri kepadatan kota Jakarta yang meskipun pada siang hari tetap ramai meski tidak macet. Tak jarang bunyi klakson dari para pengemudi lain terdengar, bahkan ada yang sampai membentak atau hanya sekedar memarahi saja melihat kelakuan keempat pemuda itu.

Namun keempat pemuda itu tidak memperdulikannya. Mereka tetap saja enjoy dengan aksi mereka yang terbilang cukup nekat -karena jika ada polisi lalu lintas yang melihat mereka pasti akan langsung tertangkap-.

Sedangkan keempat cewek di belakangnya sudah benar-benar ketakutan setengah mati meladeni aksi cowok-cowok sedikit gila ini. Mereka (NB: Ify, Shilla, Oik, dan Acha) memeluk cowok-cowok dengan sangat erat.

Terlebih lagi Ify yang memang dari dulu sangat takut dibawa ngebut. Ia memeluk Rio erat-erat dan menelungkupkan kepalanya di pundak Rio sedalam-dalamnya untuk sekedar menenangkan perasaan takutnya itu. namun meski telah ditenangkan oleh Rio beberapa kali, perasaan takut itu tetap saja hadir tanpa bisa dicegahnya.

“ga akan kenapa-napa sayang. Percaya deh sama aku….” Rio kembali meyakinkan Ify untuk yang kesekian kali. Ify tak menjawab, hanya saja ia lebih mempererat lagi pelukannya ke tubuh Rio.

Oik pun tidak jauh beda dengan Ify. ia juga memeluk Cakka kencang-kencang demi sedikit mengurangi rasa takutnya. Tak jarang Cakka terkikik sendiri saat pelukan Oik semakin kencang dirasakannya.

“berdoa aja semoga kita selamat, hihi” teriak Cakka mengimbangi suara lalu lintas yang padat siang itu.

“dasar reseeee!!!” gerutu Oik.

Shilla yang memang sudah sering diajak Alvin seperti ini sudah merasa terbiasa. Jadi dia mah enjoy enjoy aja asalkan Alvin yang memboncengnya dan tidak akan terjadi apa-apa terhadap dia dn Alvin. Malah tak jarang Shilla cekikikan bersama dengan Alvin ketika ada yang memarahi mereka atau membentak mereka.

Acha juga terlihat enjoy enjoy saja dibonceng Gabriel. Ia menikmati perjalanan ini.
*********

Sekitar 30 menitan mereka menyusuri jalanan ibu kota yang ramai lalu lintas itu, akhirnya mereka berhasil sampai di rumah Rio dengan selamat.

“Alhamdulillah ya, selamat kita hehe….” Cakka nyengir seraya melepaskan helm yang ia pakai.

Semua mengangguk menyetujui ucapan Cakka, kecuali Ify dan Oik.

Oik langsung turun dari motor Cakka dan menyerang Cakka langsung. Dijitaknya kepala Cakka, dan dipukulnya lengan Cakka berkali-kali. Berkali-kali juga Cakka menghindar dari serangan Oik, namun selalu gagal karena posisinya yang masih duduk di atas motor.

“selamat sih selamat, tapi jantung aku hampir copot tau ga!!! Nyawa aku tuh berasa lagi ditariktarik angin…. Kamu pengen aku mati mendadak yaaa!???!!! Ngeseliiiiiiiiiiiiin!!!!!!!!!!!!!!” Oikpun manyun sambil melipat kedua tangannya di dada.

“aduh ampun deh Oik sayang. Aku gamungkin lah pengen bikin kamu mati mendadak. Aku kan sayang sama Oikku tercinta hehe. Tapi tadi serukan???” Cakka mengedipkan sebelah matanya. Membuat Oik semakin geram saja.

“hoooeeeek” Ify yang dari tadi mematung di belakang Rio (masih duduk diboncengan Rio) tiba-tiba saja merasa mual. Tentu saja membuat perhatian mereka yang tadi tertuju pada Cakka dan Oik kini beralih menatap Ify. Riopun yang masih duduk di motornya menoleh ke belekang ketika mendengar Ify mengeluarkan suara seperti orang ingin muntah.

“kamu kenapa Fy???” Tanya Rio.

“hoooeeek hooeeek” Ify benar-benar merasa mual sekali. Ia menutup mulutnya dengan tangannya. Segera ia turun dari motor Rio dan menuju ke tempat yag bisa digunakan untuk mengeluarkan apa yang ingin perutnya keluarkan (??)

Rio menurunkan standar motornya. Lalu menyusul Ify. Ia mengurut-urut tengkuk Ify.

“waduh Yo, selama perjalanan lo apain tuh anak orang sampe muntah-muntah gitu?? Waaah hebat lo Yo. ga nyampe satu jam, Ify udah sampe mual mual gitu….” Ceplos Cakka. Semua langsung menatap tajam Cakka.

“sialan lo Cakk!! Lo pikir gue apaan!! -_______-“ sungut Rio tak terima dibilang seperti itu.

“piiiissss Yo” Cakka menyeringai lebar sambil membuat huruf V dengan jari tengah dan telunjuknya.

“masuk angin kali tuh…” Shilla buka suara.

“bukan kali, tapi pasti…” sahut Alvin. Ify memang pasti masuk angin. “Orang abis dibawa kebut-kebutan tadi.” Lanjut Alvin.

Setelah dirasa cukup mengeluarkan apa yang perutnya mau keluarkan tadi (???) Ifypun kembali berdiri tegak. Wajahnya pucat, matanya berair, nafasnya tersengal-sengal.

“mual banget ya Fy??” Tanya Rio.

Ify mengangguk lemas.

“pusing gaaa?” Tanya Rio sambil memeriksa kening Ify.

“engga kok, Cuma mual aja. Tadi rasanya kaya nyawa aku terbang-terbangan ke sana sini…” semua tertawa kecil mendengar ucapan polos Ify barusan.

Rio mengacak-acak rambut Ify sambil tertawa kecil “kamu nih ada ada aja.. udah enakan belum???”

Ify mengangguk.

“yakin??? Ga mau aku anter pulang???”

“engga kak. Mau main hehe…”

“dasar udah gede juga main mulu yang dipikirin….” Riopun merangkul Ify, mengajak Ify kembali bergabung ke teman-temannya.

“yaudah ayo ah masuk. Ngapain coba di depan rumah gini. Gaenak banget deh…. Ayoo ah!!” ajak Rio.

Mereka langsung kembali menyalakan mesin motor mereka untuk segera dimasukan ke dalam garasi rumah Rio. Oik membukakan pintu pagar rumah Rio, sedangkan Shilla merangkul Ify.

Ketika sedang menstater motornya, tiba-tiba saja Gabriel merasakan kepalanya diserang sakit yang luar biasa. Iel menundukan kepalanya sambil mengurut kepalanya yang terasa sakit sekali itu. sepertinya penyakit laknat itu datang di saat yang tidak tepat.

Ketiga motor milik Alvin, Rio, dan Cakka sudah masuk ke garasi. Mereka bertiga sudah mematikan mesin motor, namun mereka merasa masih ada suara motor yang berbunyi. Setelah mengecek kalau motor yang masuk baru tiga, dan tidak melihat Gabriel di dalam garasi, mereka keluar untuk melihat kemana Gabriel.

Ternyata Gabriel masih berada di luar pagar sedang mengerjap-ngerjapkan matanya dan mengurut pelipisnya. Mereka bertiga saling tatap. Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di benak mereka bertiga. Jangan-jangan…….

Merekapun langsung menghampiri Gabriel.

“Yel, elo…..” pertanyaan Rio langsung dipotong oleh Gabriel yang langsung sadar bahwa teman-temannya curiga.

“em, gue gapapa….” Jawab Iel langsung. Iapun langsung membawa motornya masuk ke garasi rumah Rio.

Kembali ketiga sahabat itu saling tatap. Lalu kembali menghampiri Iel.

“Yel, lo yakin gapapa??” Tanya Rio memastikan sambil memperhatikkan wajah Gabriel yang sedikit pucat.

Gabriel memaksakan seulas senyum agar tidak terlihat dipaksakan untuk meyakinka pada Rio, Alvin dan cakka, juga Ify, Shilla, Acha, dan Oik bahwa ia tidak kenapa-napa.

“gapapa kok. Kalian tenang aja…” Iel menyentuh bahu Rio lalu menepuk-nepuknya.

“yel, lo janji kan ga aka nada yang bakal lo sembunyiin dari kita. Lo ga bisa boong Yel. Mata sama bibir lo tuh bilang kalo lo lagi dalam keadaan yang kenapa-napa…” sahut Rio yang tidak percaya pada ucapan Gabriel.

“em, gue gapapa kok Yo. Cuma sedikit pusing aja…” jawab Iel tidak ingin memperpanjang perdebatan ini.

“yakin Yel? Lo sih nekat ikutan ngebut tadi. Lo kuat ga? Kalo engga ga usah dipaksain Yel. Mendingan lo pulag, istirahat…” Alvin ikut memastikan.

“terus kalian seneng-seneng tanpa gue gitu???” Tanya Gabriel sedikit kesal. Ia tidak suka kekhawatiran teman-temannya terlalu berlebihan.

“engga gitu Yel, daripada lo kenapa-napa…”

“oke oke, nanti kalo gue udah ga kuat, gue janji gue bakal istirahat. Tapi jangan larang gue buat ikutan.” Pinta Gabriel.

“bener ya Yel? Kalo lo ngerasa udah cape atau ga kuat, lo bakal istirahat???” Tanya Alvin memastikan.

“iya iya, gue janji.”

“yaudah, ayo kalo gitu. Daripada ntar keburu sore…”
*********

Hari sudah senja. Warna langit sudah berubah yang tadinya biru terang menjadi orange ungu dan biru sedikit tua (???). kedelapan sahabat ini masih saja mengerjakan maket bikinan mereka yang bergambar lima orang perempuan dan empat lakilaki sedang bermain di sebuah taman yang indah. Ada danau di taman itu dan atas danau ada sebuah perahu. Juga ada banyak pohon-pohon di sekitar taman. Ada rumah pohonnya. Ada lapangan. Ada bangku, ada lampu taman, dan masih banyak lagi.

Sedikit lagi sudah hampir jadi. Namun tiba-tiba saja, setetes darah mucul di atas gambar seorang anak laki-laki yang sedang duduk membaca buku di bawah pohon. Membuat Ify, Rio, Alvin, Shilla, Cakka, Oik, dan Acha menoleh kaget ke Gabriel. Dilihatnya hidung Gbriel yag sudah keluar banyak darah.

Acha segera berlari mengambil tissue dan langsung menyumbat darah agar tidak keluar terusterusan. Tetapi darah terus keluar dari hidung Gabriel diikuti dengan erangan kesakitan dari Gabriel yang meringkuk di bawah tempat tidur kamar Rio sambil menjambak rambutnya. Sepertinya penyakit itu kambuh lagi.

Mereka panik. Mereka langsng menggotong tubuh Gabriel dan membawa sahabat mereka itu ke dalam mobil Rio. dan mereka segera berlalu menuju rumah sakit.
****

Masih terbayang dengan jelas, bagaimana Gabriel terus berteriak kesakitan pada saat suster akan segera membawanya ke ruang ICU. Darah bercucuran di wajah bagian bawahnya serta bajunya yang sebagian langsung berubah warna dari biru menjadi merah.

Kini Gabriel sedang tertidur pulas di ruag ICU. Kata dokter, Gabriel drop karena kecapekan. Dan dokter meminta kepada teman-temannya untuk menjaga pola hidup Gabriel. Karena menurut dokter, keadaan Gabriel tidak lagi sebaik dulu sebelum penyakit sialan itu menjalar di tubuh Gabriel.

Jika Gabriel stress, banyak pikiran, banyak kegiatan, atau banyak aktifitas, itu akan membuatnya menjadi drop seperti sekarang ini. apalagi, Gabriel tidak mengikuti kemoterapi, hanya mengandalkan obat-obatan pengurang rasa sakit saja. Dan hal itu membuat penyakitnya kian bertamabh parah.

Papa Iel sudah diberitau oleh salah Alvin bahwa Gabriel drop dan sekarang terbaring di rumah sakit.

Tak lama kemudian, pintu ruang ICU dibuka. Masuklah seorang wanita paruh baya yang diketahui adalah mama Acha. Tadi mama Acha memang menelpon Acha menanyakan sedang berada di mana karena sudah gelap tetapi anak perempuannya itu belum juga tiba di rumah. Dan Acha memberitau mamanya bahwa Gabriel drop jadi dia masih menunggu Gabriel di rumah sakit.

Mama Acha langsung memeluk Gabriel dan menangis. Acha yang memang sudah tau, membiarkan mamanya memeluk tubuh Gabriel. Membiarkan teman-temannya teronggo-longo tak mengerti dengan adegan yag mereka lihat di depan mereka ini.

Tak lama kemudian, pintu ruang ICU dibuka kembali. Kini masuklah seorang laki-laki paruh baya yang mereka yakini adalah papa Iel. Alangkah terkejutnya beliau melihat ada seorang wanita yang sedang memeluk putranya itu.

Baru saja Tn. Damanik mau bertanya kepada wanita itu, wanita itu sudah berdiri kembali dan melihat Tn. Damanik. Mereka berdua samasama terkejut. Terlebih lagi papa Iel. Beliau tidak menyangka akan bertemu denga wanita ini. wanita yang sudah 18 tahun menghilang dari hidupnya dan Gabriel.

Dengan mata berkaca-kaca, wanita itu menghampiri papa Gabriel.

“kamu… kamu bener John???” Tanya wanita itu dengan amat sangat terkejut dan tidak percaya.

“iyaaa…. Kamu…. Kamu Mytha???? Mamanya Gabriel???” Tanya papa iel juga sangat sangat terkejut.

*bagian di sini disingkat aja yaaa. Gue males soalnya ini sinetron banget. Terpaksa nih adegan musti diadain. Padahal gue eneg banget nih nulisnya -_______________-*

Mereka langsung saling berpelukkan.

“kamu ke mana aja selama ini???” Tanya papa Iel.

“semenjak kecelakaan itu, aku tinggal di sebuah desa dipinggir Jakarta.”

“oh ya, anak kita yang kedua. Gimana sama dia??? apa dia selamat??”

“iya, dia selamat… Chaa, sini sayang…”

Acha yang dipanggil langsung menghampiri.

“ini anak kita mas. Achaaa….” Kata mama Acha sambil memegang kedua pundak Acha.

Papa iel menyentuh pipi Acha. Tak percaya bahwa Acha adalah putrinya yang selamat dari kecelakaan itu. papa Ielpun langsung memeluk putrinya itu.

Kini keluarga yang hampir terpisah itu sudah bersatu kembali menjadi sebuah keluarga yang utuh (yeeeaaaay!!!!!!!!!!!)

Rio, Ify, Shilla, Alvin, Cakka, dan Oik hanya tediam melihat adegan yang tejadi di depan mereka. Dalam hati mensyukuri pertemuan ini.
***********

“errrr” suara rintihan itu terdengar dari Gabriel. Selama tiga hari ia tertidur tanpa bangun sama sekali dan baru hari ini Gabriel kembali terbangun. Mamanya yang sedang menjaga Iel bersama denga Rio da ify juga Acha kaget sekaligus senang saat mendengar rintihan Gabriel.

Setelah diperiksa oleh dokter, dokter menyatakan keadaan Gabriel sudah kembali normal seperti biasa. Mendengar itu, Rio, Ify, Acha dan mama Iel merasakan senang yang tiada tara.

“iyel, akhirnya kamu bangun jugaa naaak….” Ucap mamanya sambil membelai lembut rambut Iyel.

“aku udah denger semuanya pas kemaren aku tidur. Tante mama akukan??? Mama yang 18 tahun yang lalu ilang karena kecelakaan mobil itu??? dan Acha, Acha itu ade akukan??? Yang 18 tahun yang lalu masih ada diperut mama??” ucap Iyel to the point.

Mama Ielpun tanpa sadar mengeluarkan air mata. Beliau mengangguk mengiyakan pernyataan Iyel tadi. Beliau benar-benar merasa sagat senang bisa kembali bertemu dengan Gabriel, utranya yag selama 18 tahun ini terpisah dengannya.

Tapi mamanya juga sedih. Mengapa harus bertemu dengan Gabriel, disaat Gabriel sedang sakit parah seperti ini??

“maafin mama ya ga bisa ngedampingin kamu ngelewatin masa remaja kamu…”

“gapapa mah. Iel seneng kok udah bisa ketemu sama mama lagi…”

“iyel dengerin mama ya, Iel pasti sembuh… Iyel pasti dan akan segera sembuh. Mama akan melakukan apapun supaya Iyel bisa sembuh kaya dulu lagi..”

“iya mah, makasih ya maah…” mama Gabriel mengangguk dan mencium kening Iyel.
*************

Semakin hari keadaan Gabriel semakin membaik. Bahkan sekarang, Gabriel sudah bisa bermain gitar lagi. di taman rumah sakit sekarang mereka berdelapan sudah berkumpul. Dengan satu gitar diantara mereka.

Gabriellah yang kini sedang memegang gitar. Kepanikkan eberapa hari yang lalu kini sudah berganti menjadi senyuman lebar nan manis dari mereka semua. Mereka sangat senang bisa berkumpul lagi seperti ini tanpa kurang satupun apapun.

“kaa iyeel, buruan nyanyi ayoook!!!” seru Ify.

“nyanyi apaan??” Tanya iyel.

“em, Bestfriend Forover aja kak!! Lagunya Cherry Belle. Ayokkak!! Cepetan!!!”

“iya Fy iyaa, bawel lo ah!!!”

Iyel pun mulai memetik gitarnya dan memainkan lagu yang Ify request tadi.

Kan selalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya

Disaat ku termenung kau datang bawa ceria
Disaat ku bahagia kau jaga penuh hatiku
Apapun kisahku kamu ada untukku
Hanya kaulah sahabat sejatiku

Kita kan slalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku

Awalnya hanya Ify yang menyanyikannya, namun mungkin karena suara Ify yang enak dan lagunya juga enak da mendukung, akhirnya mereka ikutan bernyanyi juga.

Kita kan slalu bersama manggapai semua cita
Dan meraih dunia walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
Cause you’re my bestfriend forever

Disaat ku termenung kau datang bawa ceria
Disaat ku bahagia kau jaga penuh hatiku
Apapun kisahku kamu ada untukku
Hanya kaulah sahabat sejatiku

Kitakan slalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku

Kita kan slalu bersama manggapai semua cita
Dan meraih dunia walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
Cause you’re my bestfriend forever

Mereka semua saling merangkul satu sama lain terkecuali Gabriel karena sedang memainkan gitarnya. Semua terlarut dalam perasaan bahagia. Terlarut dalam tawa yang istimewa. Terlarut dalam hangatnya dan indahnya persahabatan mereka.

Kan selalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya

Mereka berhrapa mereka bisa selamanya seperti ini. saling berangkulan, saling memancarkan tawa bahagia. Mereka beharap persahabatan mereka abadi. Meski mereka tau, hidup di dunia ini hanya sebentar. Namun apa salahnya jika mereka menggunakan waktu yang singkat itu untuk saling menyayangi satu sama lain seperti ini.

Kita kan slalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku

Kita kan slalu bersama manggapai semua cita
Dan meraih dunia walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
Cause you’re my bestfriend forever

Mereka menyanyikan lagu itu dengan perasaaan riang gembira yang tergambar jelas di wajah mereka. Entah bagaimana mengekspresikannya, namun mereka benar-benar merasa sangat bahagia sekali hari ini. bisa bernyanyi bersama lagi, sudah lama mereka tidak melakukannya.

Mereka semua bertepuk tangan untuk mereka sendiri, untuk kebersamaan mereka hari, dan untuk persahabatan mereka yang tetap bertahan hingga sekarang ini. betapa bahagia memiliki sahabat seperti mereka.

Sungguh, tidak ada hal yang paling indah selain bisa tertawa bahagia bersama para sahabat. *********

Kondisi Gabriel semakin memburuk. Sudah dua hari Gabriel terbaring lemah di ruang ICU. Sehari setelah mereka berkumpul di taman rumah sakit, keadaan Gabriel kembali drop. Ketika mereka (re: Ify, Rio, Alvin, Shilla, Cakka, Oik, dan Acha) sedang mengobrol bersama, tiba-tiba saja Gabriel merasakan kepalanya sakit luar biasa. Ia menjambak rambutnya lal keluar darah dari hidungnya. dan seketika saja ia pingsan.

Ketika dokter selesai memeriksa keadaan Gabriel, dokter mengatakan bahwa kondisi Gabriel benar-benar drop. Mereka semua (termasuk mama Iyel) lemas mendengarnya. Bagaimana bisa ini semua terjadi?

Gabriel kembali dimasukkan ke ruang ICU.
*********

Waktu sudah menunjukkan waktu 3 hampir subuh. Rio, Ify, Alvin, Shilla, Cakka, dan Oik sedang tertidur pulas di ruang tunggu. Sedangkan mama Gabriel, dan Acha tertidur di dalam ruang ICU.

Mereka berenam memang sengaja stay di rumah sakit, karena kondisi Gabriel saat ini tidak memungkinkan untuk ditinggal. Mana mungkin mereka bisa tenang tidur di rumah atau beraktifitas seperti biasa, sedangka keadaan Gabriel yang terkadang sangat drop hingga kritis, atau kona dalam hitungan jam, bahkan terbangun namun tak sempat mengatakan apapun ia kembali pingsan karena rasa sakit yang luar biasa menyerangnya.

Menurut dokter, penyakit Gabriel itu memang sudah memasuki stadium akhir. Sudah masuk ke tahap parah. Bahkan kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuh. Penyakit itu begitu cepat menyebar hingga penangananpun sangat sulit dilakukan oleh tim dokter.

Saat suasana sedang sepi dan semua sedang tertidur dengan lelap, Gabriel tiba-tiba saja terbangun. Ia membuka kedua matanya perlahan. Ia melihat kesekeliling. Hanya ada sang bunda dan Acha saja di dalam ruangan itu yang sedang tertidur lelap. Tak tega membagunkan mereka, Gabrielpun memilih untu menegakkan posisi duduknya sendiri.

Sedikit mengerang kesakitan namun tanpa suara karena tak ingin membangunkan mamanya dan Acha, karena memang perut dan kepalanya terasa sakit. Ia melihat sebuah buku di atas meja da sebuah pulpen. Terbesit untuk menulis sesuatu di sananya yang mewakili isi hatinya kepada teman-temannya.

Diambilnya buku dan pulpen itu, lalu ia mulai menuliskan sesuatu.

Ketika sedang asik menulis, tiba-tiba saja ada setetes darah yang mengotori kertas buku itu. Iyel kaget dan langsung menyentuh hidungnya. Benar saja, darah sudah menetes sedikit demi sedikit, namun semakin lama semakin banyak. Iyel mengacuhkan darah yang terus menerus keluar dari hidungnya itu.Ia kembali melanjutkan menulisnya.

Sampai akhirnya rasa sakit itu kembali menyerang kali ini sekaligus perut dan kepalanya. Awalnya ia mengacuhkannya. Namun semakin lama rasa sakit itu semakin gencar menyerang tubuhnya. Rasanya semakin sakit. Iyelpun tak kuat dan ia melepaskan pulpen yang sedang ia gunakan tadi hingga terjatuh dari tempat tidur berserta juga dengan bukunya.

Ia meremas remas perutnya juga kepalanya yang terasa sakit. Karena tak kuat menahan rasa sakit itu, iapun mengerang kesakitan. Erangannya itu berhasil membangunkan mamanya dan Acha. Seketika mereka terbangun dan langsung menghampiri Gabriel. Mereka shock melihat keadaan Gabriel yang benar-benar parah.

Gabriel membungkukkan tubuhnya ke samping tempat tidur dan tiba-tiba saja ia memuntahkan bayak darah.

Mama Iyel kaget. Beliau panik dan langsung memanggil dokter. Lantai ruang ICU kini berwarna merah oleh muntahan darah Gabriel. Tak lama kemudian dokter masuk. Lalu mama Iyel dan Acha keluar dari ruang ICU.
*******

Rio terbangun ketika dokter dan beberapa perawat berlari-larian dan ternyata memasuki ruang ICU. Ia tau pasti telah terjadi sesuatu dengan Gabriel. Iapun membangunkan Ify yang tertidur dipundaknya. Ifypun terbangun.

“em, kenapa kak?” Tanya Ify mash setengah sadar. Bahkan matanya belum sepenuhnya terbuka.

“tadi dokter sama beberapa suster lari-lari Fy masukke dalem..” jelas Rio sedikit panic.

“HAAA??? Jangan-jangan ka iyel kenapa-napa kak???” kaget Ify langsung membelakakan matanya. membuat teman-temannya yang lain ikutan terbangun.

Alvin yang lebih dulu tersadar melihat kepanikan di wajah Ify dan Rio langsung bertanya.

“ada apa sih Yo, Fy???” Tanya Alvin dengan kening berkerut.

“tadi dokter sama suster lari-lari masuk ke ruang ICU Vin…” jelas Rio. membuat Alvin kaget.

“jangan-janga Iyel kenapa-napa…”

Tiba-tiba saja mama Iyel dan Acha keluar dari dalam ruang ICU sambil menangis. Mereka semakin yakin bahwa telah terjadi sesuatu pada Iyel. Tiba-tiba saja perasaan takut menyergap mereka semua.

“tante, Acha, ka Iyel kenapa???” taya Ify menghampiri mama Iyel dan Acha yang sepertinya terlihat shock.

“tadi kak Iyel muntah darah kak, banyak banget….” Jelas Acha sambil sedikit terisak.

Semua membelalakan mata, ikutan kaget. Bahkan Ify shock.

“ya Tuhan, semoga Iyel engga kenapa-napa…” doa Rio.

Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Dengan perasaan yang kotar-katir mereka semua menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang ICU. Dalam hati mereka semua berdoa semoga Gabriel dalam keadaan baik baik saja.

“gimana keadaan Gabriel dok?? Dia baik-baik aja kan?” Tanya mama Iyel.

Dokter menghela nafas panjang dan terlihat sangat menyesal. Lalu kemudian dokter menggeleng.

“maksud dokter apaa????” Tanya mama Iyel histeris.

Semua menganga kaget melihat jawaban dokter yang menggelengkan kepalanya. Maksudnya apa??? Perasaan takut semakin menyergap mereka semua. Suasana tegang sangat terasa sekali di sana.

“maaf bu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Gabriel. Namun mungkin Tuhan berkehendak lain, Bu.” Jelas dokter dengan lirih dan sangat menyesal.

Semua shock. Tidak mungkin! Tidak mungkin Gabriel meninggalkan mereka. Seketika tangis Ify, Shilla, Oik, dan Acha juga mama Iyel pecah. Ify dan Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Rio dan Alvin sampai harus menahan tubuh Ify dan Shilla agar tidak terjatuh saking lemasnya mereka.

“GA DOK!! GA MUNGKIN GABRIEL MENINGGAL DOK!!! GA MUNGKIIIN DOK!!!!!!!” mama Iyel histeris.

“maaf bu, tapi begitu kenyataannya Bu.”

“ENGGA!! GA MUNGKIIN!!!!” teriak mama Iyel dan seketika itu juga pingsan.
*********

Hujan dan air mata mengiringi kepergian sahabat tercinta mereka. Air mata kehilangan tidak henti-hentinya mengalir. Bahkan tak hanya teman-teman mereka saja yang merasa kehilangan sosoknya, tetapi bumipun ikut-ikutan menangis karena kehilangan sosok Gabriel.

Terutama mama Gabriel yang tidak bisa berhenti menangis sambil menyebut nama Gabriel. Bahkan ketika semua orang sudah pulang, sang bunda yang baru saja kehilangan putra tercintanya masih saja memeluk nisan yang bertuliskan nama putra tercintanya tersebut.

Ify, Shilla, Oik dan Acha juga ikut menangis tiada henti. Isakan masih terdengar di sekitar pemakaman Gabriel. Rio, Alvin, dan Cakka mencoba menenangkan kekasih mereka masing-masing. Namun bukan berarti mereka tidak sedih dan merasa kehilangan. Kehilangan yang mereka rasakan justru jauh lebih menyakitkan mungkin dari yang kekasih mereka rasakan.

“bu, ayo kita pulang ya bu…” ajak Acha pada mamanya yang maish terlihat belum siap melepaskan Gabriel.

Mama Acha mengagguk mesti sebenarnya dalam hati beliau tidak rela meninggalkan putranya di sini.

Acha membantu mamanya untuk bangun.

“kaka kaka, gue sama ibu pulang duluan yaaa…” izin Acha pada Rio dkk.

“iya, hati-hati ya Cha. Kita turut berduka cit ya Cha, tante…” ucap Rio mewakili teman-temannya yang lain.

“iya kak, sama gue juga ya kak. Oh iya, gue nemuin ini pas kemaren ka Iyel muntah darah..” Acha menyerahkan selembar kertas pada Rio.

Dengan bingung Rio menerima kertas itu. teman-temannya yang lain menatapnya dengan bingung.

“ini apaan ya Cha???” Tanya Rio.

“kaka kaka baca sendiri aja deh… yaudah, kita duluan ya kaka kaka…” pamit Acha lagi. setelah mereka semua mengangguk, Acha dan mamanyapun pergi dari sana.
************

Mereka menatap rumah pohon dihadapan mereka ini. rumah pohon yang beberapa bulan ini mereka sengaja buat untuk hadiah ulang tahun Gabriel bulan depan. Namun ternyata belum sempat mereka memberitau hadiah ini, Gabriel lebih dulu dipanggil Tuhan. Memikirkannya, air mata mereka kembali mengalir.

Mereka tau bahwa cepat atau lambat, pasti akan ada yang pergi dari hidup mereka. Entah siapa dan kapan. Namun mereka tidak menyangka bahwa Gabriellah yang pertama kali pergi dan dalam waktu yang begitu cepat. Dalam umur yang masih terpaut sangat muda.

Waktu kecil, mereka pikir mereka akan tumbuh dewasa bersama, melihat satu sama lainnya duduk di pelaminan bersama. Namun ternyata semua itu tak bisa mereka wujudkan bersama dengan Gabriel.

“padahal kita yakin kalo misalnya ka Iyel ngeliat rumah pohon ini, pasti dia bakalan seneng baget deh…” ucap Ify menerawang, membayangkan jika Gabriel melihat rumah pohon yag sudah mereka rencanakan sejak 3 bulan yang lalu itu. tak terasa air matanya kembali turun, namun langsung dihapus oleh Ify.

“pasti Fy. Pasti dia seneng banget tuh pas kita tunjukin rumah pohon ini.” Shilla tersenyum masam.

“kalo gue tau dia bakal ninggalin kita secepet ini, bakalan gue ajak dia kemaren-kemaren deh ngeliat nih rumah pohon…” ucap Cakka.

“iya Kka, bener lo. kalo aja kita tau kalo mulai dari hari ini sampe seterusnya kita udah ga bakal bisa lagi ketemu sama dia, udah gue ajak dia ke sini dari kemaren. Gue ga nyangka, secepet ini dia ninggalin kitanya.” Kata Rio menatap lurus ke rumah pohon itu.

“yaudah, ga usah di sesalin semuanya udah terlanjur kejadian. Mau bikin kejutan buat dia, malah kita yang terkejut…” Rio tersenyum miring.

“mendingan kita naik yuk ke atas!” ajak Alvin. Semua mengangguk menyetujui.

Mereka semua segera naik ke atas rumah pohon itu. Setelah semua sudah berada di atas, mereka melihat ke sekeliling. Rumah pohon itu tidak begitu besar, hanya berukuran 3x2 M. di salah satu dinding yang terbuat dari kayu itu ada semacam mading kecil. Di sana ada banyak fotofoto mereka dari waktu kecil sampe mereka (Rio, Alvin, Cakka, Gabriel) sebesar sekarang. Ada juga foto-foto Ify, Shilla, Oik bahkan Sivia juga Acha.

Tiba-tiba saja Rio teringat akan kertas yag tadi diberikan Acha padanya untuk mereka dari Gabriel. Segera ia merogoh kantong celananya dan mengambil kertas itu.

“eh kita belum baca suratnya nih…” seru Rio membuyarkan lamunan teman-temannya.

“oh iya, coba buka Yo!!” suruh Alvin.

Riopun membuka kertas itu. lalu mulai membacakan isinya.

Benar kata benar rasa
Tiada ungkapan yang nyata
Dalam syair kata-kata
Ataupun dalam lagu cinta

Dia adalah bisu
Namun kita adalah satu
Tiada hati yang beku
Meski bisu.. takkan rapuh

Dalam kuasaNya kita bercita
Dan berjanji selalu bisa
Mewujudkan rasa yag ber-asa
Menari bernyanyi didalam suka

Indah takkan terganti
Dengan apapun yang kan mati
Meski tak lagi dinanti
Aku disini tetap mengabdi

Sahabat …
Kenanglah mataku
Kenanglah suaraku
Kenanglah apapun yang pernah ada dalam diriku
Yang memperlakukanmu layaknya ratu

Sahabat ..
Ingatkah aku
Pandangi lekuk wajahku
Telusuri barisan jemariku
Meski sampai kapanpun kita terpisah jauh

Sahabat ..
Aku disini karena Tuhan
Untuk membuatmu lebih berharga
Sahabatku …

Kembali isakan terdengar di rumah pohon itu. surat itu berisikan puisi nan inidah karya tangan Gabriel yang benar-benar sempurna dan mampu meluluh lantahkan hati mereka. Kenapa Gabriel meciptakan puisi menyayat hati itu?

Sungguh mereka semakin mersakan kehilangan yang begitu nyata itu semakin nyata dan menusuk hati. Mengapa harus terjadi hari ini?

“lo hebat Yel!!” lirih Rio mantap sambil memandang kertas itu. kertas yang Gabriel tulis sesaat sebelum waktunya habis. Dalam kertas itu, banyak tetesan darah yang menetes. mereka yakin Gabriel menuliskan puisi itu dengan sangat bersusah payah. Dalam sisa waktunya yang tinggal sebentar lagi itu, ia mampu menuliskan sebuah puisi indah yang begitu menyentuh hati.

“engga Yo, Gabriel lebih dari sekedar hebat!!” seru Alvin meralat kata-kata Rio.

“iya Vin, bener! Gabriel itu lebih dari sekedar hebat!! Diaa… ga akan terganti!!!” sahut Rio.

“kita sayang banget sama lo Yel…” lirih Cakka.

“BANGET!!!” seru mereka semua bersamaan.

“kita ga akan pernah lupa, bahwa lo, Gabriel, pernah hidup diantara kita.” Seru Rio.

“Ga akan pernah!” seru mereka lagi bersamaan.

“semoga lo tenang ya kak di sisi Tuhan sana. Gue yakin, Tuhan pasti ngasih tempatNya yang paling indah buat lo kak! Karena lo orang terhebat yang pernah gue kenal kak!!” Ucap Ify yang tak bisa menahan air matanya.

“amiiiin…” seru mereka bersamaan.

Mereka semua saling berangkulan dan kembali menyanyikan lagu yang waktu itu mereka nyanyikan dengan iringan gitar Gabriel. Meskipun tempo lagu tersebut tidak sesuai dengan suasana duka yang sedang menyelimuti mereka saat ini, namun itulah lagu terakhir yang sempat mereka nyanyikan bersama dengan Gabriel.

Lagu itu masih sama seperti waktu dulu mereka nyanyikan. Hanya saja bedanya kini dinyanyikan tanpa iringan gitar dari Gabriel. Juga ketika dulu mereka menyanyikannya dalam suasana yang gembira, sedangkan saat ini dalam keadaan berduka. Ah mereka begitu merindukan saat saat seperti itu.

Apapun itu, mereka berjanji dalam hati, bahwa kenangan yang telah mereka rajut dengan Gabriel takkan pernah mereka lupakan. Akan tetap tersimpan abadi di dalam hati mereka. Dan Gabriel, takkan pernah terganti oleh apapun dan siapapun!!

Kan selalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya

Disaat ku termenung kau datang bawa ceria
Disaat ku bahagia kau jaga penuh hatiku
Apapun kisahku kamu ada untukku
Hanya kaulah sahabat sejatiku

Kita kan slalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku

Kita kan slalu bersama manggapai semua cita
Dan meraih dunia walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
Cause you’re my bestfriend forever

Disaat ku termenung kau datang bawa ceria
Disaat ku bahagia kau jaga penuh hatiku
Apapun kisahku kamu ada untukku
Hanya kaulah sahabat sejatiku

Kitakan slalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku

Kita kan slalu bersama manggapai semua cita
Dan meraih dunia walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
Cause you’re my bestfriend forever

Kan selalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya

Kita kan slalu bersama dalam suka duka
Berbagi segalanya tak terpisahkan
Hanya kau yang ada di hatiku

Kita kan slalu bersama manggapai semua cita
Dan meraih dunia walau badai menghadang
Tak akan kita terluka
Cause you’re my bestfriend forever

Dari sisi lain, sesosok putih samar berdiri memperhatikan sahabat-sahabatnya. Sosok itu tersenyum bahagia melihat sahabat-sahabatnya yang masih berkumpul itu. Meskipun ia hanya mampu menemani mereka selama 18 tahun saja, namun bahagia yang ia rasakan selama 20 tahun itu begitu tiada tara. Mereka memang sahabat terindah yang pernah ada.

“makasih karna selama 18 tahun ini, kalian udah jadi sahabat terbaik gue. dan maaf, tugas gue buat jadi sahabat kalian Cuma sampe di sini aja. Maaf kalo selama ini gue belum jadi sahabat yang baik buat kalian. Tapi satu yang gue yakinin dari dulu, gue sayang sama kalian. Dan ga ada satupun yang bisa kaya kalian..”

Suara tersebut terdengar samar-samar oleh mereka. Memang mungkin ini sedikit aneh, namun mereka percaya itu pasti Gabriel yang kini sedang memperhatikan mereka dari tempatnya sekarang.

“kita juga sayang sama lo Yel! Sayag BANGET!!!” seru Cakka.

“iya kak!! Kita sayang banget sama lo kak!!” seru Ify.

Mereka melihat ke sekeliling mereka. Lalu dari depan rumah pohon itu, mereka melihat cahaya putih yang mereka yakini adalah sosok Gabriel. Mereka tersenyum melihat cahaya itu lalu melambaikan tagan mereka ke cahaya itu.

Sosok putih tadi ikut tersenyum. meski ia kini hanya dapat terlihat dalam bentuk cahaya, tapi ia yakin sahabat-sahabatnya itu tau bahwa cahaya putih itu adalah dirinya, Gabriel. Lalu iapun ikut melambaikan tangannya. Dan sosok cahaya itu menjadi semakin samar dan perlahan-lahan hilang.

Kau bukan hanya sekedar indah, kau tak akan terganti

THE END

HEHE MAKASIH YAA READERS YANG UDAH MAU BACA REPOST-AN AKU :) HEHE.
MAU AKU REPOST CERBUNG LAGI? SARANN YAHH KE COMMENT INI ATAU @PritaAprnti <-- FOLLOW!!
AND ADD Prita Aprianti. THANKS ALL({})

Author: Amel^^
Facebook: Amelia Astri Riskaputri