Part 1: MOS
Ify memandang berkeliling melihat ruangan tempat dia berdiri. Sepertinya dia sudah berdiri selama lebih dari 15 menit di sini. Mana sih anak OSIS yang manggil gue? batin Ify. Lama banget! Dia gak tau apa gue udah kesemutan berdiri terus! Ify ngomel-ngomel dalam hati.
Ini adalah MOS hari pertama bagi Alyssa Saufika Umari murid baru di SMA Budi Luhur Jakarta. Tadi waktu lagi baris di halaman sekolah, seseorang memanggilnya dan mengatakan bahwa dia dipanggil sama anak OSIS.
Dengan takut-takut Ify pergi ke ruang sekretariat. Selama perjalanan ke sana, feelingnya udah gak enak, karena sampai sekarang pun dia belum menemukan kesalahan apa yang sudah dia perbuat. Atributnya lengkap, barang yang diwajibkan untuk dibawa juga sudah komplit.
Tapi nyatanya, setibanya dia di sini, yang ditemukan hanyalah ruang kosong, tidak ada siapa pun juga di tempat ini. Kakinya sudah capek. Berulangkali ia menggerak-gerakkan kakinya secara bergantian mengusir rasa pegal yang mulai menjalari kakinya.
Tiba-tiba seorang cewek masuk ke ruang sekretariat, rambut lurus panjang sebahu membuat penampilannya semakin girlie. Ify melirik badge di lengan, biru tua, berarti anak kelas XII karena kuning adalah badge untuk anak kelas XI.
"Ngapain, lo?" Tanya cewek itu ketus. Dia memerhatikan Ify dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Bukannya anak baru sedang ada latihan baris-berbaris? Kenapa lo malah di sini?"
"Saya juga gak tau, Kak. Tadi ada yang nyuruh saya ke sini, katanya ada anak OSIS yang ingin ketemu saya di sini." Ify menjawab dengan hati-hati.
Mendengar penjelasan Ify, cewek itu menoleh cepat.
"Jadi, elo yang namanya Alyssa Saufika Umari?"
Buru-buru Ify mengangguk. Dalam hati ia heran kenapa cewek ini bisa tahu namanya, lengkap pula, sedangkan di topinya hanya ada tulisan kelompok Kucing-Ify.
"Jawab dong, diem aja! Punya mulut nggak sih?" cewek itu mulai nyolot.
"Eh, emh... iya, kak. Kenapa?" Tanya Ify ragu.
"Elo adiknya Gabriel Stevent, dan lo juga punya kakak, yang mantan anak sini juga, Febby Rastanty. Bener?" Tanya cewek itu menyebutkan nama kedua saudara Ify dengan lancar dan fasih. Padahal setau Ify, jarang banget ada yang bisa nyebutin nama mereka dengan baik dan benar.
"I...iiya, kak. Kenapa ya?"
Cewek itu menatap Ify tajam.
"Kalo gitu, mulai detik ini, lo resmi jadi musuh gue!" ucapnya tiba-tiba seraya ngeloyor pergi setelah namanya dipanggil oleh ketua OSIS.
********************
"Iya. Ngebetein banget, kan?! Masa di hari pertama gini, udah ada aja yang musuhin gue!" Di dalam mobil CRV yang melaju di jalan itu Ify curhat ke Gabriel abangnya yang tampak senyum-senyum nggak jelas mendengarkan cerita adiknya, membuat Ify semakin bete. Cakka dan Alvin, sahabat kakaknya juga berada di mobil itu.
"Kok malah ketawa-ketawa, sih? Gak punya sense of belonging banget sih lo sama adek sendiri?"
"Jadi gue harus gimana, Ify sayang?" Gabriel menjawb pertanyaan adiknya sambil terus menatap lurus ke depan.
"Prihatin kek, apaan kek! Pokoknya ngibur gue! Ini malag ketawa-ketawa gak jelas!" Ify manyun.
"Iya deh Gue prihatin. Udah kan?" kata Gabriel jayus.
"Aaargh! Emang nyebelin!" ucap Ify sambil nyubitin Gabriel.
"Eh, iya iya. Ampun! Gue lagi nyetir, Fy!"
"Makanya jangan nyebelin!"
"Emang kenapa sih, Fy?" Tanya Cakka akhirnya. Gak tega juga ngebiarin Ify dikacangin abangnya sendiri.
"Itu dia, Cakka. Gue juga gak ngerti. Makanya gue bete. Kalo gue emang ada salah, kan gue bisa ngerti."
"Anaknya kayak apa, sih?"
"Gak mau bilang! Paling juga ujung-ujungnya lo ngeledek gue lagi!" kata ify sebel. Cakka dan Alvin cuman bisa geleng-geleng melihat kedua kakak beradik itu nggak pernah akur
Ify dan Gabriel baru nyampe rumah sehabis maghrib. Mereka sedikit lega setelah mobil Mamanya tidak ada di garasi dan itu berarti mereka terbebas dari cecaran pertanyaan Mama mengenai keterlambatan pulang sekolah.
"Non Ify sama Mas Gabriel baru pulang?" Tanya Bik Sum yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah saat Ify akan melepas sepatu. Gabriel sendiri langsung naik ke atas, ke kamarnya.
Sepulang sekolah tadi, mereka berempat mampir ke mall, niat awalnya sih cuman makan siang doang, tapi setelah liat logo timezone, Ify yang doyan maen di sana jadi tergoda untuk mampir sebentar. Gabriel yang tidak yakin dengan ucapan adiknya karena dia tahu betul, sebentar bagi Ify adalah setara dengan 2 jam, akhirnya mebgiyakan keinginan ify setelah melihat kesedihan diwajahnya gara-gara anak OSIS tadi.
"Iya nih, Bik." Ify tersenyum ke arah Bik Sum yang sudah ia anggap seperti neneknya sendiri, karena sejak Ify masih bayi, Bik Sum telah menjadi bagian dari keluarga ini.
"Ify ke kamar dulu ya Bik, capek pengen tiduran bentar"
Bik Sum kembali ke dapur sementara Ify naik ke kamar.
************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar